Agen Secret Service Ini Ogah Lindungi Trump dari Terjangan Peluru
A
A
A
WASHINGTON - Dump Kerry O'Grady, perempuan yang bertugas sebagai agen Secret Service memicu kemarahan karena posting tulisannya di Facebook. Dia menulis lebih memilih dipenjara daripada melindungi Presiden Donald Trump dari terjangan peluru.
O'Grady dikenal sebagai pendukung Hillary Clinton saat pemilu November 2016 lalu. O'Grady mem-posting tulisannya pada Oktober 2016 atau sebelum Donald Trump terpilih sebagai presiden AS. Posting tulisan itu telah dihapus.
Secret Service merupakan layanan pengamanan kepresidenan yang beberapa pihak mengasumsikannya sebagai pasukan pengamanan presiden (Paspampres). Perempuan ini tercatat sebagai agen senior Secret Service AS. Dia bertugas di wilayah Distrik Denver.
Dalam beberapa posting di media sosial, O'Grady menulis Trump akan menjadi bencana bagi negara—terutama bagi perempuan dan kaum minoritas—jika menjadi presiden. Tapi, faktanya Donald Trump kini benar-benar menjadi presiden AS.
”Sebagai pelayan publik selama hampir 23 tahun, saya berjuang untuk tidak melanggar Hatc Act,” tulis dia merujuk pada tindakan yang melarang staf eksekutif terlibat dalam kegiatan politik tertentu.
”Jadi saya tetap tenang dan (dengan) rok median. Untuk melakukan sebaliknya dapat menjadi pelanggaran pidana bagi mereka yang ada di posisi saya. Terlepas dari kenyataan bahwa saya diharapkan untuk mengambil peluru bagi kedua belah pihak,” lanjut dia.
“Tapi dunia ini telah berubah dan saya telah berubah. Dan saya akan mengambil waktu di penjara lebih lama ketimbang (mengambil) peluru untuk apa yang saya yakini sebagai bencana bagi negara ini, tekanan kuat dan menakjubkan bagi perempuan dan kelompok minoritas yang tinggal di sini. Hatch Act terkutuk. Saya dengannya (Hillary),” sambung tulisan O’Grady yang menyindir sosok Trump.
Foto / Facebook
Menurut Washington Examiner, yang dikutip Rabu (25/1/2017), agen Secret Service sejatinya dilarang untuk berbagi posting di media sosial, terlebih posting itu berisi pesan yang mengganggu.
Masih menurut laporan media AS yang mengtutip sumber di Secret Service itu, dalam pelatihan keamanan operasional, agen sudah diperingatkan untuk tidak terlibat dalam penggunaan media sosial karena dapat mengekspos informasi pribadi dan gerakan mereka.
O'Grady mengatakan kepada penyelidik bahwa dia sudah menghapus beberapa posting-an beberapa hari setelah dia unggah.
O'Grady dikenal sebagai pendukung Hillary Clinton saat pemilu November 2016 lalu. O'Grady mem-posting tulisannya pada Oktober 2016 atau sebelum Donald Trump terpilih sebagai presiden AS. Posting tulisan itu telah dihapus.
Secret Service merupakan layanan pengamanan kepresidenan yang beberapa pihak mengasumsikannya sebagai pasukan pengamanan presiden (Paspampres). Perempuan ini tercatat sebagai agen senior Secret Service AS. Dia bertugas di wilayah Distrik Denver.
Dalam beberapa posting di media sosial, O'Grady menulis Trump akan menjadi bencana bagi negara—terutama bagi perempuan dan kaum minoritas—jika menjadi presiden. Tapi, faktanya Donald Trump kini benar-benar menjadi presiden AS.
”Sebagai pelayan publik selama hampir 23 tahun, saya berjuang untuk tidak melanggar Hatc Act,” tulis dia merujuk pada tindakan yang melarang staf eksekutif terlibat dalam kegiatan politik tertentu.
”Jadi saya tetap tenang dan (dengan) rok median. Untuk melakukan sebaliknya dapat menjadi pelanggaran pidana bagi mereka yang ada di posisi saya. Terlepas dari kenyataan bahwa saya diharapkan untuk mengambil peluru bagi kedua belah pihak,” lanjut dia.
“Tapi dunia ini telah berubah dan saya telah berubah. Dan saya akan mengambil waktu di penjara lebih lama ketimbang (mengambil) peluru untuk apa yang saya yakini sebagai bencana bagi negara ini, tekanan kuat dan menakjubkan bagi perempuan dan kelompok minoritas yang tinggal di sini. Hatch Act terkutuk. Saya dengannya (Hillary),” sambung tulisan O’Grady yang menyindir sosok Trump.
Foto / Facebook
Menurut Washington Examiner, yang dikutip Rabu (25/1/2017), agen Secret Service sejatinya dilarang untuk berbagi posting di media sosial, terlebih posting itu berisi pesan yang mengganggu.
Masih menurut laporan media AS yang mengtutip sumber di Secret Service itu, dalam pelatihan keamanan operasional, agen sudah diperingatkan untuk tidak terlibat dalam penggunaan media sosial karena dapat mengekspos informasi pribadi dan gerakan mereka.
O'Grady mengatakan kepada penyelidik bahwa dia sudah menghapus beberapa posting-an beberapa hari setelah dia unggah.
(mas)