Eks Istri Sebut Pembantai Klub Gay di Orlando Temperamental
A
A
A
ORLANDO - Sitora Yusufiy, mantan istri Omar Mateen si pelaku pembantaian di klub gay Pulse di Orlando mengatakan bahwa kondisi mental mantan suaminya tidak stabil dan temperamental.
Sebelum berpisah, wanita itu mengaku kerap dipukuli Omar Mateen. Namun, dia tidak mengetahui jika mantan suaminya memiliki hubungan dengan kelompok radikal.
Omar Mateen mengumbar tembakan di klub malam Pulse pada Minggu pukul 02.00 dini hari. Sebanyak 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka.
”Dia memukul saya. Dia hanya akan datang ke rumah dan mulai memukuli saya karena cucian tidak selesai atau sesuatu yang seperti itu,” kata Sitor Yusufiy.
Menurutnya, pada awalnya Omar Mateen tampak seperti pria normal. Omar Mateen, kata dia, seperti dikutip Reuters, Senin (13/6/2016), bukan sosok religius.
Selama enam bulan menikah, mantan suaminya tidak menunjukkan tanda-tanda fanatik terhadap kelompok radikal.
Omar Mateen, kata dia, bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah fasilitas untuk anak-anak nakal dan sering menghabiskan waktu berolahraga di gym terdekat.
Pengkuan berbeda muncul dari pihak Islamic Center Fort Pierce, di mana Omar Mateen kerap datang ke Pusat Islam itu selama beberapa tahun. Hal itu diungkap pengurus lembaga itu, Imam Shafiq Rahman.
”Dia datang dan berdoa dan pergi. Tidak ada indikasi sama sekali bahwa dia akan melakukan sesuatu kekerasan,” katanya.
Sebelum berpisah, wanita itu mengaku kerap dipukuli Omar Mateen. Namun, dia tidak mengetahui jika mantan suaminya memiliki hubungan dengan kelompok radikal.
Omar Mateen mengumbar tembakan di klub malam Pulse pada Minggu pukul 02.00 dini hari. Sebanyak 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka.
”Dia memukul saya. Dia hanya akan datang ke rumah dan mulai memukuli saya karena cucian tidak selesai atau sesuatu yang seperti itu,” kata Sitor Yusufiy.
Menurutnya, pada awalnya Omar Mateen tampak seperti pria normal. Omar Mateen, kata dia, seperti dikutip Reuters, Senin (13/6/2016), bukan sosok religius.
Selama enam bulan menikah, mantan suaminya tidak menunjukkan tanda-tanda fanatik terhadap kelompok radikal.
Omar Mateen, kata dia, bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah fasilitas untuk anak-anak nakal dan sering menghabiskan waktu berolahraga di gym terdekat.
Pengkuan berbeda muncul dari pihak Islamic Center Fort Pierce, di mana Omar Mateen kerap datang ke Pusat Islam itu selama beberapa tahun. Hal itu diungkap pengurus lembaga itu, Imam Shafiq Rahman.
”Dia datang dan berdoa dan pergi. Tidak ada indikasi sama sekali bahwa dia akan melakukan sesuatu kekerasan,” katanya.
(mas)