Putin Tuduh Ukraina Letuskan Eskalasi untuk Mengemis Bantuan AS
A
A
A
BUDAPEST - Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Ukraina meletuskan eskalasi terbaru di Ukraina timur dengan kelompok pemberontak pro-Rusia untuk “mengemis” bantuan dari Amerika Serikat (AS) dan negara Barat lainnya. Wilayah Donetsk, Ukraina timur, dalam sepekan ini dilanda konflik lagi dengan korban tewas mencapai 12 orang.
Presiden baru AS Donald Trump yang memberi sinyal untuk bersahabat dengan Rusia telah membuat Ukraina khawatir. Di era pemerintahan Barack Obama, AS sepenuhnya mendukung Ukraina yang berseteru dengan Rusia.
Tapi, di era Trump, AS telah mempertimbangkan untuk meringankan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia sejak krisis Ukraina pecah.
”Kepemimpinan Ukraina membutuhkan uang, dan cara terbaik untuk mendapatkan (bantuan) Uni Eropa, AS dan organisasi internasional adalah dengan menyamar sebagai korban agresi,” kata Putin di Budapest setelah pertemuan dengan Presiden Hungaria Viktor Orban, seperti dikutip dari Fox News, Jumat (3/2/2017).
Pada hari Kamis, pertempuran di wilayah Ukraina timur memasuki hari kelima. Pasukan militer Ukraina menggunakan artileri untuk menyerang pasukan pemberontak pro-Rusia di Avdiivka, Donetsk. Wilayah Donetsk sudah lama dikuasai pasukan pemberontak Ukraina dan telah memproklamirkan diri sebagai wilayah yang merdeka, tapi tidak diakui oleh Ukraina.
Menurut laporan The Associated Press, tembakan peluncur roket Grad di kedua kubu yang beperang terdengar hampir setiap malam dalam sepekan terakhir. Di Donetsk, otoritas pemberontak mengatakan dua warga sipil terluka dan 12 orang tewas sejak pertempuran terbaru pecah di sekitar Avdiivka.
Krisis di Ukraina timur pecah sejak April 2014. Perang saudara itu telah menewaskan lebih dari 9.700 orang. Konflik sempat mereda setelah kedua pihak mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun, dalam sepekan ini konflik di wilayah di Ukraina timur memanas lagi.
”Saya lahir pada tahun 1941, saya berada di situasi perang saat lahir dan sekarang saya melihatnya lagi," kata warga Avdiivka, Valentina Pasternak, saat berdiri di teras rumahnya.
Presiden baru AS Donald Trump yang memberi sinyal untuk bersahabat dengan Rusia telah membuat Ukraina khawatir. Di era pemerintahan Barack Obama, AS sepenuhnya mendukung Ukraina yang berseteru dengan Rusia.
Tapi, di era Trump, AS telah mempertimbangkan untuk meringankan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia sejak krisis Ukraina pecah.
”Kepemimpinan Ukraina membutuhkan uang, dan cara terbaik untuk mendapatkan (bantuan) Uni Eropa, AS dan organisasi internasional adalah dengan menyamar sebagai korban agresi,” kata Putin di Budapest setelah pertemuan dengan Presiden Hungaria Viktor Orban, seperti dikutip dari Fox News, Jumat (3/2/2017).
Pada hari Kamis, pertempuran di wilayah Ukraina timur memasuki hari kelima. Pasukan militer Ukraina menggunakan artileri untuk menyerang pasukan pemberontak pro-Rusia di Avdiivka, Donetsk. Wilayah Donetsk sudah lama dikuasai pasukan pemberontak Ukraina dan telah memproklamirkan diri sebagai wilayah yang merdeka, tapi tidak diakui oleh Ukraina.
Menurut laporan The Associated Press, tembakan peluncur roket Grad di kedua kubu yang beperang terdengar hampir setiap malam dalam sepekan terakhir. Di Donetsk, otoritas pemberontak mengatakan dua warga sipil terluka dan 12 orang tewas sejak pertempuran terbaru pecah di sekitar Avdiivka.
Krisis di Ukraina timur pecah sejak April 2014. Perang saudara itu telah menewaskan lebih dari 9.700 orang. Konflik sempat mereda setelah kedua pihak mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun, dalam sepekan ini konflik di wilayah di Ukraina timur memanas lagi.
”Saya lahir pada tahun 1941, saya berada di situasi perang saat lahir dan sekarang saya melihatnya lagi," kata warga Avdiivka, Valentina Pasternak, saat berdiri di teras rumahnya.
(mas)