Hitam-Putih Hambali yang Dijuluki Osama bin Laden dari Asia Tenggara
A
A
A
JAKARTA - Sudah 13 tahun ini, Riduan Islamuddin alias Encep Nurjaman alias Hambali ditahan Amerika Serikat (AS) di penjara Guantanamo. Lantaran dianggap sebagai pemimpin al-Qaeda di Asia Tenggara, pria asal Indonesia ini dijuluki sebagai Osama bin Laden dari Asia Tenggara (ASEAN) oleh media Asia.
South China Morning Post dalam laporan yang mengulas sosok Hambali, pada Sabtu (29/10/2016), menuliskannya dengan judul “My brother, the ‘Osama bin Laden of Southeast Asia (Saudaraku, Osama bin Laden dari Asia Tenggara)”.
Oleh sejumlah negara, terutama AS, Hambali, 52, memiliki reputasi “hitam” atau menakutkan. Pria ini diduga telah mendalangi Bom Bali 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Baca: CIA Siksa Tahanan Diduga demi Memburu Hambali
Hambali juga diduga terlibat pengeboman sejumlah gereja di Indonesia pada tahun 2000. Dia bahkan juga diduga terlibat pengeboman terhadap Hotel Marriott di Jakarta yang menewaskan 12 orang pada tahun 2003.
Pada pekan ini, AS menolak membebaskan Hambali dari penjara Guantanamo yang sarat dengan laporan penyiksaan terhadap tahanan kasus terorisme. Alasannya, Hambali masih dianggap sebagai ancaman bagi keamanan AS.
Pembebasan Hambali sudah diupayakan Periodic Review Board (PRB) sejak beberapa bulan lalu. Upaya itu menyusul keinginan Presiden Barack Obama untuk menutup penjara Guantanamo sebelum masa jabatannya berakhir.
Baca: AS Munculkan Hambali Pertama Kali sejak Dipenjara di Guantanamo
Penolakan AS untuk membebaskan Hambali menjadi “pukulan” bagi keluarganya. ”Tentu saja sebagai keluarganya, kami berharap dia akan dibebaskan. Tapi apapun yang terjadi, itu adalah kehendak Tuhan,” kata adik Hambali, Kankan Abdul Qodir, 38.
“Dia tidak pernah dibawa ke pengadilan untuk membuktikan semua tuduhan tersebut ,” keluh Kankan. ”Apa yang bisa kita lakukan jika Pemerintah AS berpikir dia berbahaya bagi mereka? Kami hanya diharuskan menerimanya,” ujar Kankan.
Di mata keluarga, Hambali yang lahir dengan nama Encep Nurjaman, hanya pria biasa tak seseram yang dituduhkan AS. ”Dia hanya orang biasa yang berperilaku seperti orang lain saat dia bersama kami," kata Kankan. ”Apa pun kegiatannya di luar, kami tidak tahu. Hanya Tuhan yang tahu kebenaran,” katanya lagi.
Otoritas AS menyatakan bahwa Hambali pernahpergi untuk melawan tentara pendudukan Rusia di Afghanistan pada tahun 1987. Dia juga disebut melakukan pertemuan dengan Osama bin Laden dan akhirnya menjadi kepala operasional Al-Qaeda di Asia Tenggara, yang kemudian dikenal sebagai Jemaah Islamiah.
Hambali adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Sedangkan Kankan adalah anak kesembilan. "Hambali jauh lebih tua dari saya dan saya tidak melihat banyak dia ketika berangkat ke Malaysia sekitar tahun 1983. Terakhir kali saya melihatnya pada tahun 1999,” tutur Kankan.
Menurut Kankan, Hambali pergi ke Malaysia untuk mencari pekerjaan, dan menetap di Sungai Manggis, Selangor. Dia menjual kebab dan obat-obatan.
Kankan yang menjadi ayah dari tiga anak, mengatakan ibunya terkejut ketika nama Hambali dikaitkan dengan kasus terorisme setelah dia ditangkap di Ayutthaya, Thailand, pada tahun 2003 dalam operasi bersama AS-Thailand.
Hambali kemudian dikirim ke penjara Guantanamo, Kuba. Dari hampir 800 tahanan di Guantanamo, banyak yang telah dibebaskan tanpa tuduhan.
