Duterte Minta Pasukan AS Hengkang, Begini Reaksi Washington
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengaku sudah membaca laporan media soal komentar Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang minta pasukan AS hengkang dari Filipina selatan. Washington mengatakan tidak ada permintaan resmi dari Manila soal penarikan pasukan AS dari Filipina selatan.
Juru bicara Departmen Luar Negeri AS, John Kirby, mengatakan bahwa AS tidak akan menanggapi komentar Presiden Duterte kecuali permintaan resmi dibuat oleh Filipina.
”Saya sudah melihat komentar. Saya sudah melihatnya dalam laporan media, dan apa yang saya dapat beritahukan pada Anda adalah bahwa kami tidak mengetahui adanya komunikasi (permintaan) resmi dari Pemerintah Filipina,” kata Kirby.
“Jadi kita akan tetap berhubungan dengan rekan-rekan kami di Pemerintah Filipina,” lanjut Kirby dalam jumpa pers, hari Senin waktu AS, yang dikutip Reuters, Selasa (13/9/2016).
Mengutip sejarah antara kedua negara, Kirby menekankan bahwa AS berkomitmen untuk bersekutu dengan Filipina. Kirby menambahkan bahwa AS berbagi kepedulian dengan Duterte yang mencemaskan nasib pasukan Amerika di Filipina.
”Kami mempertahankan kekhawatiran tentang keselamatan pasukan kami di seluruh dunia. Ini salah satu pertimbangan utama kepemimpinan militer Amerika,” ujar Kirby. Saat ini, kurang dari 200 tentara AS telah dikerahkan di Zamboanga, Filipina selatan, untuk membantu pasukan keamanan Filipina dalam perang melawan teroris.
Baca:
Duterte: Semua Pasukan AS Harus Hengkang dari Filipina Selatan
Sebelumnya diberitakan, bahwa Presiden Duterte, mengatakan semua pasukan AS harus hengkang dari wilayah selatan negaranya. Duterte menganggap tentara AS telah mengobarkan ketegangan dengan penduduk Muslim di Filipina selatan.
Presiden berjuluk “The Punisher” atau “Penghukum” ini blak-blakan menentang keberadaan tentara AS yang ditempatkan di wilayah Mindanao selatan. Alasannya, perdamaian tidak pernah tercipta selama lebih dari satu abad di wilayah itu sejak adanya pasukan AS.
”Selama kita tinggal dengan Amerika, kita tidak akan pernah memiliki damai di negeri itu,” ucap Duterte.
Presiden yang mengobarkan perang melawan narkoba dan penjahat di negaranya ini juga menampilkan beberapa foto hitam putih dari tahun 1900-an. Foto-foto itu menunjukkan perempuan dan anak-anak dibunuh oleh pasukan AS.
”Pasukan khusus (AS), mereka harus pergi. Mereka di Mindanao harus pergi, ada banyak orang kulit putih di sana, mereka harus pergi,” ujar Duterte. ”Saya tidak ingin ada keretakan dengan Amerika, tetapi mereka harus pergi.”
Juru bicara Departmen Luar Negeri AS, John Kirby, mengatakan bahwa AS tidak akan menanggapi komentar Presiden Duterte kecuali permintaan resmi dibuat oleh Filipina.
”Saya sudah melihat komentar. Saya sudah melihatnya dalam laporan media, dan apa yang saya dapat beritahukan pada Anda adalah bahwa kami tidak mengetahui adanya komunikasi (permintaan) resmi dari Pemerintah Filipina,” kata Kirby.
“Jadi kita akan tetap berhubungan dengan rekan-rekan kami di Pemerintah Filipina,” lanjut Kirby dalam jumpa pers, hari Senin waktu AS, yang dikutip Reuters, Selasa (13/9/2016).
Mengutip sejarah antara kedua negara, Kirby menekankan bahwa AS berkomitmen untuk bersekutu dengan Filipina. Kirby menambahkan bahwa AS berbagi kepedulian dengan Duterte yang mencemaskan nasib pasukan Amerika di Filipina.
”Kami mempertahankan kekhawatiran tentang keselamatan pasukan kami di seluruh dunia. Ini salah satu pertimbangan utama kepemimpinan militer Amerika,” ujar Kirby. Saat ini, kurang dari 200 tentara AS telah dikerahkan di Zamboanga, Filipina selatan, untuk membantu pasukan keamanan Filipina dalam perang melawan teroris.
Baca:
Duterte: Semua Pasukan AS Harus Hengkang dari Filipina Selatan
Sebelumnya diberitakan, bahwa Presiden Duterte, mengatakan semua pasukan AS harus hengkang dari wilayah selatan negaranya. Duterte menganggap tentara AS telah mengobarkan ketegangan dengan penduduk Muslim di Filipina selatan.
Presiden berjuluk “The Punisher” atau “Penghukum” ini blak-blakan menentang keberadaan tentara AS yang ditempatkan di wilayah Mindanao selatan. Alasannya, perdamaian tidak pernah tercipta selama lebih dari satu abad di wilayah itu sejak adanya pasukan AS.
”Selama kita tinggal dengan Amerika, kita tidak akan pernah memiliki damai di negeri itu,” ucap Duterte.
Presiden yang mengobarkan perang melawan narkoba dan penjahat di negaranya ini juga menampilkan beberapa foto hitam putih dari tahun 1900-an. Foto-foto itu menunjukkan perempuan dan anak-anak dibunuh oleh pasukan AS.
”Pasukan khusus (AS), mereka harus pergi. Mereka di Mindanao harus pergi, ada banyak orang kulit putih di sana, mereka harus pergi,” ujar Duterte. ”Saya tidak ingin ada keretakan dengan Amerika, tetapi mereka harus pergi.”
(mas)