Jumlah Tentara Anak-Anak ISIS Meningkat
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah laporan dari para peneliti di Georgia State University menyebutkan jumlah anak-anak anggota ISIS yang tewas pada tahun lalu dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya. Laporan itu berdasarkan penelitian para peneliti terhadap propaganda ISIS dan eulogi lebih dari 13 bulan. Angka itu menunjukkan jika jumlah tentara anak-anak ISIS mengalami peningkatan.
Dalam laporan itu, 89 anak laki-laki berusia 8 hingga 18 tahun tewas dalam sejumlah pertempuran berbeda. Para peneliti juga menemukan bahwa jumlah anak-anak yang terlibat dalam sebuah operasi meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2014.
"Hampir pasti dipastikan jumlah sesungguhnya bisa jadi lebih banyak. Jumlah ini hanya berdasarkan publikasi yang dilakukan oleh ISIS pada akhir tahun lalu," ucap Charlie Winter, salah satu penulis laporan itu seperti dikutip dari BBC, Jumat (19/2/2016).
Dari data tersebut, Winter mengatakan bahwa jumlah anak-anak yang direkrut oleh ISIS untuk dijadikan tentara cukup mengkhawatirkan. Mayoritas dari mereka berasal dari Suriah dan Irak. Sedangkan sebagian lainnya berasal dari Yaman, Arab Saudi, Tunisia dan Libya, dan sejumlah kecil dari Inggris, Perancis, Australia, dan Nigeria.
"Tidak ada cara bagaimana kita membayangkan dunia pasca ISIS, kecuali kita benar-benar dapat berpikir hati-hati tentang bagaiman kita akan demobilisasi, melucuti, dan mengintegrasikan kembali anak-anak kita ke dalam kehidupan normal," tutur Winter
Dalam laporan itu, 89 anak laki-laki berusia 8 hingga 18 tahun tewas dalam sejumlah pertempuran berbeda. Para peneliti juga menemukan bahwa jumlah anak-anak yang terlibat dalam sebuah operasi meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2014.
"Hampir pasti dipastikan jumlah sesungguhnya bisa jadi lebih banyak. Jumlah ini hanya berdasarkan publikasi yang dilakukan oleh ISIS pada akhir tahun lalu," ucap Charlie Winter, salah satu penulis laporan itu seperti dikutip dari BBC, Jumat (19/2/2016).
Dari data tersebut, Winter mengatakan bahwa jumlah anak-anak yang direkrut oleh ISIS untuk dijadikan tentara cukup mengkhawatirkan. Mayoritas dari mereka berasal dari Suriah dan Irak. Sedangkan sebagian lainnya berasal dari Yaman, Arab Saudi, Tunisia dan Libya, dan sejumlah kecil dari Inggris, Perancis, Australia, dan Nigeria.
"Tidak ada cara bagaimana kita membayangkan dunia pasca ISIS, kecuali kita benar-benar dapat berpikir hati-hati tentang bagaiman kita akan demobilisasi, melucuti, dan mengintegrasikan kembali anak-anak kita ke dalam kehidupan normal," tutur Winter
(ian)