Baca juga:
Jadi Ancaman, AS Tolak Bebaskan Dalang Bom Bali Hambali
Menurut Human Rights First, 20 dari 60 tahanan yang tersisa telah disetujui untuk dibebaskan. Berkat bantuan Komite Palang Merah Internasional, Hambali berkesempatan melakukan percakapan via Skype selama 30 menit sekali untuk setiap tiga bulan dengan keluarganya.
”Alhamdulillah, dia terlihat baik dan sehat. Terakhir kali kami berbicara dengan dia pada bulan Agustus. Selanjutnya, seharusnya pada bulan November nanti,” ujar Kankan.”Ibu saya telah menerima situasi ini sekarang. Kami percaya pada Tuhan dan yang telah membantu kami untuk bersabar dan melanjutkan hidup kami,” katanya.
”Tetangga kami dan masyarakat di sekitar kami telah memberi kita dukungan moral selama ini,” imbuh Kankan.
Hambali diketahui juga menikah dengan perempuan asal Malaysia, Noralwizah Lee Abdullah dari etnis China yang jadi mualaf. Namun, mereka bercerai pada tahun 2014. ”Sudah lama sejak dia pergi. Mereka tidak memiliki anak,” kata Kankan.
Sementara itu, Ayub Khan Mydin Pitchay, Kepala Kontra-Terorisme untuk Kepolisian Diraja Malaysia, mengatakan bahwa Malaysia tidak akan menerima Hambali. Menurutnya, statusnya saat tinggal di Malaysia hanya sebagai warga yang tinggal permanen, bukan warga negara Malaysia.
Menurut Ayub, sosok Hambali tetap berbahaya jika dibebaskan. Dia memperingatkan bahwa Hambali akan “berkeliaran Asia Tenggara” dan menjadi aktif lagi dalam kegiatan terorisme jika dia dibebaskan.
”Banyak (pemimpin) Jemaah Islamiah yang dibina oleh Hambali dan Yazid Sufaat (warga Malaysia),” kata Ayub.
”Hambali memiliki kapasitas yang besar untuk merekrut orang-orang. Dia karismatik, memiliki banyak kontak dengan pemimpin senior al-Qaeda, dan sangat mampu mengorganisir serangan teroris besar terhadap kepentingan AS di Singapura, Thailand, Indonesia,” ujar Ayub.
Seorang pejabat senior keamanan Indonesia, yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan jika dibebaskan Hambali akan menghidupkan kembali Jemaah Islamiah. ”Ini akan menjadi bencana bagi Indonesia jika Hambali kembali, karena dia sangat berbahaya,” kata pejabat itu.
South China Morning Post dalam laporan yang mengulas sosok Hambali, pada Sabtu (29/10/2016), menuliskannya dengan judul “My brother, the ‘Osama bin Laden of Southeast Asia (Saudaraku, Osama bin Laden dari Asia Tenggara)”.
Oleh sejumlah negara, terutama AS, Hambali, 52, memiliki reputasi “hitam” atau menakutkan. Pria ini diduga telah mendalangi Bom Bali 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Baca: CIA Siksa Tahanan Diduga demi Memburu Hambali
Hambali juga diduga terlibat pengeboman sejumlah gereja di Indonesia pada tahun 2000. Dia bahkan juga diduga terlibat pengeboman terhadap Hotel Marriott di Jakarta yang menewaskan 12 orang pada tahun 2003.
Pada pekan ini, AS menolak membebaskan Hambali dari penjara Guantanamo yang sarat dengan laporan penyiksaan terhadap tahanan kasus terorisme. Alasannya, Hambali masih dianggap sebagai ancaman bagi keamanan AS.
Pembebasan Hambali sudah diupayakan Periodic Review Board (PRB) sejak beberapa bulan lalu. Upaya itu menyusul keinginan Presiden Barack Obama untuk menutup penjara Guantanamo sebelum masa jabatannya berakhir.
Baca: AS Munculkan Hambali Pertama Kali sejak Dipenjara di Guantanamo
Penolakan AS untuk membebaskan Hambali menjadi “pukulan” bagi keluarganya. ”Tentu saja sebagai keluarganya, kami berharap dia akan dibebaskan. Tapi apapun yang terjadi, itu adalah kehendak Tuhan,” kata adik Hambali, Kankan Abdul Qodir, 38.
“Dia tidak pernah dibawa ke pengadilan untuk membuktikan semua tuduhan tersebut ,” keluh Kankan. ”Apa yang bisa kita lakukan jika Pemerintah AS berpikir dia berbahaya bagi mereka? Kami hanya diharuskan menerimanya,” ujar Kankan.
