AS Siapkan Strategi Baru Lawan China di Laut China Selatan
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) dilaporkan menyiapkan strategi baru untuk melawan China di kawasan Laut China Selatan. AS berencana menjalankan operasi kebebasan bernavigasi lebih dekat ke pulau-pulau buatan China di kawasan sengketa.
Menurut laporan Navy Times, baik Angkatan Laut maupun Komando Pasifik AS telah mengusulkan untuk manavigasikan kapal-kapal perang AS lebih dekat ke pulau-pulau buatan di Kepulauan Spratly dan Paracel, di mana China juga telah membangun kekuatan militer di sana.
Kebebasan navigasi itu bisa dilakukan oleh kapal-kapal perang dari kelompok Carl Vinson yang berbasis di San Diego. Mengutip tiga pejabat senior pertahanan AS, Navy Times melaporkan bahwa kapal-kapal perang itu sudah berada di Samudera Pasifik dan bisa berlayar ke Laut China Selatan.
Meski demikian, rencana yang diusulkan Angkatan Laut dan Komando Pasifik AS itu belum disetujui oleh Presiden Donald Trump. Presiden Trump dalam beberapa hari ini telah meredam ketegangan dengan China.
Beijing sendiri diketahui telah membangun landasan pacu militer di Kepulauan Spratly. China juga telah mengerahkan rudal berbahaya ke kawasan sengketa itu.
”Pemerintahan Trump harus memutuskan apa yang ingin dicapai,” kata Bonnie Glaser, Direktur China Power Project di Pusat Studi Internasional dan Strategi di Washington DC, seperti dikutip IB Times, Selasa (14/2/2017).
”Saya mungkin ragu untuk memaksa China menarik diri dari pulau-pulau yang baru dibangun di Spratly. Namun AS bisa mengembangkan strategi yang bertujuan untuk mencegah reklamasi pulau-pulau, militerisasi, serta mencegah China menggunakan pos-pos baru untuk mengintimidasi dan memaksa tetangganya,” ujar Glaser.
AS bukan negara yang bersengketa atas kawasan Laut China Selatan. Namun, AS menolak klaim sepihak China atas hampir seluruh kawasan tersebut. Pulau-pulau di Laut China Selatan itu jadi sengketa antara China dengan negara-negara Asia seperti Malaysia, Filipina, Brunei, Vietnam dan Taiwan.
Menurut laporan Navy Times, baik Angkatan Laut maupun Komando Pasifik AS telah mengusulkan untuk manavigasikan kapal-kapal perang AS lebih dekat ke pulau-pulau buatan di Kepulauan Spratly dan Paracel, di mana China juga telah membangun kekuatan militer di sana.
Kebebasan navigasi itu bisa dilakukan oleh kapal-kapal perang dari kelompok Carl Vinson yang berbasis di San Diego. Mengutip tiga pejabat senior pertahanan AS, Navy Times melaporkan bahwa kapal-kapal perang itu sudah berada di Samudera Pasifik dan bisa berlayar ke Laut China Selatan.
Meski demikian, rencana yang diusulkan Angkatan Laut dan Komando Pasifik AS itu belum disetujui oleh Presiden Donald Trump. Presiden Trump dalam beberapa hari ini telah meredam ketegangan dengan China.
Beijing sendiri diketahui telah membangun landasan pacu militer di Kepulauan Spratly. China juga telah mengerahkan rudal berbahaya ke kawasan sengketa itu.
”Pemerintahan Trump harus memutuskan apa yang ingin dicapai,” kata Bonnie Glaser, Direktur China Power Project di Pusat Studi Internasional dan Strategi di Washington DC, seperti dikutip IB Times, Selasa (14/2/2017).
”Saya mungkin ragu untuk memaksa China menarik diri dari pulau-pulau yang baru dibangun di Spratly. Namun AS bisa mengembangkan strategi yang bertujuan untuk mencegah reklamasi pulau-pulau, militerisasi, serta mencegah China menggunakan pos-pos baru untuk mengintimidasi dan memaksa tetangganya,” ujar Glaser.
AS bukan negara yang bersengketa atas kawasan Laut China Selatan. Namun, AS menolak klaim sepihak China atas hampir seluruh kawasan tersebut. Pulau-pulau di Laut China Selatan itu jadi sengketa antara China dengan negara-negara Asia seperti Malaysia, Filipina, Brunei, Vietnam dan Taiwan.
(mas)