Jerman Percepat Deportasi Pencari Suaka yang Ditolak
A
A
A
BERLIN - Jerman yang telah menampung lebih satu juta pencari suaka sejak 2015 kemarin mengumumkan rencana mempercepat deportasi para pengungsi yang ditolak suakanya. Meski demikian, muncul kontroversi tentang langkah mengirim kembali pengungsi ke negara konflik Afghanistan.
Kanselir Jerman Angela Merkel mendapat dukungan dari para pemimpin 16 negara bagian Jerman untuk rencana repatriasi tersebut. Dia berjanji mempercepat penyusunan draf undang-undang untuk kebijakan tersebut.
Saat ini Merkel menghadapi pemilu pada September mendatang dan para pemilih saat ini semakin banyak yang menolak gelombang masuk para pengungsi tersebut.
“Apa yang kami diskusikan hari ini ialah kondisi yang diperlukan bagi kita untuk terus menjadi negara yang menyambut mereka yang memerlukan perlindungan. Mempercepat proses repatriasi untuk pencari suaka yang ditolak akan memungkinkan kita menerima orang yang dalam kondisi darurat,” ujarnya, dikutip kantor berita AFP.
Di antara rencana itu adalah pendirian pusat deportasi nasional yang bertujuan mengoordinasikan operasi negara bagian dan pemerintah federal.
Insentif keuangan juga akan ditawarkan pada mereka yang kembali ke negara asal secara sukarela. Jerman juga ingin meningkatkan tekanan pada negara-negara yang menolak menerima kembali warganya atau menghalangi proses itu dengan birokrasi.
Jerman juga telah meningkatkan perundingan, khususnya dengan negara-negara Afrika Utara, sejak serangan teror di Pasar Christmas Berlin yang di-lakukan pria Tunisia, Anis Amri. Pelaku seharusnya dikirim kembali ke negara asalnya jauh sebelum serangan itu terjadi.
Sejak serangan yang menewaskan 12 orang di Berlin, Jerman juga mengumumkan reformasi untuk memudahkan pengusiran warga asing yang dianggap sebagai sosok berbahaya oleh kepolisian. Kesepakatan yang dibuat kemarin akan mempercepat deportasi pada pengungsi yang berupaya menyembunyikan identitas asli atau melakukan kejahatan.
“Kantor Federal untuk Migrasi (Bamf) juga akan memiliki hak untuk memeriksa telepon seluler pencari suaka jika identitas mereka tidak dapat dipastikan,” ungkap Presiden Regional Hesse, Volker Bouffier.
Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere memperingatkan, jumlah pe-ngungsi yang diberi suaka dari Suriah dan negara zona perang lainnya semakin meningkat, demikian juga mereka yang tidak memenuhi syarat untuk mendapat suaka. “Itulah mengapa kita perlu melakukan lebih banyak repatriasi dan deportasi,” paparnya di televisi publik ARD.
Tahun lalu, Jerman mengusir sekitar 80.000 pencari suaka yang aplikasinya ditolak. Jumlah tersebut merupakan bagian dari lebih 200.000 orang yang gagal mendapat status resmi sebagai pengungsi atau pencari suaka. Pemerintahan Merkel mendapat tekanan untuk bertindak saat arus migran meningkatkan gerakan anti-imigrasi dan sayap kanan populis.
Kanselir Jerman Angela Merkel mendapat dukungan dari para pemimpin 16 negara bagian Jerman untuk rencana repatriasi tersebut. Dia berjanji mempercepat penyusunan draf undang-undang untuk kebijakan tersebut.
Saat ini Merkel menghadapi pemilu pada September mendatang dan para pemilih saat ini semakin banyak yang menolak gelombang masuk para pengungsi tersebut.
“Apa yang kami diskusikan hari ini ialah kondisi yang diperlukan bagi kita untuk terus menjadi negara yang menyambut mereka yang memerlukan perlindungan. Mempercepat proses repatriasi untuk pencari suaka yang ditolak akan memungkinkan kita menerima orang yang dalam kondisi darurat,” ujarnya, dikutip kantor berita AFP.
Di antara rencana itu adalah pendirian pusat deportasi nasional yang bertujuan mengoordinasikan operasi negara bagian dan pemerintah federal.
Insentif keuangan juga akan ditawarkan pada mereka yang kembali ke negara asal secara sukarela. Jerman juga ingin meningkatkan tekanan pada negara-negara yang menolak menerima kembali warganya atau menghalangi proses itu dengan birokrasi.
Jerman juga telah meningkatkan perundingan, khususnya dengan negara-negara Afrika Utara, sejak serangan teror di Pasar Christmas Berlin yang di-lakukan pria Tunisia, Anis Amri. Pelaku seharusnya dikirim kembali ke negara asalnya jauh sebelum serangan itu terjadi.
Sejak serangan yang menewaskan 12 orang di Berlin, Jerman juga mengumumkan reformasi untuk memudahkan pengusiran warga asing yang dianggap sebagai sosok berbahaya oleh kepolisian. Kesepakatan yang dibuat kemarin akan mempercepat deportasi pada pengungsi yang berupaya menyembunyikan identitas asli atau melakukan kejahatan.
“Kantor Federal untuk Migrasi (Bamf) juga akan memiliki hak untuk memeriksa telepon seluler pencari suaka jika identitas mereka tidak dapat dipastikan,” ungkap Presiden Regional Hesse, Volker Bouffier.
Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere memperingatkan, jumlah pe-ngungsi yang diberi suaka dari Suriah dan negara zona perang lainnya semakin meningkat, demikian juga mereka yang tidak memenuhi syarat untuk mendapat suaka. “Itulah mengapa kita perlu melakukan lebih banyak repatriasi dan deportasi,” paparnya di televisi publik ARD.
Tahun lalu, Jerman mengusir sekitar 80.000 pencari suaka yang aplikasinya ditolak. Jumlah tersebut merupakan bagian dari lebih 200.000 orang yang gagal mendapat status resmi sebagai pengungsi atau pencari suaka. Pemerintahan Merkel mendapat tekanan untuk bertindak saat arus migran meningkatkan gerakan anti-imigrasi dan sayap kanan populis.
(esn)