Korban 200 Anak, Polisi Malaysia Cek Jejak Paedofil Inggris
A
A
A
KUALA LUMPUR - Kepolisian Malaysia mengidentifikasi lokasi-lokasi yang pernah dikunjungi tersangka paedofil asal Inggris, Richard Huckle. Dia tertangkap dengan lebih dari 20 ribu gambar pelecehan seks anak dan mengaku melakukan serangan seksual terhadap sekitar 200 anak, beberapa di antaranya balita.
Wakil Direktur Penyelidikan dan Hukum Kepolisian Bukit Aman, Law Hong Soon, mengatakan bahwa polisi memutuskan untuk pergi ke lokasi-lokasi yang pernah disinggahi Huckler dalam upaya untuk mengidentifikasi anak-anak yang mengalami pelecehan seksual oleh tersangka pada 2005-2014.
”Pada saat ini, kami telah mengidentifikasi tempat dan telah pergi ke beberapa lokasi yang dia kunjungi,” katanya, Jumat (3/6/2016).
”Kami juga mencari untuk menemukan anak-anak guna tujuan rehabilitasi,” lanjut dia, seperti dikutip The Star.
Polisi, sambung Hong Soon, juga telah mengidentifikasi orang-orang yang diyakini sebagai kenalan dari Huckle.
”Kami sedang dalam proses pencatatan laporan dari mereka yang telah berhubungan dengan Huckle sambil menunggu Badan Kejahatan Nasional Inggris (NCA) untuk berbagi informasi lebih lanjut dari kegiatan paedophilic di sini,” katanya.
”Kami masih belum menerima laporan dari korban atau pengasuh dan orang tua mereka," katanya lagi.
Ditanya mengapa polisi "gagal" untuk mendeteksi kegiatan terlarang Huckle, Hong Soon mengatakan bahwa pria Inggris itu masuk Malaysia dengan dokumen perjalanan yang sah sebagai pekerja sosial.
”Polisi tidak dapat mengidentifikasi kegiatan mengerikannya terutama karena dia menggunakan web gelap yang hanya dapat diakses oleh anggota,” ujarnya.
Huckle, 30, menghabiskan beberapa tahun dengan memperkosa dan melakukan serangan seksual terhadap anak-anak saat ia berada di Malaysia. Dia dikabarkan bekerja sebagai guru bahasa Inggris dan fotografer.
Dia ditangkap di Bandara Gatwick di Inggris pada bulan Desember tahun 2014.
Wakil Direktur Penyelidikan dan Hukum Kepolisian Bukit Aman, Law Hong Soon, mengatakan bahwa polisi memutuskan untuk pergi ke lokasi-lokasi yang pernah disinggahi Huckler dalam upaya untuk mengidentifikasi anak-anak yang mengalami pelecehan seksual oleh tersangka pada 2005-2014.
”Pada saat ini, kami telah mengidentifikasi tempat dan telah pergi ke beberapa lokasi yang dia kunjungi,” katanya, Jumat (3/6/2016).
”Kami juga mencari untuk menemukan anak-anak guna tujuan rehabilitasi,” lanjut dia, seperti dikutip The Star.
Polisi, sambung Hong Soon, juga telah mengidentifikasi orang-orang yang diyakini sebagai kenalan dari Huckle.
”Kami sedang dalam proses pencatatan laporan dari mereka yang telah berhubungan dengan Huckle sambil menunggu Badan Kejahatan Nasional Inggris (NCA) untuk berbagi informasi lebih lanjut dari kegiatan paedophilic di sini,” katanya.
”Kami masih belum menerima laporan dari korban atau pengasuh dan orang tua mereka," katanya lagi.
Ditanya mengapa polisi "gagal" untuk mendeteksi kegiatan terlarang Huckle, Hong Soon mengatakan bahwa pria Inggris itu masuk Malaysia dengan dokumen perjalanan yang sah sebagai pekerja sosial.
”Polisi tidak dapat mengidentifikasi kegiatan mengerikannya terutama karena dia menggunakan web gelap yang hanya dapat diakses oleh anggota,” ujarnya.
Huckle, 30, menghabiskan beberapa tahun dengan memperkosa dan melakukan serangan seksual terhadap anak-anak saat ia berada di Malaysia. Dia dikabarkan bekerja sebagai guru bahasa Inggris dan fotografer.
Dia ditangkap di Bandara Gatwick di Inggris pada bulan Desember tahun 2014.
(mas)