Swiss Wajibkan Siswa Muslim Jabat Tangan dengan Guru Perempuan
A
A
A
JENEWA - Departemen Pendidikan Budaya dan Olahraga Swiss mengeluarkan aturan baru, di mana siswa Muslim harus berjabat tangan dengan guru perempuan.
Jika menolak aturan itu, orang tua siswa akan didenda hingga 5 ribu franc atau sekitar USD5.046.
Aturan ini mengabaikan toleransi terhadap sebagian warga Muslim di Swiss yang meyakini haram berjabat tangan antara pria dan perempuan yang bukan muhrim.
”Minat masyarakat terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan integrasi orang asing secara signifikan melebihi kebebasan hati nurani (kebebasan beragama) dari siswa,” bunyi pernyataan Departemen Pendidikan, Budaya dan Olahraga di Basel-Landschaft, utara Swiss, hari Rabu.
Menurut departemen, jika siswa menolak untuk berjabat tangan, itu berarti bahwa mereka melibatkan orang lain dalam tindakan religius.
”Isyarat sosial jabat tangan adalah penting bagi siswa dalam kehidupan profesional mereka," lanjut pernyataan departemen itu, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (26/5/2016).
Sebuah sekolah di Swiss menyatakan ada siswa Muslim yang tetap menolak untuk berjabat tangan dengan guru perempuan menyusul aturan kontroversial itu.
Aturan ini muncul hampir dua bulan setelah kasus di Therwi, di mana dua siswa berusia 14 dan 15 tahun, menolak untuk berjabat tangan dengan guru perempuan mereka. Mereka mengatakan, jabat tangan itu bertentangan keyakinan agama mereka.
Anak-anak tersebut berpendapat bahwa agama Islam tidak mengizinkan kontak fisik antar-lawan jenis, kecuali dengan anggota keluarga.
Jika menolak aturan itu, orang tua siswa akan didenda hingga 5 ribu franc atau sekitar USD5.046.
Aturan ini mengabaikan toleransi terhadap sebagian warga Muslim di Swiss yang meyakini haram berjabat tangan antara pria dan perempuan yang bukan muhrim.
”Minat masyarakat terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan integrasi orang asing secara signifikan melebihi kebebasan hati nurani (kebebasan beragama) dari siswa,” bunyi pernyataan Departemen Pendidikan, Budaya dan Olahraga di Basel-Landschaft, utara Swiss, hari Rabu.
Menurut departemen, jika siswa menolak untuk berjabat tangan, itu berarti bahwa mereka melibatkan orang lain dalam tindakan religius.
”Isyarat sosial jabat tangan adalah penting bagi siswa dalam kehidupan profesional mereka," lanjut pernyataan departemen itu, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (26/5/2016).
Sebuah sekolah di Swiss menyatakan ada siswa Muslim yang tetap menolak untuk berjabat tangan dengan guru perempuan menyusul aturan kontroversial itu.
Aturan ini muncul hampir dua bulan setelah kasus di Therwi, di mana dua siswa berusia 14 dan 15 tahun, menolak untuk berjabat tangan dengan guru perempuan mereka. Mereka mengatakan, jabat tangan itu bertentangan keyakinan agama mereka.
Anak-anak tersebut berpendapat bahwa agama Islam tidak mengizinkan kontak fisik antar-lawan jenis, kecuali dengan anggota keluarga.
(mas)