Layaknya Adonan, ISIS Lumatkan dan Panggang 250 Anak di Oven Roti
A
A
A
RAQQA - Kelompok ISIS dituduh melumatkan tubuh sekitar 250 anak di Suriah dan memanggangnya di oven roti raksasa. Tuduhan itu disampaikan seorang ibu di Suriah, Alice Assaf, yang anaknya menjadi salah satu korban.
Menurut Alice Assaf, para korban adalah anak-anak dari komunitas non-Muslim. Alice mengatakan, anak lelakinya, George, jadi korban kebrutalan ISIS setelah menolak mengidentifikasi dirinya dengan nama Muslim.
George, kata Alice, ditembak dan dipukuli hingga tewas. Alice melanjutkan, nasib ratusan anak Suriah jauh lebih buruk dari yang dialami George.
Kebrutalan ISIS yang diungkap Alice kemarin, merupakan kejadian dua tahun lalu. Saat itu, keluarga Alice yang merupakan bagian dari kelompok minoritas di Suriah jadi target kelompok radikal tersebut.
Dia mengatakan bahwa dia dan anak-anaknya terpaksa bersembunyi di rumah seorang tetangga Muslim selama pembantaian dilakukan kelompok ISIS.
Alice menceritakan tragedi itu dalam sebuah wawancara dengan Roads of Success, yang dikutip Daily Mirror, Rabu (26/10/2016). ”Kemudian, kami mendengar bahwa militan (ISIS) meraih enam orang kuat yang bekerja di toko roti dan membakar mereka di dalam oven,” katanya.
”Setelah itu, mereka menangkap sekitar 250 anak dan melumatkan mereka seperti adonan di mesin adonan bakery,” lanjut Alice.
Ketika tentara rezim Suriah berusaha melawan, sambung Alice, ISIS mulai melemparkan anak-anak berumur empat tahun dari atas balkon bangunan. Hal itu sebagai upaya untuk menakut-nakuti tentara Suriah agar pergi.
Berbicara tentang anaknya, George, Alice mengaku sudah memohon pada anaknya agar mengubah nama dan menyangkal kepercayaannya.
Alice masih ingat kata-kata anaknya. ”Saya tidak ingin menyembunyikan diri Anda (Alice), orang yang mengajari saya untuk mengikuti apa yang dikatakan Kristus; 'Barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya sebelum ke surga’,” ujar Alice menirukan ucapan anaknya sebelum meninggal.
“Mereka (ISIS) membawanya ke halaman belakang untuk ditembak dan dibunuh. Mereka membunuhnya karena namanya 'George',” kata Alice.
Alice sendiri berhasil lolos dari kebrutalan ISIS. Dia mengaku tidak tahu di mana anaknya dimakamkan, karena para korban dikubur di sebuah kuburan massal.
Menurut Alice Assaf, para korban adalah anak-anak dari komunitas non-Muslim. Alice mengatakan, anak lelakinya, George, jadi korban kebrutalan ISIS setelah menolak mengidentifikasi dirinya dengan nama Muslim.
George, kata Alice, ditembak dan dipukuli hingga tewas. Alice melanjutkan, nasib ratusan anak Suriah jauh lebih buruk dari yang dialami George.
Kebrutalan ISIS yang diungkap Alice kemarin, merupakan kejadian dua tahun lalu. Saat itu, keluarga Alice yang merupakan bagian dari kelompok minoritas di Suriah jadi target kelompok radikal tersebut.
Dia mengatakan bahwa dia dan anak-anaknya terpaksa bersembunyi di rumah seorang tetangga Muslim selama pembantaian dilakukan kelompok ISIS.
Alice menceritakan tragedi itu dalam sebuah wawancara dengan Roads of Success, yang dikutip Daily Mirror, Rabu (26/10/2016). ”Kemudian, kami mendengar bahwa militan (ISIS) meraih enam orang kuat yang bekerja di toko roti dan membakar mereka di dalam oven,” katanya.
”Setelah itu, mereka menangkap sekitar 250 anak dan melumatkan mereka seperti adonan di mesin adonan bakery,” lanjut Alice.
Ketika tentara rezim Suriah berusaha melawan, sambung Alice, ISIS mulai melemparkan anak-anak berumur empat tahun dari atas balkon bangunan. Hal itu sebagai upaya untuk menakut-nakuti tentara Suriah agar pergi.
Berbicara tentang anaknya, George, Alice mengaku sudah memohon pada anaknya agar mengubah nama dan menyangkal kepercayaannya.
Alice masih ingat kata-kata anaknya. ”Saya tidak ingin menyembunyikan diri Anda (Alice), orang yang mengajari saya untuk mengikuti apa yang dikatakan Kristus; 'Barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya sebelum ke surga’,” ujar Alice menirukan ucapan anaknya sebelum meninggal.
“Mereka (ISIS) membawanya ke halaman belakang untuk ditembak dan dibunuh. Mereka membunuhnya karena namanya 'George',” kata Alice.
Alice sendiri berhasil lolos dari kebrutalan ISIS. Dia mengaku tidak tahu di mana anaknya dimakamkan, karena para korban dikubur di sebuah kuburan massal.
(mas)