Tak Percaya Malaysia, Kerabat China Ngotot MH370 Tak Kecelakaan
A
A
A
BEIJING - Kerabat penumpang pesawat Malaysia Airlines MH370 asal China ngotot bahwa pesawat mengalami kecelakaan seperti diumumkan Pemerintah Malaysia.
Mereka masih berharap pesawat ditemukan lagi meski sudah dua tahun lenyap misterius.“Kami semua berharap untuk bertemu kembali,” bunyi pernyataan kelompok kerabat penumpang MH370 asal China kepada IBTimes, Senin (14/3/2016).
“Banyak di luar China telah terpengaruh oleh informasi yang salah dari pihak berwenang Malaysia untuk percaya bahwa MH370 pasti jatuh,” lanjut pernyataan melalui email itu.
Kelompok kerabat penumpang MH370 tersebut beranggotakan lebih dari 300 orang.”Kami memiliki akses ke analisis independen yang menunjukkan kelemahan dalam analisis Inmarsat –Malaysia, analisis ini menunjukkan bahwa MH370 tidak jatuh,” kata kelompok kerabat penmpang MH370.
Mereka telah berkumpul di sebuah kuil di China untuk menandai dua tahun hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370. Pesawat dengan 239 orang di dalamnya itu hilang misterius beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014.
”Kami juga tetap berhubungan melalui media sosial di grup WeChat dengan anggota lebih dari 300 orang,” kata salah satu anggota kelompok itu.”Kita diidentifikasi (dengan nama) alias, karena lebih baik untuk tidak diidentifikasi secara pribadi.”
Mereka percaya bahwa, analisis “ping” data satelit Inmarsat sudah rusak. Mereka berpendapat bahwa data yang diterbitkan dan dianalisis itu telah dimodifikasi, sehingga mendukung teori Pemerintah Malaysia yang mengklaim pesawat tipe Boeing 777 itu jatuh di Samudera Hindia.
Selama pencarian pesawat selama dua tahun, beberapa puing pesawat yang diduga milik MH370 ditemukan. Salah satunya puing yang ditemukan di Pulau Reunion. Namun, semua temuan itu belum bisa dipastikan berasal dari pesawat MH370.
Pesawat itu membawa orang-orang dari 14 negara. Di antaranya 153 warga negara China, 38 warga Malaysia, tujuh warga Indonesia, enam warga Australia, lima warga India, empat warga Prancis, tiga warga Amerika, dua warga Kanada, dua warga Selandia Baru, dua warga Ukraina dan tiga orang berasal dari Belanda, Rusia dan Taiwan. Dua penumpang yang membawa paspor palsu juga ada di dalam pesawat.
Mereka masih berharap pesawat ditemukan lagi meski sudah dua tahun lenyap misterius.“Kami semua berharap untuk bertemu kembali,” bunyi pernyataan kelompok kerabat penumpang MH370 asal China kepada IBTimes, Senin (14/3/2016).
“Banyak di luar China telah terpengaruh oleh informasi yang salah dari pihak berwenang Malaysia untuk percaya bahwa MH370 pasti jatuh,” lanjut pernyataan melalui email itu.
Kelompok kerabat penumpang MH370 tersebut beranggotakan lebih dari 300 orang.”Kami memiliki akses ke analisis independen yang menunjukkan kelemahan dalam analisis Inmarsat –Malaysia, analisis ini menunjukkan bahwa MH370 tidak jatuh,” kata kelompok kerabat penmpang MH370.
Mereka telah berkumpul di sebuah kuil di China untuk menandai dua tahun hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370. Pesawat dengan 239 orang di dalamnya itu hilang misterius beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014.
”Kami juga tetap berhubungan melalui media sosial di grup WeChat dengan anggota lebih dari 300 orang,” kata salah satu anggota kelompok itu.”Kita diidentifikasi (dengan nama) alias, karena lebih baik untuk tidak diidentifikasi secara pribadi.”
Mereka percaya bahwa, analisis “ping” data satelit Inmarsat sudah rusak. Mereka berpendapat bahwa data yang diterbitkan dan dianalisis itu telah dimodifikasi, sehingga mendukung teori Pemerintah Malaysia yang mengklaim pesawat tipe Boeing 777 itu jatuh di Samudera Hindia.
Selama pencarian pesawat selama dua tahun, beberapa puing pesawat yang diduga milik MH370 ditemukan. Salah satunya puing yang ditemukan di Pulau Reunion. Namun, semua temuan itu belum bisa dipastikan berasal dari pesawat MH370.
Pesawat itu membawa orang-orang dari 14 negara. Di antaranya 153 warga negara China, 38 warga Malaysia, tujuh warga Indonesia, enam warga Australia, lima warga India, empat warga Prancis, tiga warga Amerika, dua warga Kanada, dua warga Selandia Baru, dua warga Ukraina dan tiga orang berasal dari Belanda, Rusia dan Taiwan. Dua penumpang yang membawa paspor palsu juga ada di dalam pesawat.
(mas)