PM Israel Anggap Pendirian Negara Palestina sebagai Pembersihan Etnis Yahudi
A
A
A
TEPI BARAT - Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu menilai penghapusan permukiman Israel di Tepi Barat sebagai pra-syarat pendirian Negara Palestina sebagai metode pembersihan etnis Yahudi. Netanyahu pun mengisyaratkan negara-negara yang pro pendirian negara Palestina dengan pra-syarat seperti itu juga berarti mendukung pembersihan etnis Yahudi.
Komentar PM Netanyahu dalam video yang dirilis hari Jumat itu memicu kemarahan masyarakat internasional, termasuk Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Netanyahu menolak klaim di bawah hukum internasional bahwa program permukiman Yahudi oleh Israel di Tepi Barat menjadi hambatan bagi perdamaian antara Israel dan Palestina.
Dia mengklaim bahwa Israel telah membantu rakyat Palestina lebih banyak ketimbang pemimpin mereka sendiri. Sebagai contoh, pihaknya telah mengakomodasi hampir dua juta orang Arab di Israel. Hal itu, kata dia, jadi bukti itikad baik Israel untuk terbuka dan siap melakukan perdamaian.
“Namun, kepemimpinan Palestina benar-benar menuntut sebuah negara Palestina dengan satu pra-syarat: Tidak ada orang Yahudi,” kata Netanyahu, dalam video itu. “Ada sebuah ungkapan untuk itu: Itulah yang disebut pembersihan etnis (Yahudi).”
Departemen Luar Negeri AS, mengecam keras pernyataan Netanyahu. Komentar Netanyahu itu dianggap "tidak membantu" dan "tidak pantas”.
”Kami jelas sangat tidak setuju dengan karakterisasi bahwa mereka yang menentang aktivitas pemukiman yang dipandang sebagai rintangan bagi perdamaian, yang entah bagaimana kemudian disebut sebagai pembersihan etnis Yahudi dari Tepi Barat,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Elizabeth Trudeau.
“Kami percaya bahwa menggunakan jenis terminologi seperti itu tidak pantas dan tidak membantu,” katanya lagi, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (11/9/2016).
Ayman Odeh, pemimpin kelompok partai Joint List Group of Arab di Knesset mengecam pernyataan PM Netanyahu. ”Netanyahu tidak peduli bahwa permukiman yang didirikan itu justru kejam karena mengusir populasi Palestina dari Tepi Barat ke wilayah terpencil di sekitar kota besar,” ujarnya.
Dialog perdamaian Israel dan Palestina kini dicoba dimediatori Presiden Rusia Vladimir Putin. Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas dan Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu telah dijadwalkan bernegosiasi di Moskow soal isu-isu permukiman, keamanan dan kondisi wilayah dalam rangka mewujudkan perdamaian abadi antar-kedua pihak.
Komentar PM Netanyahu dalam video yang dirilis hari Jumat itu memicu kemarahan masyarakat internasional, termasuk Pemerintah Amerika Serikat (AS).
Netanyahu menolak klaim di bawah hukum internasional bahwa program permukiman Yahudi oleh Israel di Tepi Barat menjadi hambatan bagi perdamaian antara Israel dan Palestina.
Dia mengklaim bahwa Israel telah membantu rakyat Palestina lebih banyak ketimbang pemimpin mereka sendiri. Sebagai contoh, pihaknya telah mengakomodasi hampir dua juta orang Arab di Israel. Hal itu, kata dia, jadi bukti itikad baik Israel untuk terbuka dan siap melakukan perdamaian.
“Namun, kepemimpinan Palestina benar-benar menuntut sebuah negara Palestina dengan satu pra-syarat: Tidak ada orang Yahudi,” kata Netanyahu, dalam video itu. “Ada sebuah ungkapan untuk itu: Itulah yang disebut pembersihan etnis (Yahudi).”
Departemen Luar Negeri AS, mengecam keras pernyataan Netanyahu. Komentar Netanyahu itu dianggap "tidak membantu" dan "tidak pantas”.
”Kami jelas sangat tidak setuju dengan karakterisasi bahwa mereka yang menentang aktivitas pemukiman yang dipandang sebagai rintangan bagi perdamaian, yang entah bagaimana kemudian disebut sebagai pembersihan etnis Yahudi dari Tepi Barat,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Elizabeth Trudeau.
“Kami percaya bahwa menggunakan jenis terminologi seperti itu tidak pantas dan tidak membantu,” katanya lagi, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (11/9/2016).
Ayman Odeh, pemimpin kelompok partai Joint List Group of Arab di Knesset mengecam pernyataan PM Netanyahu. ”Netanyahu tidak peduli bahwa permukiman yang didirikan itu justru kejam karena mengusir populasi Palestina dari Tepi Barat ke wilayah terpencil di sekitar kota besar,” ujarnya.
Dialog perdamaian Israel dan Palestina kini dicoba dimediatori Presiden Rusia Vladimir Putin. Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas dan Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu telah dijadwalkan bernegosiasi di Moskow soal isu-isu permukiman, keamanan dan kondisi wilayah dalam rangka mewujudkan perdamaian abadi antar-kedua pihak.
(mas)