Gadis Cantik Simpatisan ISIS Tusuk Perwira Polisi Jerman
A
A
A
HANOVER - Seorang gadis cantik simpatisan ISIS asal Maroko ditangkap setelah menusuk seorang perwira polisi Jerman di stasiun kereta api di Hanover. Gadis itu baru berumur 15 tahun dan berencana menuju Timur Tengah.
Gadis remaja yang diidentifikasi sebagai Safia S, nyaris membunuh perwira polisi Jerman dengan pisau pada pekan lalu. Menurut polisi, gadis itu telah diradikalisasi sejak usia tujuh tahun.
Safia mengaku marah karena tidak bisa pergi ke Suriah untuk bergabung dengan rekan-rekannya yang telah menjadi anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Bulan lalu, Safia mencoba masuk ke Suriah ketika ikut ibunya terbang ke Turki. Namun, usahanya gagal dan dibawa kembali ke perbatasan Turki-Suriah.
Menurut polisi Jerman, pengkhotbah penebar kebencian telah “memanipulasi” pikiran Safia ketika dia masih balita.
Ibunya, Hasna L, 57, berasal dari Maroko dan ayahnya warga Jerman. Dia hidup bersama ibu dan kakaknya, Saleh, 18, setelah ayahnya pergi.
Badan intelijen Jerman telah memantau tempat ibadah yang dimanfaatkan pengkhotbah untuk meradikalisasi gadis remaja itu.
”Dia adalah seorang gadis yang penuh kasih dan bukan teroris,” kata ibunya setelah penangkapan Safia. Pisau yang digunakan Safia nyaris memutuskan arteri leher perwira polisi.
Pihak kepolisian Jerman melalui seorang juru bicara mengkonfirmasi penangkapan Safia.”Kami melihat Islam radikal sebagai penyebab di balik serangan terhadap rekan kami minggu lalu,” katanya. Kakak Safia diketahui telah mendekam di penjara Turki ketika gagal untuk menyeberang ke Suriah guna bergabung dengan ISIS.
Safia menarik pisau dengan cepat ketika polisi mengkonfirmasi identitasnya. ”Rekan kami memiliki sedikit kesempatan untuk membela diri,” kata pihak pihak kepolisian Jerman itu, seperti dikutip Daily Mail, semalam (4/3/2016).
Gadis remaja yang diidentifikasi sebagai Safia S, nyaris membunuh perwira polisi Jerman dengan pisau pada pekan lalu. Menurut polisi, gadis itu telah diradikalisasi sejak usia tujuh tahun.
Safia mengaku marah karena tidak bisa pergi ke Suriah untuk bergabung dengan rekan-rekannya yang telah menjadi anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Bulan lalu, Safia mencoba masuk ke Suriah ketika ikut ibunya terbang ke Turki. Namun, usahanya gagal dan dibawa kembali ke perbatasan Turki-Suriah.
Menurut polisi Jerman, pengkhotbah penebar kebencian telah “memanipulasi” pikiran Safia ketika dia masih balita.
Ibunya, Hasna L, 57, berasal dari Maroko dan ayahnya warga Jerman. Dia hidup bersama ibu dan kakaknya, Saleh, 18, setelah ayahnya pergi.
Badan intelijen Jerman telah memantau tempat ibadah yang dimanfaatkan pengkhotbah untuk meradikalisasi gadis remaja itu.
”Dia adalah seorang gadis yang penuh kasih dan bukan teroris,” kata ibunya setelah penangkapan Safia. Pisau yang digunakan Safia nyaris memutuskan arteri leher perwira polisi.
Pihak kepolisian Jerman melalui seorang juru bicara mengkonfirmasi penangkapan Safia.”Kami melihat Islam radikal sebagai penyebab di balik serangan terhadap rekan kami minggu lalu,” katanya. Kakak Safia diketahui telah mendekam di penjara Turki ketika gagal untuk menyeberang ke Suriah guna bergabung dengan ISIS.
Safia menarik pisau dengan cepat ketika polisi mengkonfirmasi identitasnya. ”Rekan kami memiliki sedikit kesempatan untuk membela diri,” kata pihak pihak kepolisian Jerman itu, seperti dikutip Daily Mail, semalam (4/3/2016).
(mas)