Penyesalan Ilmuwan Nuklir Hitler saat AS Jatuhkan Bom Atom di Hiroshima
A
A
A
LONDON - Sepuluh ilmuwan nuklir andalan pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler pernah menyesal bahkan ingin bunuh diri ketika mendengar berita Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom di Hiroshima pada akhir Perang Dunia II.
Sejak runtuhnya rezim Hitler, AS ternyata menjalankan misi rahasia memburu para ilmuwan nuklir Nazi. Tujuannya, agar mereka tidak jatuh ke tangan Rusia.
Misi rahasia AS itu berhasil menangkap sepuluh ilmuwan nuklir Nazi yang dijuluki “Uranium Club”. Oleh AS mereka diamankan di Inggris.
Kisah penyesalan mereka atas teciptanya bom atom yang kemudian digunakan AS untuk membunuh ratusan ribu warga Jepang itu terungkap, ketika badan intelijen MI6 Inggris menyadap percakapan mereka. Kisah itu diabadikan dalam buku berjudul Operation Big: The Race To Stop Hitler’s A Bomb, yang ditulis Colin Brown.
Selama diamankan AS di Inggris, sepuluh ilmuwan nuklir Nazi itu hidup nyaman dan mewah. Mereka disuguhi makanan daging dan telur untuk sarapan dan kerap mengabiskan waktu bermain voli di lapangan. Tapi, mereka tidak sadar jika percakapan mereka disadap MI6.
Sepuluh ilmuwan nuklir itu, termasuk tiga pemenang hadiah Nobel, yang pernah bersembunyi di sebuah rumah di Georgia, Werner Heisenberg, Max von Laue dan Otto Hahn.
Selama diamankan di Inggris, mereka tinggal di sebuah rumah di Farm Hall Godmanchester, Cambridgeshire. Mereka telah menyerahkan informasi rahasia nuklir Nazi pada AS.
Meski hidup mewah, mereka akhirnya sadar bahwa mereka juga menghadapi bom karya mereka sendiri selama menjadi “tahanan” AS.
Rekaman MI6 yang jadi sumber buku itu mengungkap reaksi para ilmuwan nuklir Nazi itu ketika mendengarkan radio saat makan malam. Berita di radio itu mengabarkan bahwa AS telah menjatuhkan bom atom untuk pertama kalinya di dunia, yakni di Hiroshima, Jepang.
Beberapa dari ilmuwan nuklir itu lantas menyalahkan diri sendiri. Salah satunya sangat marah, bahkan mengancam akan bunuh diri. ”Salah satu dari mereka ingin mengakhiri semuanya malam itu,” kata Colin.
”Otto Hahn sangat tertekan, ia membawa (bom atom) menjadi ada, ia adalah penemu besar dari fisi nuklir pada tahun 1939 dan benar-benar hancur (perasaannya) oleh berita. Dia tidak pernah berpikir penemuannya akan menyebabkan senjata mengerikan,” lanjut Colin, seperti dikutip Mirrror, Senin (11/4/2016).
“Pada awalnya Anda dapat mendengar mereka tidak percaya berita itu. Mereka pikir mereka dalam (posisi) memimpin. Kemudian mereka mulai percaya dan mengatakan mereka bisa melakukannya, tapi tidak untuk alasan moral,” imbuh Colin mengacu pada kemampuan para ilmuwan nuklir itu dalam menciptakan bom atom.
”Mereka terkejut AS telah siap untuk menjatuhkan bom pada siapa pun,” sambung Colin.
”Rekaman mereka akan sensasional jika mereka telah keluar pada saat itu, bahwa ilmuwan Jerman tidak percaya dalam membangun sebuah bom untuk digunakan.”
Lebih buruk lagi, bahwa para ilmuwan Nazi itu tidak tahu pada saat itu bahwa “penculik” mereka juga telah menemukan 31 ton uranium di sebuah gudang di Toulouse. Ternyata puluhan ton uranium itulah yang digunakan AS membuat bom atom untuk dijatuhkan di Hiroshima.
Misi rahasia AS memburu ilmuwan nuklir Nazi kala itu diketahui bernama “Operation Big”. Operasi dipimpin oleh Kolonel Boris T Pash. Operasi diluncurkan ketika AS menjadi takut dengan Nazi yang dekat dengan pengembangan bom atom atau “A Bomb”.
