Ayah Pembantai di Kelab Gay Orlando: Tuhan Menghukum Homoseksual
A
A
A
ORLANDO - Seddique Mateen, ayah dari Omar Mateen, 29, pelaku pembantaian di kelab gay Pulse di Orlando, Amerika Serikat (AS), mengaku sedih dengan tindakan putranya. Namun, menurutnya, Tuhan menghukum kaum homoseksual.
Melalui video yang diunggah di Facebook pada hari Senin, Seddique menyebut Omar Mateen adalah anak baik dan berpendidikan.
”Saya sangat sedih dan telah mengumumkan ini kepada orang-orang Amerika,” kata Seddique dalam video berdurasi tiga menit berbahasa Dari. Dia terkejut, putranya melakukan penembakan massal saat bulan suci Ramadhan.
”Terserah Tuhan untuk menghukum homoseksual,” ujarnya.
Omar Mateen merupakan pria AS keturunan Afghanistan. Bahkan, ayahnya dalam sebuah tayangan televisi mengaku sebagai pendukung Taliban dan ingin menjadi Presiden Afghanistan.
”Taliban adalah 100 persen Afghanistan,” kata Seddique dalam rekaman tayangan televisi, di mana dia tampil dengan seragam militer.
Baca juga:
Omar Mateen Tertawa saat Bantai Puluhan Orang di Kelab Gay Orlando
Namun, para pejabat di Afghanistan berusaha untuk menjauhkan diri dari keluarga Omar Mateen, dengan menyatakan bahwa mereka tidak tahu kapan Seddique meninggalkan Afghanistan dan menetap di AS.
”Semua dapat kita katakan adalah bahwa dia (Mateen) adalah warga negara AS asal Afghanistan. Dia telah tinggal di AS selama beberapa dekade, dan itu semua kita tahu dari media,” kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Afghanistan kepada AFP, Selasa (14/6/2016) yang berbicara dalam kondisi anonim.
Sementara itu, seorang sumber senior Taliban di perbatasan Afghanistan-Pakistan tidak setuju jika penembakan massal oleh Omar Mateen sebagai perjuangan.
”Saya bahkan tidak menganggap dia berjihad,” kata sumber Taliban tersebut.
Dalam penembakan massal di kelab malam Pulse, sebanyak 49 orang tewas termasuk Omar Mateen. Sebelumnya, kepolisian Orlando menyebut korban tewas mencapai 50 orang namun jumlah korban tewas itu sudah direvisi.
Melalui video yang diunggah di Facebook pada hari Senin, Seddique menyebut Omar Mateen adalah anak baik dan berpendidikan.
”Saya sangat sedih dan telah mengumumkan ini kepada orang-orang Amerika,” kata Seddique dalam video berdurasi tiga menit berbahasa Dari. Dia terkejut, putranya melakukan penembakan massal saat bulan suci Ramadhan.
”Terserah Tuhan untuk menghukum homoseksual,” ujarnya.
Omar Mateen merupakan pria AS keturunan Afghanistan. Bahkan, ayahnya dalam sebuah tayangan televisi mengaku sebagai pendukung Taliban dan ingin menjadi Presiden Afghanistan.
”Taliban adalah 100 persen Afghanistan,” kata Seddique dalam rekaman tayangan televisi, di mana dia tampil dengan seragam militer.
Baca juga:
Omar Mateen Tertawa saat Bantai Puluhan Orang di Kelab Gay Orlando
Namun, para pejabat di Afghanistan berusaha untuk menjauhkan diri dari keluarga Omar Mateen, dengan menyatakan bahwa mereka tidak tahu kapan Seddique meninggalkan Afghanistan dan menetap di AS.
”Semua dapat kita katakan adalah bahwa dia (Mateen) adalah warga negara AS asal Afghanistan. Dia telah tinggal di AS selama beberapa dekade, dan itu semua kita tahu dari media,” kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Afghanistan kepada AFP, Selasa (14/6/2016) yang berbicara dalam kondisi anonim.
Sementara itu, seorang sumber senior Taliban di perbatasan Afghanistan-Pakistan tidak setuju jika penembakan massal oleh Omar Mateen sebagai perjuangan.
”Saya bahkan tidak menganggap dia berjihad,” kata sumber Taliban tersebut.
Dalam penembakan massal di kelab malam Pulse, sebanyak 49 orang tewas termasuk Omar Mateen. Sebelumnya, kepolisian Orlando menyebut korban tewas mencapai 50 orang namun jumlah korban tewas itu sudah direvisi.
(mas)