Dubes Kanada: Muhammad Jadi Nama Populer di Negara Kami
A
A
A
JAKARTA - Kanada adalah negara yang sangat terbuka bagi semua ras, agama dan suku. Menurut Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Donald Bobiash ini bisa terlihat dari pemilihan nama bagi anak-anak di Kanada.
Bobiash, dalam sambutannya di perayaan hari nasional Kanada, semalam, menuturkan berbeda halnya dengan kebanyakan negara di kawasan Amerika, di negaranya nama Muhammad menjadi nama yang paling populer digunakan.
"Seperti yang disampaikan oleh Perdana Menteri (Justin) Trudeau, keberagaman kita sangat kuat. Di banyak kota di negara kami, Lee adalah keluarga yang umum, dan Muhammad menjadi nama yang paling populer," ucap Bobiash.
"Kanada adalah negara dengan penuh kesempatan. Melalui kerja keras, imigran dari seluruh dunia bisa mencapai puncak. Di negara kami, kami menilai berdasarkan perkembangan anak-anak mereka (imigran), bukan dari asal orang tua. Pluraisme adalah inti dari identitas Kanada," sambungnya.
Dia sedikit melemparkan sinidiran kepada bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari partai Republik, Donald Trump mengenai idenya membangun tembok tebal di perbatasan antara AS dan Meksiko.
"Daripada berpikir untuk membangun tembok, Perdana Menteri kami lebih memilih untuk pergi ke bandara Toronto, dan menyambut langsung para pengungsi dari Suriah," imbuhnya.
Bobiash, dalam sambutannya di perayaan hari nasional Kanada, semalam, menuturkan berbeda halnya dengan kebanyakan negara di kawasan Amerika, di negaranya nama Muhammad menjadi nama yang paling populer digunakan.
"Seperti yang disampaikan oleh Perdana Menteri (Justin) Trudeau, keberagaman kita sangat kuat. Di banyak kota di negara kami, Lee adalah keluarga yang umum, dan Muhammad menjadi nama yang paling populer," ucap Bobiash.
"Kanada adalah negara dengan penuh kesempatan. Melalui kerja keras, imigran dari seluruh dunia bisa mencapai puncak. Di negara kami, kami menilai berdasarkan perkembangan anak-anak mereka (imigran), bukan dari asal orang tua. Pluraisme adalah inti dari identitas Kanada," sambungnya.
Dia sedikit melemparkan sinidiran kepada bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari partai Republik, Donald Trump mengenai idenya membangun tembok tebal di perbatasan antara AS dan Meksiko.
"Daripada berpikir untuk membangun tembok, Perdana Menteri kami lebih memilih untuk pergi ke bandara Toronto, dan menyambut langsung para pengungsi dari Suriah," imbuhnya.
(esn)