Pash akhirnya menemukan sembilan dari mereka yang bersembunyi di kota-kota kecil di Jerman selatan pada awal 1945. Mereka kala itu bekerja pada sebuah reaktor nuklir di sebuah gua di bawah sebuah gereja.
”Jika mereka telah mampu mendapatkan lebih banyak bahan itu akan dipertahankan, mereka mendapatkan bahan dalam waktu sekitar satu tahun dari penciptaan bom,” kata Colin.
Pash akhirnya menemukan pemimpin tim itu, yakni Werner Heisenberg, seorang pelopor mekanik kuantum yang bersembunyi di ”limbah bersalju” rumah keluarganya di Alpen Bavaria.
Semua ilmuwan itu kemudian dibawa ke Paris untuk diinterogasi. Kemudian, karena AS tidak ingin rahasia mereka jatuh ke tangan Rusia, mereka diamankan di “safe house” MI6, di Farm Hall. Ternyata, lantai dan langit-langit bangunan “safe house” itu sudah dipasangi alat penyadap.
”Mereka ditunggu oleh hamba Jerman terbesar yang memberi mereka makan telur dan daging untuk sarapan dan steak untuk makan malam,” ujar Colin menggambarkan kenyamanan mereka kala itu. ”Sementara orang-orang di luar berada dalam kondisi dijatah, mereka menambah berat badan.”
”Mereka memiliki kamar tidur yang indah dan bermain voli di lapangan. MI6 ingin mereka bersantai sehingga mereka akan berbicara tentang segala sesuatu yang telah mereka lakukan,” lanjut Colin.
Dan tampaknya para ilmuwan Nazi itu menikmati kebebasan.
Pemilik bangunan Farm Hall kala itu, Marcial Echenique, menemukan kebenaran tentang rumahnya ketika dia menemukan kabel rekaman rahasia saat merenovasi lantai kayu di awal 1980-an. Kemudian dia menghubungi empat dari para ilmuwan nuklir Nazi itu—yang saat ini semuanya sudah meninggal.
Ilmuan yang termuda, Erich Bagge, mengaku dia diberi kebebasan untuk pergi minum dan bertemu gadis-gadis di pub lokal. Para ilmuwan itu tetap berada di rumah itu sampai Januari tahun 1946 ketika MI6 menyadari bahwa rekaman yang mereka sadap sia-sia karena tidak ada informasi baru.
Sejak runtuhnya rezim Hitler, AS ternyata menjalankan misi rahasia memburu para ilmuwan nuklir Nazi. Tujuannya, agar mereka tidak jatuh ke tangan Rusia.
Misi rahasia AS itu berhasil menangkap sepuluh ilmuwan nuklir Nazi yang dijuluki “Uranium Club”. Oleh AS mereka diamankan di Inggris.
Kisah penyesalan mereka atas teciptanya bom atom yang kemudian digunakan AS untuk membunuh ratusan ribu warga Jepang itu terungkap, ketika badan intelijen MI6 Inggris menyadap percakapan mereka. Kisah itu diabadikan dalam buku berjudul Operation Big: The Race To Stop Hitler’s A Bomb, yang ditulis Colin Brown.
Selama diamankan AS di Inggris, sepuluh ilmuwan nuklir Nazi itu hidup nyaman dan mewah. Mereka disuguhi makanan daging dan telur untuk sarapan dan kerap mengabiskan waktu bermain voli di lapangan. Tapi, mereka tidak sadar jika percakapan mereka disadap MI6.
Sepuluh ilmuwan nuklir itu, termasuk tiga pemenang hadiah Nobel, yang pernah bersembunyi di sebuah rumah di Georgia, Werner Heisenberg, Max von Laue dan Otto Hahn.
Selama diamankan di Inggris, mereka tinggal di sebuah rumah di Farm Hall Godmanchester, Cambridgeshire. Mereka telah menyerahkan informasi rahasia nuklir Nazi pada AS.
Meski hidup mewah, mereka akhirnya sadar bahwa mereka juga menghadapi bom karya mereka sendiri selama menjadi “tahanan” AS.
Rekaman MI6 yang jadi sumber buku itu mengungkap reaksi para ilmuwan nuklir Nazi itu ketika mendengarkan radio saat makan malam. Berita di radio itu mengabarkan bahwa AS telah menjatuhkan bom atom untuk pertama kalinya di dunia, yakni di Hiroshima, Jepang.
