Citra Satelit: 5 Desa Muslim Rohingya Dibakar, 1.250 Bangunan Hancur
A
A
A
RAKHINE - Citra satelit terbaru yang ditunjukkan kelompok Human Rights Watch (HRW) pada Senin (21/11/2016) menunjukkan lima desa komunitas Rohingya dibakar dalam tindakan keras militer Myanmar. Selain itu, sebanyak 1.250 bangunan hancur.
Citra satelit yang diungkap HRW itu diambil dari desa di dekat perbatasan Bangladesh. HRW mengecam pemerintah Myanmar yang masih tetap menyangkal tindakan keras terhadap kelompok minoritas Muslim di negara bagian Rakhine itu.
Sebelumnya, pemerintah Myanmar mengatakan bahwa kurang 300 rumah telah dihancurkan oleh militan bertujuan untuk menabur benih kesalahpahaman antara pasukan pemerintah dan orang-orang Rohingya.
Direktur HRW Asia, Brad Adams, menyebut gambar satelit terbaru itu mengkhawatirkan.“Sensor satelit juga mendeteksi kebakaran di beberapa desa,” katanya.
”Serangan-serangan pembakaran yang jelas terhadap lima desa Rohingya adalah masalah keprihatinan yang perlu diselidiki pemerintah Burma (Myanmar) dan mengadili mereka yang bertanggung jawab,” ujar Adams, seperti dikutip Deutsche Welle.
Sekitar 1,1 juta Muslim Rohingya selama ini mendiami wilayah Rakhine, Myanmar. Namun, pemerintah Myanmar tidak mengakui status kewarganegaraan dan hak-hak dasar mereka dengan alasan komunitas Rohingya merupakan imigran ilegal asal Bangladesh.
Kekerasan terhadap komunitas Rohingya terjadi untuk pertama kali sejak Myanmar dipimpin kubu Aung San Suu Kyi, mantan pemimpin oposisi yang ditindas junta militer. Kekerasan terjadi setelah orang-orang bersenjata tak dikenal menyerang tiga pos polisi Myanmar pada 9 Oktober 2016 yang menyebabkan tiga petugas polisi di perbatasan tewas.
Pemerintah di wilayah Naypyidaw, Myanmar menyalahkan kelompok Rohingya atas kejadian tersebut. Setidaknya 70 orang tewas dan 400 ditangkap dalam tindakan keras militer tak lama setelah serangan itu. Meski demikian, para aktivis mengklaim jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak.
Setidaknya, 30 ribu warga Rohingya telah mengungsi untuk menghindari penganiyaan dari militer Myanmar. Para saksi dan korban menuduh para tentara Myanmar melakukan pemerkosaan terhadap kaum perempuan Rohingya.
Citra satelit yang diungkap HRW itu diambil dari desa di dekat perbatasan Bangladesh. HRW mengecam pemerintah Myanmar yang masih tetap menyangkal tindakan keras terhadap kelompok minoritas Muslim di negara bagian Rakhine itu.
Sebelumnya, pemerintah Myanmar mengatakan bahwa kurang 300 rumah telah dihancurkan oleh militan bertujuan untuk menabur benih kesalahpahaman antara pasukan pemerintah dan orang-orang Rohingya.
Direktur HRW Asia, Brad Adams, menyebut gambar satelit terbaru itu mengkhawatirkan.“Sensor satelit juga mendeteksi kebakaran di beberapa desa,” katanya.
”Serangan-serangan pembakaran yang jelas terhadap lima desa Rohingya adalah masalah keprihatinan yang perlu diselidiki pemerintah Burma (Myanmar) dan mengadili mereka yang bertanggung jawab,” ujar Adams, seperti dikutip Deutsche Welle.
Sekitar 1,1 juta Muslim Rohingya selama ini mendiami wilayah Rakhine, Myanmar. Namun, pemerintah Myanmar tidak mengakui status kewarganegaraan dan hak-hak dasar mereka dengan alasan komunitas Rohingya merupakan imigran ilegal asal Bangladesh.
Kekerasan terhadap komunitas Rohingya terjadi untuk pertama kali sejak Myanmar dipimpin kubu Aung San Suu Kyi, mantan pemimpin oposisi yang ditindas junta militer. Kekerasan terjadi setelah orang-orang bersenjata tak dikenal menyerang tiga pos polisi Myanmar pada 9 Oktober 2016 yang menyebabkan tiga petugas polisi di perbatasan tewas.
Pemerintah di wilayah Naypyidaw, Myanmar menyalahkan kelompok Rohingya atas kejadian tersebut. Setidaknya 70 orang tewas dan 400 ditangkap dalam tindakan keras militer tak lama setelah serangan itu. Meski demikian, para aktivis mengklaim jumlah korban sebenarnya jauh lebih banyak.
Setidaknya, 30 ribu warga Rohingya telah mengungsi untuk menghindari penganiyaan dari militer Myanmar. Para saksi dan korban menuduh para tentara Myanmar melakukan pemerkosaan terhadap kaum perempuan Rohingya.
(mas)