Media China: Masalah Drone AS Bisa Diselesaikan dengan 'Halus'
A
A
A
BEIJING - China mengharapkan resolusi yang halus terkait penyitaan sebuah drone oleh Angkatan Lautnya di Laut China Selatan. Begitu laporan yang diturunkan surat kabar yang dikelola negara setelah pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kapal perang China telah mengambil drone bawah air miliknya.
Global Times, mengutip sebuah sumber, mengatakan kapal Angkatan Laut China telah menemukan "peralatan tak dikenal" dan telah memeriksanya untuk mencegah isu-isu keselamatan navigasi.
"Sumber mengatakan, China telah menerima klaim permintaan untuk peralatan tersebut dari AS, pihak-pihak terkait dari kedua belah pihak telah mempertahankan saluran komunikasi yang lancar, dan percaya masalah ini akan diselesaikan dengan lancar," kata surat kabar itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (17/12/2016).
Terkait hal ini pihak pertahanan dan kementerian luar negeri China belum memberikan komentar.
Angkatan Laut China menyita drone bawah laut AS sekitar 50 mil barat laut dari Subi Bay Filipina bersamaan dengan USNS Bowditch hendak mengambilnya.
"UUV (unmanned underwater vehicle) itu sah melakukan survei militer di perairan Laut Cina Selatan. Kapal itu mempunyai kekebalan berdaulat, ditandai dengan jelas dalam bahasa Inggris tidak terhapus air, bahwa itu adalah milik AS," kata seorang pejabat AS yang berbicara tanpa menyebut nama.
Pentagon telah mengkonfirmasi insiden itu pada konferensi pers pada hari Jumat. Pentagon mengungkapkan bahwa teknologi yang digunakan oleh drone tersebut tersedia secara komersial dan dijual sekitar $ 150.000.
Namun, Pentagon melihat China menanggapinya dengan serius karena telah berhasil mengambil properti militer AS. "Ini adalah milik kita, dan itu ditandai dengan jelas dan kami ingin kembali. Dan kami ingin ini tidak terjadi lagi," kata juru bicara Pentagon Jeff Davis.
Global Times, mengutip sebuah sumber, mengatakan kapal Angkatan Laut China telah menemukan "peralatan tak dikenal" dan telah memeriksanya untuk mencegah isu-isu keselamatan navigasi.
"Sumber mengatakan, China telah menerima klaim permintaan untuk peralatan tersebut dari AS, pihak-pihak terkait dari kedua belah pihak telah mempertahankan saluran komunikasi yang lancar, dan percaya masalah ini akan diselesaikan dengan lancar," kata surat kabar itu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (17/12/2016).
Terkait hal ini pihak pertahanan dan kementerian luar negeri China belum memberikan komentar.
Angkatan Laut China menyita drone bawah laut AS sekitar 50 mil barat laut dari Subi Bay Filipina bersamaan dengan USNS Bowditch hendak mengambilnya.
"UUV (unmanned underwater vehicle) itu sah melakukan survei militer di perairan Laut Cina Selatan. Kapal itu mempunyai kekebalan berdaulat, ditandai dengan jelas dalam bahasa Inggris tidak terhapus air, bahwa itu adalah milik AS," kata seorang pejabat AS yang berbicara tanpa menyebut nama.
Pentagon telah mengkonfirmasi insiden itu pada konferensi pers pada hari Jumat. Pentagon mengungkapkan bahwa teknologi yang digunakan oleh drone tersebut tersedia secara komersial dan dijual sekitar $ 150.000.
Namun, Pentagon melihat China menanggapinya dengan serius karena telah berhasil mengambil properti militer AS. "Ini adalah milik kita, dan itu ditandai dengan jelas dan kami ingin kembali. Dan kami ingin ini tidak terjadi lagi," kata juru bicara Pentagon Jeff Davis.
(ian)