Dua Muslimah di Prancis Diusir dari Restoran karena Berjilbab
A
A
A
TREMBLAY EN FRANCE - Dua wanita Muslim diusir secara kasar oleh manajer restoran di Prancis karena keduanya mengenakan jilbab. Kedua wanita itu menangis mendengar ucapan kasar manajer Restoran Le Cenacle di Tremblay-en-France, Prancis.
Salah satu dari mereka diam-diam merekam perlakuan manajer restoran itu dengan kamerea ponsel. Insiden pengusiran itu terjadi hari Minggu, 28 Agustus 2016.
Awalnya, kedua Muslimah itu terlihat duduk di bangku restoran di mana mereka mula-mula ditawari segelas air. Sesaat kemudian, seorang pria yang merupakan manajer restoran muncul dari dapur dengan mengeluarkan kata-kata kasar.
Manajer restoran itu langsung menemui mereka. ”Saya tidak ingin orang-orang seperti Anda di tempat saya, saya akan membuat hal yang jelas,” kata manajer restoran itu, seperti dalam rekaman video.
Kedua wanita itu mencoba tenang saat merespons sikap manajer restoran.”Kami tidak ingin dilayani oleh (orang) rasis,” jawab salah satu dari mereka.
Manajer restoran itu membalas repons kedua wanita berjilbab tersebut.”Rasis seperti saya tidak membunuh orang-orang baik. Rasis seperti saya,” katanya.
”Karena kami telah menempatkan bom, Pak?,” jawab salah satu dari wanita itu, yang dikutip dari IB Times, Senin (29/8/2016).
”Nyonya, teroris adalah Muslim, dan semua Muslim adalah teroris. Analisa kata-kata saya, Anda akan melihat bahwa itu benar,” balas manajer restoran.
Manajer itu menyinggung pembunuhan pastor Prancis, Jacques Hamel oleh pendukung ISIS, Adel Kermiche dan Abdel-Malik Petitjean, di sebuah gereja di Saint-Etienne-du-Rouvray. ”Mereka membunuh seorang pastor baru-baru ini, oke?,” lanjut manajer restoran.
“Saya tinggal di sebuah negara sekuler dan ini adalah pendapat saya,” sambung manajer restoran tersebut. Dengan mengeraskan suaranya, dia berteriak lagi; ”Sepertinya Anda tidak mengerti. Sekarang keluar!"
Para wanita berdiri dan meninggalkan restoran dengan menangis.
Namun, manajer restoran, yang namanya belum diketahui, seperti dilaporkan Mirror Online, telah meminta maaf atas tindakannya. Dia mengaku menyesali perkelahian verbal dengan para wanita.
Dia mengklaim bahwa ia telah gusar oleh ketegangan baru-baru ini seputar “larangan burkini”. Dia juga emosi karena kehilangan seorang teman yang telah meninggal di sebuah konser di Bataclan akibat serangan teror pada November 2015.
Salah satu dari mereka diam-diam merekam perlakuan manajer restoran itu dengan kamerea ponsel. Insiden pengusiran itu terjadi hari Minggu, 28 Agustus 2016.
Awalnya, kedua Muslimah itu terlihat duduk di bangku restoran di mana mereka mula-mula ditawari segelas air. Sesaat kemudian, seorang pria yang merupakan manajer restoran muncul dari dapur dengan mengeluarkan kata-kata kasar.
Manajer restoran itu langsung menemui mereka. ”Saya tidak ingin orang-orang seperti Anda di tempat saya, saya akan membuat hal yang jelas,” kata manajer restoran itu, seperti dalam rekaman video.
Kedua wanita itu mencoba tenang saat merespons sikap manajer restoran.”Kami tidak ingin dilayani oleh (orang) rasis,” jawab salah satu dari mereka.
Manajer restoran itu membalas repons kedua wanita berjilbab tersebut.”Rasis seperti saya tidak membunuh orang-orang baik. Rasis seperti saya,” katanya.
”Karena kami telah menempatkan bom, Pak?,” jawab salah satu dari wanita itu, yang dikutip dari IB Times, Senin (29/8/2016).
”Nyonya, teroris adalah Muslim, dan semua Muslim adalah teroris. Analisa kata-kata saya, Anda akan melihat bahwa itu benar,” balas manajer restoran.
Manajer itu menyinggung pembunuhan pastor Prancis, Jacques Hamel oleh pendukung ISIS, Adel Kermiche dan Abdel-Malik Petitjean, di sebuah gereja di Saint-Etienne-du-Rouvray. ”Mereka membunuh seorang pastor baru-baru ini, oke?,” lanjut manajer restoran.
“Saya tinggal di sebuah negara sekuler dan ini adalah pendapat saya,” sambung manajer restoran tersebut. Dengan mengeraskan suaranya, dia berteriak lagi; ”Sepertinya Anda tidak mengerti. Sekarang keluar!"
Para wanita berdiri dan meninggalkan restoran dengan menangis.
Namun, manajer restoran, yang namanya belum diketahui, seperti dilaporkan Mirror Online, telah meminta maaf atas tindakannya. Dia mengaku menyesali perkelahian verbal dengan para wanita.
Dia mengklaim bahwa ia telah gusar oleh ketegangan baru-baru ini seputar “larangan burkini”. Dia juga emosi karena kehilangan seorang teman yang telah meninggal di sebuah konser di Bataclan akibat serangan teror pada November 2015.
(mas)