Pilot Tempur Cantik Pertama Afghanistan Minta Suaka ke AS
A
A
A
KABUL - Kapten Niloofar Rahmani, perempuan pertama yang menjadi pilot pesawat tempur Afghanistan telah meminta suaka kepada Amerika Serikat (AS). Pilot cantik ini memilih mengkhianati negaranya setelah diduga menerima ancaman pembunuhan dari gerilyawan garis keras di Afghanistan.
Keputusan Rahmani telah dikonfirmasi Kementerian Pertahanan Afghanistan. Kapten pilot berusia 25 tahun itu telah berlatih di pangkalan udara di Arkansas, Texas dan Florida selama 15 bulan terakhir.
Dia dijadwalkan untuk kembali ke Afghanistan pekan lalu. Tapi, Rahmani khawatir keselamatannya terancam jika nekat pulang ke negaranya. Rahmani pada 22 Desember terungkap sudah meminta suaka di AS.
Pengakuan itu disampaikan dalam sebuah wawancara dengan New York Times. Dia mengatakan ada hal yang tidak berubah di Afghanistan. “Hal-hal yang semakin buruk dan buruk,” ujarnya mengacu alasan dirinya minta suaka di AS.
Keputusan pilot cantik Afghanistan itu memicu kritik, di mana dia dianggap sudah mengkhianati negaranya.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Jenderal Mohammad Radmanish, menolak klaim bahwa nyawa Rahmani berada dalam ancaman.
”Apa yang dia katakana di AS itu tidak bertanggung jawab dan tak terduga. Dia itu dimaksudkan untuk menjadi panutan bagi yang anak muda lain di Afghanistan. Dia telah mengkhianati negaranya . Ini memalukan,” katanya, seperti dikutip dari IB Times, Rabu (28/12/2016).
“Saya yakin dia berbohong dengan mengatakan dia diancam, hanya untuk memenangkan kasus suaka. Hal ini berdasar bahwa dia mengaku hidupnya berisiko ketika melayani di Angkatan Udara Afghanistan,” imbuh jenderal Afghanistan itu.
”Sejak muncul klaim baru Kapten Rahmani, kami berharap dia berubah pikiran dan kembali ke negaranya sendiri dan terus melayani sebagai pilot. Kami meminta dari teman (warga) dan pemerintah Amerika untuk menolak kasus suaka dan mengirimnya kembali, karena mengetahui kebenarannya, kehidupan Kapten Rahmani tidak berisiko sama sekali,” ujar dia.
Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menghormati Rahmani dengan penghargaan “Women of Courage”. Dia diapresiasi AS karena prestasinya sebagai pilot tempur yang meperjuangan hak-hak perempuan di Afghanistan.
Kolonel Ayan Khan, seorang pilot helikopter di Angkatan Udara Afghanistan juga ragu dengan klaim Rahmani.”Klaim Kapten Rahmani bahwa ia dilecehkan di tempat kerja adalah tidak benar, karena dalam angkatan udara, semua pilot dan staf terdidik dan terlatih. Bagaimana mereka melecehkan rekan perempuan mereka yang melayani bersama-sama?,” katanya.
Keputusan Rahmani telah dikonfirmasi Kementerian Pertahanan Afghanistan. Kapten pilot berusia 25 tahun itu telah berlatih di pangkalan udara di Arkansas, Texas dan Florida selama 15 bulan terakhir.
Dia dijadwalkan untuk kembali ke Afghanistan pekan lalu. Tapi, Rahmani khawatir keselamatannya terancam jika nekat pulang ke negaranya. Rahmani pada 22 Desember terungkap sudah meminta suaka di AS.
Pengakuan itu disampaikan dalam sebuah wawancara dengan New York Times. Dia mengatakan ada hal yang tidak berubah di Afghanistan. “Hal-hal yang semakin buruk dan buruk,” ujarnya mengacu alasan dirinya minta suaka di AS.
Keputusan pilot cantik Afghanistan itu memicu kritik, di mana dia dianggap sudah mengkhianati negaranya.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Jenderal Mohammad Radmanish, menolak klaim bahwa nyawa Rahmani berada dalam ancaman.
”Apa yang dia katakana di AS itu tidak bertanggung jawab dan tak terduga. Dia itu dimaksudkan untuk menjadi panutan bagi yang anak muda lain di Afghanistan. Dia telah mengkhianati negaranya . Ini memalukan,” katanya, seperti dikutip dari IB Times, Rabu (28/12/2016).
“Saya yakin dia berbohong dengan mengatakan dia diancam, hanya untuk memenangkan kasus suaka. Hal ini berdasar bahwa dia mengaku hidupnya berisiko ketika melayani di Angkatan Udara Afghanistan,” imbuh jenderal Afghanistan itu.
”Sejak muncul klaim baru Kapten Rahmani, kami berharap dia berubah pikiran dan kembali ke negaranya sendiri dan terus melayani sebagai pilot. Kami meminta dari teman (warga) dan pemerintah Amerika untuk menolak kasus suaka dan mengirimnya kembali, karena mengetahui kebenarannya, kehidupan Kapten Rahmani tidak berisiko sama sekali,” ujar dia.
Pada 2015, Departemen Luar Negeri AS menghormati Rahmani dengan penghargaan “Women of Courage”. Dia diapresiasi AS karena prestasinya sebagai pilot tempur yang meperjuangan hak-hak perempuan di Afghanistan.
Kolonel Ayan Khan, seorang pilot helikopter di Angkatan Udara Afghanistan juga ragu dengan klaim Rahmani.”Klaim Kapten Rahmani bahwa ia dilecehkan di tempat kerja adalah tidak benar, karena dalam angkatan udara, semua pilot dan staf terdidik dan terlatih. Bagaimana mereka melecehkan rekan perempuan mereka yang melayani bersama-sama?,” katanya.
(mas)