Beberapa dari ilmuwan nuklir itu lantas menyalahkan diri sendiri. Salah satunya sangat marah, bahkan mengancam akan bunuh diri. ”Salah satu dari mereka ingin mengakhiri semuanya malam itu,” kata Colin.
”Otto Hahn sangat tertekan, ia membawa (bom atom) menjadi ada, ia adalah penemu besar dari fisi nuklir pada tahun 1939 dan benar-benar hancur (perasaannya) oleh berita. Dia tidak pernah berpikir penemuannya akan menyebabkan senjata mengerikan,” lanjut Colin, seperti dikutip Mirrror, Senin (11/4/2016).
“Pada awalnya Anda dapat mendengar mereka tidak percaya berita itu. Mereka pikir mereka dalam (posisi) memimpin. Kemudian mereka mulai percaya dan mengatakan mereka bisa melakukannya, tapi tidak untuk alasan moral,” imbuh Colin mengacu pada kemampuan para ilmuwan nuklir itu dalam menciptakan bom atom.
”Mereka terkejut AS telah siap untuk menjatuhkan bom pada siapa pun,” sambung Colin.
”Rekaman mereka akan sensasional jika mereka telah keluar pada saat itu, bahwa ilmuwan Jerman tidak percaya dalam membangun sebuah bom untuk digunakan.”
Lebih buruk lagi, bahwa para ilmuwan Nazi itu tidak tahu pada saat itu bahwa “penculik” mereka juga telah menemukan 31 ton uranium di sebuah gudang di Toulouse. Ternyata puluhan ton uranium itulah yang digunakan AS membuat bom atom untuk dijatuhkan di Hiroshima.
Misi rahasia AS memburu ilmuwan nuklir Nazi kala itu diketahui bernama “Operation Big”. Operasi dipimpin oleh Kolonel Boris T Pash. Operasi diluncurkan ketika AS menjadi takut dengan Nazi yang dekat dengan pengembangan bom atom atau “A Bomb”.
Pash akhirnya menemukan sembilan dari mereka yang bersembunyi di kota-kota kecil di Jerman selatan pada awal 1945. Mereka kala itu bekerja pada sebuah reaktor nuklir di sebuah gua di bawah sebuah gereja.
”Jika mereka telah mampu mendapatkan lebih banyak bahan itu akan dipertahankan, mereka mendapatkan bahan dalam waktu sekitar satu tahun dari penciptaan bom,” kata Colin.
Pash akhirnya menemukan pemimpin tim itu, yakni Werner Heisenberg, seorang pelopor mekanik kuantum yang bersembunyi di ”limbah bersalju” rumah keluarganya di Alpen Bavaria.
Semua ilmuwan itu kemudian dibawa ke Paris untuk diinterogasi. Kemudian, karena AS tidak ingin rahasia mereka jatuh ke tangan Rusia, mereka diamankan di “safe house” MI6, di Farm Hall. Ternyata, lantai dan langit-langit bangunan “safe house” itu sudah dipasangi alat penyadap.
”Mereka ditunggu oleh hamba Jerman terbesar yang memberi mereka makan telur dan daging untuk sarapan dan steak untuk makan malam,” ujar Colin menggambarkan kenyamanan mereka kala itu. ”Sementara orang-orang di luar berada dalam kondisi dijatah, mereka menambah berat badan.”
”Mereka memiliki kamar tidur yang indah dan bermain voli di lapangan. MI6 ingin mereka bersantai sehingga mereka akan berbicara tentang segala sesuatu yang telah mereka lakukan,” lanjut Colin.
Dan tampaknya para ilmuwan Nazi itu menikmati kebebasan.
Pemilik bangunan Farm Hall kala itu, Marcial Echenique, menemukan kebenaran tentang rumahnya ketika dia menemukan kabel rekaman rahasia saat merenovasi lantai kayu di awal 1980-an. Kemudian dia menghubungi empat dari para ilmuwan nuklir Nazi itu—yang saat ini semuanya sudah meninggal.
Ilmuan yang termuda, Erich Bagge, mengaku dia diberi kebebasan untuk pergi minum dan bertemu gadis-gadis di pub lokal. Para ilmuwan itu tetap berada di rumah itu sampai Januari tahun 1946 ketika MI6 menyadari bahwa rekaman yang mereka sadap sia-sia karena tidak ada informasi baru.
(mas)