Sadar Janji ISIS Hanya Utopis, Pria AS Membelot dari ISIS

Jum'at, 20 Mei 2016 - 15:54 WIB
Sadar Janji ISIS Hanya...
Sadar Janji ISIS Hanya Utopis, Pria AS Membelot dari ISIS
A A A
NEW YORK - Seorang pria asal Amerika Serikat (AS) yang membelot dari kelompok ISIS menyerukan pada semua orang untuk tidak terpikat kelompok itu. Pembelot ini menyadari bahwa janji-janji ISIS yang mengatasnamakan agama tertentu hanya utopis.

Pria asal New York yang hanya boleh diidentifikasi sebagai “Mo” ini telah ditahan pihak keamanan AS setelah selama lima bergabung dengan kelompok Islamic State (ISIS) di Suriah.

Dalam sebuah wawancara pertamanya dengan NBC News , dia mengaku meninggalkan AS untuk bergabung dengan ISIS karena terpesona dengan janji-janji ISIS untuk menciptakan kekhalifahan yang baik berdasarkan hukum syariah Islam.

Namun, kata dia, jani ISIS itu hanya utopis setelah dia melihat sendiri kebrutalan dan kekacauan yang dilakukan ISIS saat dia tiba di Suriah.

”Pada satu titik menjelang akhir, ada hal-hal yang semakin serius, saya melihat kepala orang terputus ditempatkan pada tiang berduri,” kata pria 27 tahun ini yang menjadi tahanan kepolisian federal AS.

Mo mengaku sempat terpesona oleh kelompok ISIS berkat video dan artikel propaganda kelompok itu. Dia kemudian menggunakan uang tabungan untuk terbang ke Turki pada bulan Juni 2014 dan akhirnya bergabung dengan ISIS di Suriah.

Mo bercerita tentang malam mengerikan ketika dia menyeberang ke Suriah. Di sebuah kamp pelatihan ISIS dia didoktrin soal hukum syariah hingga taktik militer. Dia mengatakan, rekan-rekanya yang direkrut ISIS juga terpesona oleh pemandangan militant ISIS yang mengenakan sabuk bom bunuh diri.

Namun, Mo akhirnya mengambil keputusan untuk melarikan diri setelah dia melihat seorang warga sipil ditangkap di jalan hanya karena merokok.

”ISIS tidak membawa Islam ke dunia, dan orang-orang perlu tahu itu. Dan saya akan mengatakan sampai hari di mana saya meninggal,” katanya, yang dilansir Jumat (20/5/2016).

Pada musim gugur 2014, dia berhasil melarikan diri dari Suriah dan sampai ke konsulat AS di Turki. ”Itu adalah bantuan yang luar biasa," katanya. "Ketika saya sampai ke pintu konsulat, saya benar-benarmenggedor pintu dan saya seperti berujar, ‘biarkan saya masuk’.”

FBI mengatakan kepada NBC News bahwa ketika Mo sampai ke konsulat AS, seorang karyawan konsulat menghubungi biro, yang bekerja dengan jaksa federal untuk memperoleh surat perintah penangkapan.

Setelah dia dibawa kembali ke AS dan diinterogasi, Mo menandatangani perjanjian kerjasama dan mengaku bersalah atas dua tuduhan. Yakni, memberikan dukungan material untuk organisasi teroris dan menerima pelatihan militer dari organisasi teroris.

Tuduhan itu membuatnya terancam penjara antara 10 dan 25 tahun.

”Mo telah memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang identitas dan kegiatan anggota ISIS lainnya," kata FBI dalam sebuah pernyataan kepada NBC News. Atas kerjasama itu, dia bisa mendapatkan keringanan hukuman.

Ali Soufan, mantan agen FBI yang menjalankan perusahaan keamanan The Soufan Group, mencatat bahwa ketika Mo pergi, ISIS belum ditampilkan sebagai kelompok yang paling haus darah.

”Pada musim semi 2014, masih banyak orang yang tidak yakin bahwa ISIS adalah organisasi teroris yang buruk,” kata Soufan.

“Orang-orang pergi karena mereka memiliki sesuatu di dalam mereka yang membuat mereka tertarik untuk (bergabung dengan) jenis-jenis kelompok dan jenis-jenis orang. Jadi orang-orang ini tidak tidak bersalah 100 persen,” ujarnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3312 seconds (0.1#10.140)