Saudi Ingin Invasi Suriah, Begini Reaksi Iran
A
A
A
MUNICH - Iran yang menjadi sekutu Suriah bereaksi terhadap rencana Arab Saudi yang ingin melakukan invasi di Suriah dengan pasukan tempurnya. Iran menyayangkan rencana Saudi itu.
Saudi menyatakan rencana pengiriman pasukan ke Suriah untuk memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, mengatakan salah satu tujuan pengiriman pasukan itu untuk menyingkirkan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
“Assad adalah magnet tunggal paling efektif untuk ekstremis dan teroris di wilayah ini,” katanya. Menurutnya, Assad harus didepak dari kantornya jika stabilitas ingin dipulihkan.
”Itu tujuan kami dan kami akan mencapainya,” ujar Menlu Jubeir. ”Kecuali dan sampai ada perubahan di Suriah, Daesh (ISIS) tidak akan dikalahkan di Suriah,” imbuh dia
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, di sela-sela Konferensi Keamanan di Munich, mengatakan bahwa Iran ingin berhenti “bertengkar” dengan Saudi. ”Kami harus bekerja sama,” kata Zarif yang mengajak Saudi untuk rukun, seperti dikutip Reuters, Sabtu (13/2/2016).
”Iran dan Arab Saudi tidak bisa mengecualikan satu sama lain dari kawasan ini,” ujar Zarif. ”Saudi saudara kami,” katanya.
”Kami siap untuk bekerja dengan Arab Saudi. Saya percaya Iran dan Arab Saudi dapat berbagi kepentingan di Suriah,” imbuh Zarif.
(Baca: Suriah Segera Diinvasi Turki dan Saudi, Presiden Assad Tak Gentar)
Hubungan diplomatik Iran dan Saudi telah terputus setelah Kedutaan Besar Saudi di Teheran diserang dan dibakar massa Iran. Amuk massa itu sebagai respons atas eksekusi terhadap ulama Syiah Saudi, Nimr Al-Nimr.
”Kami memiliki kesempatan yang sama, (mengatasi) tantangan-tantangan secara bersama, ancaman umum,” kata Zarif.
Saudi menyatakan rencana pengiriman pasukan ke Suriah untuk memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, mengatakan salah satu tujuan pengiriman pasukan itu untuk menyingkirkan Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
“Assad adalah magnet tunggal paling efektif untuk ekstremis dan teroris di wilayah ini,” katanya. Menurutnya, Assad harus didepak dari kantornya jika stabilitas ingin dipulihkan.
”Itu tujuan kami dan kami akan mencapainya,” ujar Menlu Jubeir. ”Kecuali dan sampai ada perubahan di Suriah, Daesh (ISIS) tidak akan dikalahkan di Suriah,” imbuh dia
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, di sela-sela Konferensi Keamanan di Munich, mengatakan bahwa Iran ingin berhenti “bertengkar” dengan Saudi. ”Kami harus bekerja sama,” kata Zarif yang mengajak Saudi untuk rukun, seperti dikutip Reuters, Sabtu (13/2/2016).
”Iran dan Arab Saudi tidak bisa mengecualikan satu sama lain dari kawasan ini,” ujar Zarif. ”Saudi saudara kami,” katanya.
”Kami siap untuk bekerja dengan Arab Saudi. Saya percaya Iran dan Arab Saudi dapat berbagi kepentingan di Suriah,” imbuh Zarif.
(Baca: Suriah Segera Diinvasi Turki dan Saudi, Presiden Assad Tak Gentar)
Hubungan diplomatik Iran dan Saudi telah terputus setelah Kedutaan Besar Saudi di Teheran diserang dan dibakar massa Iran. Amuk massa itu sebagai respons atas eksekusi terhadap ulama Syiah Saudi, Nimr Al-Nimr.
”Kami memiliki kesempatan yang sama, (mengatasi) tantangan-tantangan secara bersama, ancaman umum,” kata Zarif.
(mas)