Presiden Venezuela Ancam Lakukan Operasi Pembersihan
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro memperingatkan kelompok oposisi untuk tidak melakukan aksi kudeta seperti di Turki. Maduro menyatakan jika kelompok oposisi nekat melakukan hal itu maka ia akan melakukan operasi pembersihan yang lebih dahsyat dari yang dilakukan oleh Presiden Turki.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi, Maduro menyatakan, operasi pembersihan yang dilakukan oleh Presiden Erdogan akan terlihat seperti permainan anak-anak dibanding apa yang akan dilakukannya terhadap kelompok oposisi jika nekat melakukan kudeta.
"Apakah Anda melihat apa yang terjadi di Turki? Erdogan akan tampak seperti bayi menyusui dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Revolusi Bolivarian lakukan jika langkah-langkah sayap kanan di atas garis kudeta," kata Maduro seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (20/8/2016).
Sejak mendiang presiden Hugo Chaves selama dari upaya kudeta yang didukung oleh oposisi pada tahun 2002 lalu, revolusi yang ia namai atas nama pejuang pembebasan Amerika Latin Simon Bolivar terus mendapat tentangan dari lawan-lawannya. Mereka berniat merebut kembali kekuasaan dengan kekerasan.
Popularitas Maduro sendiri terjerembab seiring jatuhnya hanya minyak dunia dan salah urus ekonomi yang membuat salah satu negara terkaya di Amerika itu jatuh dalam resesi yang dalam. Hal ini memicu krisis bahan-bahan dasar seperti makanan dan obat-obatan.
Kelompok oposisi berencana untuk melakukan demonstrasi besar-besaran pada 1 September mendatang untuk menutut referendum guna mengakhiri masa kepemimpinan Maduro yang akan berakhir pada 2019 mendatang.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi, Maduro menyatakan, operasi pembersihan yang dilakukan oleh Presiden Erdogan akan terlihat seperti permainan anak-anak dibanding apa yang akan dilakukannya terhadap kelompok oposisi jika nekat melakukan kudeta.
"Apakah Anda melihat apa yang terjadi di Turki? Erdogan akan tampak seperti bayi menyusui dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Revolusi Bolivarian lakukan jika langkah-langkah sayap kanan di atas garis kudeta," kata Maduro seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (20/8/2016).
Sejak mendiang presiden Hugo Chaves selama dari upaya kudeta yang didukung oleh oposisi pada tahun 2002 lalu, revolusi yang ia namai atas nama pejuang pembebasan Amerika Latin Simon Bolivar terus mendapat tentangan dari lawan-lawannya. Mereka berniat merebut kembali kekuasaan dengan kekerasan.
Popularitas Maduro sendiri terjerembab seiring jatuhnya hanya minyak dunia dan salah urus ekonomi yang membuat salah satu negara terkaya di Amerika itu jatuh dalam resesi yang dalam. Hal ini memicu krisis bahan-bahan dasar seperti makanan dan obat-obatan.
Kelompok oposisi berencana untuk melakukan demonstrasi besar-besaran pada 1 September mendatang untuk menutut referendum guna mengakhiri masa kepemimpinan Maduro yang akan berakhir pada 2019 mendatang.
(ian)