Ratusan Paus Kembali ke Laut
A
A
A
FAREWELL SPIT - Lebih dari 200 paus yang terdampar di pantai terpencil di Selandia Baru pada akhir pekan lalu telah kembali ke laut. Meski demikian para petugas konservasi memperingatkan paus-paus itu masih dapat kembali terdampar ke pantai di Farewell Spit, South Island.
Sebelumnya, para relawan telah mengembalikan sekitar 100 paus dari lebih 400 paus pilot yang terdampar di pantai pada Kamis (9/2) lalu. ”Sebanyak 240 paus yang terdampar antara Puponga dan Pakawau pada Sabtu (11/2) telah kembali mengambang di air. Saat gelombang pasang pada malam lalu dan membuat air di pantai pasang,” papar juru bicara pakar konservasi Herb Christophers seperti dikutip BBC.
Sebanyak 17 kelompok paus yang masih terdampak kemudian dapat kembali ke laut dengan bantuan para penyelamat dan relawan. Kelompok lingkungan Project Jonah yang menemani proses penyelamatan menerbangkan pesawat di atas teluk untuk menjaga pergerakan paus tetapi menuju laut dalam.
Insiden paus yang terdampar itu merupakan salah satu yang terburuk di Selandia Baru. Puluhan relawan kembali membantu paus-paus itu saat kejadian itu terulang pada Kamis (9/2) lalu. Lebih dari 300 dari 400 paus itu tewas saat tim medis dan warga berupaya menjaga paus-paus lain tetap hidup dengan membasahi ratusan paus dengan air.
Tidak jelas mengapa paus-paus itu terus terdampar di pantai sepanjang 5 km dekat Teluk Golden tersebut. Salah satu teori adalah paus-paus itu terdampar kepantai oleh serangan hiu karena ada tanda gigitan di salah satu paus yang mati.
Christophers dari Departemen Konservasi Selandia Baru menjelaskan, paus-paus itu mencoba mengitari bagian atas South Island tapi jika navigasi mereka salah maka mereka terdampar di pantai tersebut. Di perairan dangkal, hewan-hewan yang menggunakan gema untuk menentukan lokasi mengalami kebingungan.
”Ini tempat yang sangat sulit jika Anda tersesat di sana dan Anda seekor paus,” katanya. Para pakar menjelaskan, paus-paus yang terdampar itu akan mengirimkan sinyal darurat yang menarik paus lain ke lokasi mereka. Paus-paus yang merespons sinyal itu pun ikut terdampar di pantai dangkal tersebut. Kadangkala paus-paus itu memang telah berusia tua, sakit atau terluka.
Andrew Lamason dari Departemen Konservasi Selandia Baru menjelaskan, paus-paus yang kembali ke laut itu telah ditandai dan mereka merupakan kelompok baru. Dia menjelaskan, sekitar 20 paus telah sengaja dibunuh oleh tim konservasi karena mereka dalam kondisi memprihatinkan. Para petugas kini sedang mencari cara terbaik untuk mengubur paus-paus yang mati itu.
Lamason menjelaskan, mengembalikan paus yang sakit atau lemah ke laut dapat menjadi masalah baru saat mereka mati di wilayah teluk yang dihuni manusia. Insiden terbaru di Selandia Baru itu dilaporkan pada Kamis (9/2) malam, tapi kondisinya terlalu berbahaya. Saat itu untuk melakukan operasi penyelamatan.
Selandia Baru merupakan salah satu wilayah yang paling banyak mengalami kejadian binatang laut terdampar di pantai. Sekitar 300 lumba-lumbadan paus biasa terdampar di sejumlah pantai di negara itu setiap tahun, menurut data Project Jonah. Sebagian besar insiden itu terjadi di Farewell Spit.
Sebelumnya, para relawan telah mengembalikan sekitar 100 paus dari lebih 400 paus pilot yang terdampar di pantai pada Kamis (9/2) lalu. ”Sebanyak 240 paus yang terdampar antara Puponga dan Pakawau pada Sabtu (11/2) telah kembali mengambang di air. Saat gelombang pasang pada malam lalu dan membuat air di pantai pasang,” papar juru bicara pakar konservasi Herb Christophers seperti dikutip BBC.
Sebanyak 17 kelompok paus yang masih terdampak kemudian dapat kembali ke laut dengan bantuan para penyelamat dan relawan. Kelompok lingkungan Project Jonah yang menemani proses penyelamatan menerbangkan pesawat di atas teluk untuk menjaga pergerakan paus tetapi menuju laut dalam.
Insiden paus yang terdampar itu merupakan salah satu yang terburuk di Selandia Baru. Puluhan relawan kembali membantu paus-paus itu saat kejadian itu terulang pada Kamis (9/2) lalu. Lebih dari 300 dari 400 paus itu tewas saat tim medis dan warga berupaya menjaga paus-paus lain tetap hidup dengan membasahi ratusan paus dengan air.
Tidak jelas mengapa paus-paus itu terus terdampar di pantai sepanjang 5 km dekat Teluk Golden tersebut. Salah satu teori adalah paus-paus itu terdampar kepantai oleh serangan hiu karena ada tanda gigitan di salah satu paus yang mati.
Christophers dari Departemen Konservasi Selandia Baru menjelaskan, paus-paus itu mencoba mengitari bagian atas South Island tapi jika navigasi mereka salah maka mereka terdampar di pantai tersebut. Di perairan dangkal, hewan-hewan yang menggunakan gema untuk menentukan lokasi mengalami kebingungan.
”Ini tempat yang sangat sulit jika Anda tersesat di sana dan Anda seekor paus,” katanya. Para pakar menjelaskan, paus-paus yang terdampar itu akan mengirimkan sinyal darurat yang menarik paus lain ke lokasi mereka. Paus-paus yang merespons sinyal itu pun ikut terdampar di pantai dangkal tersebut. Kadangkala paus-paus itu memang telah berusia tua, sakit atau terluka.
Andrew Lamason dari Departemen Konservasi Selandia Baru menjelaskan, paus-paus yang kembali ke laut itu telah ditandai dan mereka merupakan kelompok baru. Dia menjelaskan, sekitar 20 paus telah sengaja dibunuh oleh tim konservasi karena mereka dalam kondisi memprihatinkan. Para petugas kini sedang mencari cara terbaik untuk mengubur paus-paus yang mati itu.
Lamason menjelaskan, mengembalikan paus yang sakit atau lemah ke laut dapat menjadi masalah baru saat mereka mati di wilayah teluk yang dihuni manusia. Insiden terbaru di Selandia Baru itu dilaporkan pada Kamis (9/2) malam, tapi kondisinya terlalu berbahaya. Saat itu untuk melakukan operasi penyelamatan.
Selandia Baru merupakan salah satu wilayah yang paling banyak mengalami kejadian binatang laut terdampar di pantai. Sekitar 300 lumba-lumbadan paus biasa terdampar di sejumlah pantai di negara itu setiap tahun, menurut data Project Jonah. Sebagian besar insiden itu terjadi di Farewell Spit.
(esn)