Di mata keluarga, Hambali yang lahir dengan nama Encep Nurjaman, hanya pria biasa tak seseram yang dituduhkan AS. ”Dia hanya orang biasa yang berperilaku seperti orang lain saat dia bersama kami," kata Kankan. ”Apa pun kegiatannya di luar, kami tidak tahu. Hanya Tuhan yang tahu kebenaran,” katanya lagi.
Otoritas AS menyatakan bahwa Hambali pernahpergi untuk melawan tentara pendudukan Rusia di Afghanistan pada tahun 1987. Dia juga disebut melakukan pertemuan dengan Osama bin Laden dan akhirnya menjadi kepala operasional Al-Qaeda di Asia Tenggara, yang kemudian dikenal sebagai Jemaah Islamiah.
Hambali adalah anak kedua dari 12 bersaudara. Sedangkan Kankan adalah anak kesembilan. "Hambali jauh lebih tua dari saya dan saya tidak melihat banyak dia ketika berangkat ke Malaysia sekitar tahun 1983. Terakhir kali saya melihatnya pada tahun 1999,” tutur Kankan.
Menurut Kankan, Hambali pergi ke Malaysia untuk mencari pekerjaan, dan menetap di Sungai Manggis, Selangor. Dia menjual kebab dan obat-obatan.
Kankan yang menjadi ayah dari tiga anak, mengatakan ibunya terkejut ketika nama Hambali dikaitkan dengan kasus terorisme setelah dia ditangkap di Ayutthaya, Thailand, pada tahun 2003 dalam operasi bersama AS-Thailand.
Hambali kemudian dikirim ke penjara Guantanamo, Kuba. Dari hampir 800 tahanan di Guantanamo, banyak yang telah dibebaskan tanpa tuduhan.
Baca juga:
Jadi Ancaman, AS Tolak Bebaskan Dalang Bom Bali Hambali
Menurut Human Rights First, 20 dari 60 tahanan yang tersisa telah disetujui untuk dibebaskan. Berkat bantuan Komite Palang Merah Internasional, Hambali berkesempatan melakukan percakapan via Skype selama 30 menit sekali untuk setiap tiga bulan dengan keluarganya.
”Alhamdulillah, dia terlihat baik dan sehat. Terakhir kali kami berbicara dengan dia pada bulan Agustus. Selanjutnya, seharusnya pada bulan November nanti,” ujar Kankan.”Ibu saya telah menerima situasi ini sekarang. Kami percaya pada Tuhan dan yang telah membantu kami untuk bersabar dan melanjutkan hidup kami,” katanya.
”Tetangga kami dan masyarakat di sekitar kami telah memberi kita dukungan moral selama ini,” imbuh Kankan.
Hambali diketahui juga menikah dengan perempuan asal Malaysia, Noralwizah Lee Abdullah dari etnis China yang jadi mualaf. Namun, mereka bercerai pada tahun 2014. ”Sudah lama sejak dia pergi. Mereka tidak memiliki anak,” kata Kankan.
Sementara itu, Ayub Khan Mydin Pitchay, Kepala Kontra-Terorisme untuk Kepolisian Diraja Malaysia, mengatakan bahwa Malaysia tidak akan menerima Hambali. Menurutnya, statusnya saat tinggal di Malaysia hanya sebagai warga yang tinggal permanen, bukan warga negara Malaysia.
Menurut Ayub, sosok Hambali tetap berbahaya jika dibebaskan. Dia memperingatkan bahwa Hambali akan “berkeliaran Asia Tenggara” dan menjadi aktif lagi dalam kegiatan terorisme jika dia dibebaskan.
”Banyak (pemimpin) Jemaah Islamiah yang dibina oleh Hambali dan Yazid Sufaat (warga Malaysia),” kata Ayub.
”Hambali memiliki kapasitas yang besar untuk merekrut orang-orang. Dia karismatik, memiliki banyak kontak dengan pemimpin senior al-Qaeda, dan sangat mampu mengorganisir serangan teroris besar terhadap kepentingan AS di Singapura, Thailand, Indonesia,” ujar Ayub.
Seorang pejabat senior keamanan Indonesia, yang berbicara dalam kondisi anonim mengatakan jika dibebaskan Hambali akan menghidupkan kembali Jemaah Islamiah. ”Ini akan menjadi bencana bagi Indonesia jika Hambali kembali, karena dia sangat berbahaya,” kata pejabat itu.
(mas)