Kremlin: Inggris Gunakan Rusia Dalam Kampanye Brexit
A
A
A
MOSKOW - Kremlin menuturkan Inggris menggunakan isu Rusia atau Vladimir Putin dalam debat pra-refendum, apakah mereka akan keluar dari Uni Eropa (UE) atau tidak, yang dikenal dengan nama Brexit. Para tokoh, baik yang pro atau kontra dengan Brexir memanfaatkan Rusia untuk mencari dukungan.
Juru bicara Kremlin, Dmtry Peskov menuturkan, ini adalah sesuatu hal yang baru, yang belum dilihat Rusia sebelumnya. Menurutnya, jika isu Rusia digunakan dalam kampanye AS, itu adalah hal yang sudah lumrah, tapi dalam kampanye Brexit, itu adalah hal baru.
"Kami sudah terbiasa dengan penggunaan Rusia sebagai salah satu alat yang digunakan dalam kampanye pemilu di AS. Tetapi bagi kami, adalah hal yang baru bahwa faktor Rusia atau faktor Presiden Putin sedang digunakan dalam perdebatan Brexit," Peskov dalam sebuah pernyataan.
"Ini adalah fenomena baru dan jangan lupa bahwa Presiden Putin telah berbicara lebih dari sekali tentang minat kami dalam menempa hubungan baik dan saling menguntungkan dengan negara-negara UE," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Rabu (18/5).
Sejumlah pejabat Inggris, termasuk di dalamnya Perdana Menteri David Cameron memang kerap menggunakan Rusia dan Putin sebagai ajang untuk membujuk masyarakat Inggris agar tidak keluar dari UE. Menurut Cameron, satu-satunya negara yang diuntungkan oleh keluarnya Inggris dari UE adalah Rusia.
Hal senada juga sempat diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond. Dimana, mantan Menteri Pertahanan Inggris itu menyebut satu-satunya negara yang ingin Inggris keluar dari UE adalah Inggris.
Referendum untuk menentukan apakah Inggris akan keluar dari UE atau tidak rencananya akan digelar pada akhir Juni mendatang. Sejauh ini, menurut hasil poling, perbandingan jumlah warga Inggris yang masih ingin bersama dengan UE dan yang ingin keluar dari UE masih seimbang.
Juru bicara Kremlin, Dmtry Peskov menuturkan, ini adalah sesuatu hal yang baru, yang belum dilihat Rusia sebelumnya. Menurutnya, jika isu Rusia digunakan dalam kampanye AS, itu adalah hal yang sudah lumrah, tapi dalam kampanye Brexit, itu adalah hal baru.
"Kami sudah terbiasa dengan penggunaan Rusia sebagai salah satu alat yang digunakan dalam kampanye pemilu di AS. Tetapi bagi kami, adalah hal yang baru bahwa faktor Rusia atau faktor Presiden Putin sedang digunakan dalam perdebatan Brexit," Peskov dalam sebuah pernyataan.
"Ini adalah fenomena baru dan jangan lupa bahwa Presiden Putin telah berbicara lebih dari sekali tentang minat kami dalam menempa hubungan baik dan saling menguntungkan dengan negara-negara UE," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Rabu (18/5).
Sejumlah pejabat Inggris, termasuk di dalamnya Perdana Menteri David Cameron memang kerap menggunakan Rusia dan Putin sebagai ajang untuk membujuk masyarakat Inggris agar tidak keluar dari UE. Menurut Cameron, satu-satunya negara yang diuntungkan oleh keluarnya Inggris dari UE adalah Rusia.
Hal senada juga sempat diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond. Dimana, mantan Menteri Pertahanan Inggris itu menyebut satu-satunya negara yang ingin Inggris keluar dari UE adalah Inggris.
Referendum untuk menentukan apakah Inggris akan keluar dari UE atau tidak rencananya akan digelar pada akhir Juni mendatang. Sejauh ini, menurut hasil poling, perbandingan jumlah warga Inggris yang masih ingin bersama dengan UE dan yang ingin keluar dari UE masih seimbang.
(esn)