Inilah Alasan ISIS Tak Jihad Melawan Israel di Palestina
A
A
A
DAMASKUS - Kelompok Islamic State (ISIS) mengungkap alasan mengapa mereka tidak ber-“jihad” di Palestina untuk melawan Israel. Menurut ISIS, “jihad” di Palestina melawan Israel tidak diutamakan ketika mereka melawan musuh di negara-negara lain.
Alasan itu muncul dalam artikel media corong ISIS, Al-Naba, edisi 22, dengan judul “Beit Al-Maqdis” dan “First and Foremost an Issue of Shari’a Law”.
Kedua artikel itu menjelaskan posisi ISIS terkait krisis Palestina dan perang melawan Israel, baik dari perspektif ideologis dan praktis. Artikel tersebut menyatakan bahwa perjuangan melawan Israel tidak lebih diutamakan daripada “jihad” melawan orang-orang “kafir” di tempat lain.
Lebih jauh lagi, ISIS lebih mementingkan perang melawan orang-orang “kafir di dalam”, yaitu, melawan penguasa dan pemerintah Muslim yang berseberangan dengan kepentingan mereka.
Anehnya, menurut ISIS, prioritas perang melawan Israel adalah penyimpangan dari prinsip-prinsip Islam. Alasannya, karena “jihad” bertujuan untuk mewujudkan agama dan menerapkan hukum syariah. “Karena seluruh dunia kecuali untuk daerah ISIS dikendalikan dan diperintah oleh orang-orang kafir,” bunyi artikel itu media ISIS itu yang diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI), kemarin (23/3/2016).
Masih menurut artikel media ISIS itu, membatasi sasaran “jihad” untuk perang semata-mata terhadap orang-orang Yahudi adalah hal terlarang dalam hukum Tuhan. “Dalam pandangan ISIS, jika ada prioritas dari jihad di satu tempat, maka harus membebaskan dulu tempat-tempat suci Islam, Mekkah dan Madinah, dari cengkeraman keluarga kerajaan Arab Saudi,” lanjut bunyi artikel itu.
Kelompok ISIS dalam artikel itu menyatakan bahwa berperang melawan orang-orang “kafir” adalah kewajiban warga Muslim di wilayah terdekat. Dengan demikian, melawan Israel harus diserahkan kepada rakyat Palestina. Meski demikian, ISIS mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk membantu warga Palestina menyerang Israel dan sekutunya di mana pun mereka bisa.
Artikel itu juga berisi kritikan terhadap beberapa rezim nasionalis di dunia Arab, serta gerakan sayap kiri dan gerakan milisi Syiah di Timur Tengah, terutama Hizbullah.
Alasan itu muncul dalam artikel media corong ISIS, Al-Naba, edisi 22, dengan judul “Beit Al-Maqdis” dan “First and Foremost an Issue of Shari’a Law”.
Kedua artikel itu menjelaskan posisi ISIS terkait krisis Palestina dan perang melawan Israel, baik dari perspektif ideologis dan praktis. Artikel tersebut menyatakan bahwa perjuangan melawan Israel tidak lebih diutamakan daripada “jihad” melawan orang-orang “kafir” di tempat lain.
Lebih jauh lagi, ISIS lebih mementingkan perang melawan orang-orang “kafir di dalam”, yaitu, melawan penguasa dan pemerintah Muslim yang berseberangan dengan kepentingan mereka.
Anehnya, menurut ISIS, prioritas perang melawan Israel adalah penyimpangan dari prinsip-prinsip Islam. Alasannya, karena “jihad” bertujuan untuk mewujudkan agama dan menerapkan hukum syariah. “Karena seluruh dunia kecuali untuk daerah ISIS dikendalikan dan diperintah oleh orang-orang kafir,” bunyi artikel itu media ISIS itu yang diterjemahkan Middle East Media Research Institute (MEMRI), kemarin (23/3/2016).
Masih menurut artikel media ISIS itu, membatasi sasaran “jihad” untuk perang semata-mata terhadap orang-orang Yahudi adalah hal terlarang dalam hukum Tuhan. “Dalam pandangan ISIS, jika ada prioritas dari jihad di satu tempat, maka harus membebaskan dulu tempat-tempat suci Islam, Mekkah dan Madinah, dari cengkeraman keluarga kerajaan Arab Saudi,” lanjut bunyi artikel itu.
Kelompok ISIS dalam artikel itu menyatakan bahwa berperang melawan orang-orang “kafir” adalah kewajiban warga Muslim di wilayah terdekat. Dengan demikian, melawan Israel harus diserahkan kepada rakyat Palestina. Meski demikian, ISIS mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk membantu warga Palestina menyerang Israel dan sekutunya di mana pun mereka bisa.
Artikel itu juga berisi kritikan terhadap beberapa rezim nasionalis di dunia Arab, serta gerakan sayap kiri dan gerakan milisi Syiah di Timur Tengah, terutama Hizbullah.
(mas)