Ketegangan di LCS Meningkat, Jepang Pinjamkan Kapal Mata-mata ke Filipina
A
A
A
TOKYO - Jepang berencana untuk memberikan dua kapal patroli dan menyediakan pesawat pengintai kepada Filipina. Rencana tersebut dilakukan dalam upaya untuk menghalangi pengaruh China di kawasan Laut China Selatan (LCS).
"Kita berbicara tentang besarnya ukuran, panjang kapal 90 meter. Kami juga membahas kemungkinan penyewaan pesawat yang dirancang untuk pelatihan. Pesawat tersebut adalah pesawat pengintai," kata sekretaris pers Kementerian Luar Negeri Jepang, Masato Ohtaka seperti dikutip dari laman Sputnik, Sabtu (13/8/2016).
Dalam kesempatan itu, Ohtaka juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi di LCS. Sumber intelijen terbaru mengatakan China terus meningkatkan jumlah kapal keamanan di sekitar Scarborough Shoal. Keberadaan kapal-kapal itu telah melewati batas yang ditetapkan oleh Amerika Serikat (AS).
"Kami sangat prihatin. Ini tidak menjadi lebih baik dari situasi di Laut Cina Timur," kata Ohtaka merujuk pada perseteruan Jepang dan China terhadap serangkaian pulau di kawasan tersebut.
China telah mengklaim secara sepihak sebagai pemilik sebagian kawasan LCS. Namun klaim itu dimentahkan oleh pengadilan arbitrase internasional yang menyatakan China tidak mempunyai hak sejarah atas jalur laut tersibuk di dunia itu. Namun China menolak keputusan itu dan menyatakan pengadilan arbitrase internasional tidak berhak memutuskan masalah teritorial.
"Kita berbicara tentang besarnya ukuran, panjang kapal 90 meter. Kami juga membahas kemungkinan penyewaan pesawat yang dirancang untuk pelatihan. Pesawat tersebut adalah pesawat pengintai," kata sekretaris pers Kementerian Luar Negeri Jepang, Masato Ohtaka seperti dikutip dari laman Sputnik, Sabtu (13/8/2016).
Dalam kesempatan itu, Ohtaka juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi di LCS. Sumber intelijen terbaru mengatakan China terus meningkatkan jumlah kapal keamanan di sekitar Scarborough Shoal. Keberadaan kapal-kapal itu telah melewati batas yang ditetapkan oleh Amerika Serikat (AS).
"Kami sangat prihatin. Ini tidak menjadi lebih baik dari situasi di Laut Cina Timur," kata Ohtaka merujuk pada perseteruan Jepang dan China terhadap serangkaian pulau di kawasan tersebut.
China telah mengklaim secara sepihak sebagai pemilik sebagian kawasan LCS. Namun klaim itu dimentahkan oleh pengadilan arbitrase internasional yang menyatakan China tidak mempunyai hak sejarah atas jalur laut tersibuk di dunia itu. Namun China menolak keputusan itu dan menyatakan pengadilan arbitrase internasional tidak berhak memutuskan masalah teritorial.
(ian)