Sejarah Nuklir Korut, Dari Pembangkit Listrik Menjadi Senjata
A
A
A
LONDON - Korea Utara (Korut) menyatakan telah melakukan uji coba nuklir kelimanya dengan sukses. Menengok ke belakang, sejarah perkembangan nuklir Korut mempunyai catatan yang panjang. Catatan ini dimulai pada medio 1980-an.
Seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (9/9/2016), Korut memulai proyek pengembangan nuklir pertama kali pada tahun 1986. Saat itu Korut memulai pengoperasian reaktor nuklir lima megawatt di Yongbyon setelah selama tujuh tahun melakukan konstruksi dengan bantuan Uni Soviet.
Pada tahun 1993, Korut mengancam akan mundur dari perjanjian proliferasi nuklir, tetapi kemudian menundanya. Selang setahun kemudian, Korut dan Amerika Serikat (AS) menandatangani perjanjian di mana Pyongyang menutup reaktor nuklir berbasis plutonium Yongbyong dengan imbalan bantuan pembangunan dua reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik.
Memasuki milenium kedua, percik-percik ketegangan mulai tumbuh. Awal 2002, Presiden AS, George Bush, melabeli Korut, Iran dan Irak sebagai "poros kejahatan". Bulan Oktober, Washington mengatakan Korut mengaku kepada delegasi AS yang mengunjungi negara itu bahwa mereka memiliki program pengayaan uranium. Selang sebulan kemudian, konsorsium Pimpinan AS konsorsium mengatakan itu menangguhkan pembangunan dua reaktor baru.
Pada Januari 2003, Korea Utara menarik diri dari perjanjian nonproliferasi nuklir dan di bulan Agustus Korut bergabung dalam putaran pertama perundingan nuklir enam negara di Beijing, yang meliputi China, Jepang, Rusia, Korea Selatan (Korsel) dan AS. Selang dua tahun kemudian atau 2005, Korut mengumumkan telah memiliki senjata nuklir dan selang satu tahun kemudian atau 2006, negara komunis itu melakukan uji coba nuklir bawah tanah.
Pada Februari 2011 para ahli mengatakan, citra satelit menunjukkan Korut telah menyelesaikan menara peluncuran rudal di pangkalan baru di pantai barat di Tongchang-ri. Pada April 2012, pemerintah Korsel mengatakan Korut meluncurkan roket dari Tongchang-ri namun meledak sesaat setelah diluncurkan. Di akhir 2012, Korut meluncurkan jarak roket, yang dikutuk masyarakat internasional sebagai uji coba rudal balistik yang disamarkan. Pada 2013 tepatnya pada bulan Februari 2013, Korut melakukan uji coba ketiga dan terbesar sejauh ini, yang membuatnya dijatuhkan sanksi tambahan oleh PBB dan menimbulkan ketegangan militer bergelombang di Semenanjung Korea selama berbulan-bulan.
Tahun 2015 Korut mengklaim berhasil menguji tembakkan rudal balistik dari kapal selam, tetapi para ahli mengatakan uji coba itu gagal. Pada 3 Desember 2015, citra satelit menunjukkan Korut menggali terowongan baru di lokasi uji utamanya nuklir di Punggye-ri dan pada 11 Desember media pemerintah mengutip pernyataan diktator Korut Kim Jong-un yang mengatakan negara itu telah mengembangkan bom hidrogen, tapi Washington meragukan Pyongyang memiliki perangkat termonuklir.
Awal tahun 2016, dunia dikagetken dengan pernyataan negara komunis terisolasi itu yang menyatakan telah meledakkan bom hidrogen. Uji coba ini sempat menimbulkan gempa di Jepang. Pada 9 September diduga uji coba nuklir kelima terdeteksi di timur utara negara itu.
Seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (9/9/2016), Korut memulai proyek pengembangan nuklir pertama kali pada tahun 1986. Saat itu Korut memulai pengoperasian reaktor nuklir lima megawatt di Yongbyon setelah selama tujuh tahun melakukan konstruksi dengan bantuan Uni Soviet.
Pada tahun 1993, Korut mengancam akan mundur dari perjanjian proliferasi nuklir, tetapi kemudian menundanya. Selang setahun kemudian, Korut dan Amerika Serikat (AS) menandatangani perjanjian di mana Pyongyang menutup reaktor nuklir berbasis plutonium Yongbyong dengan imbalan bantuan pembangunan dua reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik.
Memasuki milenium kedua, percik-percik ketegangan mulai tumbuh. Awal 2002, Presiden AS, George Bush, melabeli Korut, Iran dan Irak sebagai "poros kejahatan". Bulan Oktober, Washington mengatakan Korut mengaku kepada delegasi AS yang mengunjungi negara itu bahwa mereka memiliki program pengayaan uranium. Selang sebulan kemudian, konsorsium Pimpinan AS konsorsium mengatakan itu menangguhkan pembangunan dua reaktor baru.
Pada Januari 2003, Korea Utara menarik diri dari perjanjian nonproliferasi nuklir dan di bulan Agustus Korut bergabung dalam putaran pertama perundingan nuklir enam negara di Beijing, yang meliputi China, Jepang, Rusia, Korea Selatan (Korsel) dan AS. Selang dua tahun kemudian atau 2005, Korut mengumumkan telah memiliki senjata nuklir dan selang satu tahun kemudian atau 2006, negara komunis itu melakukan uji coba nuklir bawah tanah.
Pada Februari 2011 para ahli mengatakan, citra satelit menunjukkan Korut telah menyelesaikan menara peluncuran rudal di pangkalan baru di pantai barat di Tongchang-ri. Pada April 2012, pemerintah Korsel mengatakan Korut meluncurkan roket dari Tongchang-ri namun meledak sesaat setelah diluncurkan. Di akhir 2012, Korut meluncurkan jarak roket, yang dikutuk masyarakat internasional sebagai uji coba rudal balistik yang disamarkan. Pada 2013 tepatnya pada bulan Februari 2013, Korut melakukan uji coba ketiga dan terbesar sejauh ini, yang membuatnya dijatuhkan sanksi tambahan oleh PBB dan menimbulkan ketegangan militer bergelombang di Semenanjung Korea selama berbulan-bulan.
Tahun 2015 Korut mengklaim berhasil menguji tembakkan rudal balistik dari kapal selam, tetapi para ahli mengatakan uji coba itu gagal. Pada 3 Desember 2015, citra satelit menunjukkan Korut menggali terowongan baru di lokasi uji utamanya nuklir di Punggye-ri dan pada 11 Desember media pemerintah mengutip pernyataan diktator Korut Kim Jong-un yang mengatakan negara itu telah mengembangkan bom hidrogen, tapi Washington meragukan Pyongyang memiliki perangkat termonuklir.
Awal tahun 2016, dunia dikagetken dengan pernyataan negara komunis terisolasi itu yang menyatakan telah meledakkan bom hidrogen. Uji coba ini sempat menimbulkan gempa di Jepang. Pada 9 September diduga uji coba nuklir kelima terdeteksi di timur utara negara itu.
(ian)