Akur, Turki Ajak Rusia Operasi Bareng di Suriah
A
A
A
ANKARA - Turki mengajak Rusia untuk melaksanakan operasi militer bersama memerangi kelompok Islamic State atau ISIS di Suriah. Ajakan itu muncul setelah kedua negara mengakhiri perseteruan.
Rusia dan Turki sudah akur setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan pertemuan di Saint Petersburg, Rusia. Kedua negara sempat berseteru setelah militer Ankara menembak jatuh pesawat jet tempur Moskow tahun lalu di perbatasan Suriah-Turki.
Ajakan Turki pada Rusia untuk operasi bersama di Suriah disampaikan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. ”Kami akan membahas semua rincian. Kami selalu meminta Rusia untuk melaksanakan operasi anti-Daesh (ISIS) bersama-sama,” kata Cavusoglu dalam wawancaranya dengan stasiun televisi NTV, hari Kamis.
Ajakan itu, kata dia, masih ada “di meja”. ”Mari kita berjuang melawan kelompok teroris bersama-sama,” ujar Menlu Turki tersebut.
Erdogan mengunjungi Saint Petersburg, Rusia, pada hari Selasa. Kunjungan Erdogan ke Rusia ini merupakan yang pertama kali sejak upaya kudeta terjadi di Turki pada 15 Juli 2016.
Tawaran Turki pada Rusia untuk operasi militer bersama-sama di Suriah ini berpotensi menjadi polemik baru. Sebab, Turki selama ini jadi bagian dari koalisi anti-ISIS yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Selain itu, AS hingga kini masih menolak untuk kerja sama dengan Rusia dalam operasi militer.
Cavusoglu menambahkan, tiga orang delegasi Turki di Moskow, yang terdiri dari wakil-wakil dari militer, intelijen dan dinas luar negeri, bertugas melaksanakan keputusan yang dibuat pada pertemuan puncak Erdogan dan Putin hari Selasa lalu.
”Saya percaya mekanisme akan memberikan kontribusi untuk proses ini,” ujarnya. Cavusoglu mengatakan kerjasama yang erat antara Turki dan Rusia akan membantu mencegah insiden di masa depan seperti penembakan pesawat pada November 2015 lalu.
”Banyak negara terlibat aktif di Suriah. Mungkin ada kesalahan,” katanya, mengacu pada kondisi operasi militer banyak negara di Suriah.
Rusia dan Turki sudah akur setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan pertemuan di Saint Petersburg, Rusia. Kedua negara sempat berseteru setelah militer Ankara menembak jatuh pesawat jet tempur Moskow tahun lalu di perbatasan Suriah-Turki.
Ajakan Turki pada Rusia untuk operasi bersama di Suriah disampaikan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu. ”Kami akan membahas semua rincian. Kami selalu meminta Rusia untuk melaksanakan operasi anti-Daesh (ISIS) bersama-sama,” kata Cavusoglu dalam wawancaranya dengan stasiun televisi NTV, hari Kamis.
Ajakan itu, kata dia, masih ada “di meja”. ”Mari kita berjuang melawan kelompok teroris bersama-sama,” ujar Menlu Turki tersebut.
Erdogan mengunjungi Saint Petersburg, Rusia, pada hari Selasa. Kunjungan Erdogan ke Rusia ini merupakan yang pertama kali sejak upaya kudeta terjadi di Turki pada 15 Juli 2016.
Tawaran Turki pada Rusia untuk operasi militer bersama-sama di Suriah ini berpotensi menjadi polemik baru. Sebab, Turki selama ini jadi bagian dari koalisi anti-ISIS yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Selain itu, AS hingga kini masih menolak untuk kerja sama dengan Rusia dalam operasi militer.
Cavusoglu menambahkan, tiga orang delegasi Turki di Moskow, yang terdiri dari wakil-wakil dari militer, intelijen dan dinas luar negeri, bertugas melaksanakan keputusan yang dibuat pada pertemuan puncak Erdogan dan Putin hari Selasa lalu.
”Saya percaya mekanisme akan memberikan kontribusi untuk proses ini,” ujarnya. Cavusoglu mengatakan kerjasama yang erat antara Turki dan Rusia akan membantu mencegah insiden di masa depan seperti penembakan pesawat pada November 2015 lalu.
”Banyak negara terlibat aktif di Suriah. Mungkin ada kesalahan,” katanya, mengacu pada kondisi operasi militer banyak negara di Suriah.
(mas)