Media AS: Buron Utama RI Bahrun Naim Bangun Jaringan Jihadis di Solo
A
A
A
JAKARTA - Media Amerika Serikat (AS), Reuters, melansir laporan perihal sepak terjang Bahrun Naim, buron utama polisi Indonesia terkait kasus terorisme. Bahrun Naim yang dituduh dalang serangan bom di kawasan Sarinah, Thamrin, itu disebut membangun jaringan “jihadis” di kampung halamannya di Solo, Jawa Tengah.
Bahrun Naim sendiri diyakini polisi Indonesia berada di Suriah dan bergabung dengan kelompok Islamic State atau ISIS.
Laporan media itu diawali dengan insiden baku tembak pada Mei 2011 antara aparat Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Kepolisian Indonesia dengan kelompok “Tim Hisbah”. Pendiri kelompok itu, Sigit Qurdowi, tewas dalam insiden tersebut.
Setelah kematian Sigit, kelompok tersebut terpecah. Salah satu sempalannya adalah kelompok yang terkait dengan Bahrun Naim, pria yang dituduh polisi sebagai koordinator ISIS di Indonesia.
Lima tahun setelah insiden baku tembak tersebut, menurut Reuters, Bahrin Naim berada di Raqqa, Suriah. Dari wilayah yang dikenal sebagai “ibu kota” ISIS tersebut, Bahrun Naim membangun jaringan “jihadis” di Solo.
Sepak terjang Bahrun Naim ini, membuat pihak berwenang khawatir karena berpotensi melakukan serangan besar.
Reuters mengklaim pernah menghubungi seorang pria yang diidentifikasi sebagai Bahrun Naim pada November lalu melalui aplikasi Telegram, yang diberikan oleh salah satu kenalan Bahrun Naim. Dalam komunikasi itu, Bahrun Naim mengatakan; “ISIS memiliki cukup orang di Indonesia untuk melaksanakan suatu tindakan, dan dukungan yang lebih dari cukup.”
“Tinggal menunggu pemicu yang tepat,” lanjut Bahrun Naim. Meski demikian, Reuters tidak bisa secara independen memverifikasi pernyataan dan identitas pria yang diyakini sebagai Bahrun Naim tersebut.
Amir Mahmud, mantan mujahidin Afghanistan terlatih, mengakui ada akomodasi pengembangan gerakan “jihad” di Indonesia yang dimulai pada Juli 2014.
Menurutnya, sekitar 2.000 orang muncul untuk salah satu pertemuan pertama di Masjid Makmur Baitul, di mana banyak dari mereka mendukung “kekhalifahan” Islam di Timur Tengah.
”Ini adalah panggilan spiritual spontan,” kata Amir Mahmud, yang juga seorang dosen universitas, sebagaiman dikutip dari Reuters, semalam (26/8/2016).
”Negara Islam,” imbuh dia. ”Adalah gerakan booming.”
Dirjen Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM RI, Freddy Haris, kepada media AS itu mengatakan, polisi bisa melakukan penyelidikan dari orang-orang yang mendukung ISIS.
”Jika ada orang yang menyatakan dukungan untuk ISIS, itu menjadi bukti awal bagi polisi untuk menyelidiki apakah mereka terlibat dalam kelompok atau kegiatan teroris (atau tidak),” katanya.
”Jika ada bukti mereka terlibat, maka kita lanjutkan dengan tindakan (hukum),” imbuh dia.
Bahrun Naim sendiri diyakini polisi Indonesia berada di Suriah dan bergabung dengan kelompok Islamic State atau ISIS.
Laporan media itu diawali dengan insiden baku tembak pada Mei 2011 antara aparat Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Kepolisian Indonesia dengan kelompok “Tim Hisbah”. Pendiri kelompok itu, Sigit Qurdowi, tewas dalam insiden tersebut.
Setelah kematian Sigit, kelompok tersebut terpecah. Salah satu sempalannya adalah kelompok yang terkait dengan Bahrun Naim, pria yang dituduh polisi sebagai koordinator ISIS di Indonesia.
Lima tahun setelah insiden baku tembak tersebut, menurut Reuters, Bahrin Naim berada di Raqqa, Suriah. Dari wilayah yang dikenal sebagai “ibu kota” ISIS tersebut, Bahrun Naim membangun jaringan “jihadis” di Solo.
Sepak terjang Bahrun Naim ini, membuat pihak berwenang khawatir karena berpotensi melakukan serangan besar.
Reuters mengklaim pernah menghubungi seorang pria yang diidentifikasi sebagai Bahrun Naim pada November lalu melalui aplikasi Telegram, yang diberikan oleh salah satu kenalan Bahrun Naim. Dalam komunikasi itu, Bahrun Naim mengatakan; “ISIS memiliki cukup orang di Indonesia untuk melaksanakan suatu tindakan, dan dukungan yang lebih dari cukup.”
“Tinggal menunggu pemicu yang tepat,” lanjut Bahrun Naim. Meski demikian, Reuters tidak bisa secara independen memverifikasi pernyataan dan identitas pria yang diyakini sebagai Bahrun Naim tersebut.
Amir Mahmud, mantan mujahidin Afghanistan terlatih, mengakui ada akomodasi pengembangan gerakan “jihad” di Indonesia yang dimulai pada Juli 2014.
Menurutnya, sekitar 2.000 orang muncul untuk salah satu pertemuan pertama di Masjid Makmur Baitul, di mana banyak dari mereka mendukung “kekhalifahan” Islam di Timur Tengah.
”Ini adalah panggilan spiritual spontan,” kata Amir Mahmud, yang juga seorang dosen universitas, sebagaiman dikutip dari Reuters, semalam (26/8/2016).
”Negara Islam,” imbuh dia. ”Adalah gerakan booming.”
Dirjen Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM RI, Freddy Haris, kepada media AS itu mengatakan, polisi bisa melakukan penyelidikan dari orang-orang yang mendukung ISIS.
”Jika ada orang yang menyatakan dukungan untuk ISIS, itu menjadi bukti awal bagi polisi untuk menyelidiki apakah mereka terlibat dalam kelompok atau kegiatan teroris (atau tidak),” katanya.
”Jika ada bukti mereka terlibat, maka kita lanjutkan dengan tindakan (hukum),” imbuh dia.
(mas)