Pengamat: Pemilu AS Kali Ini Sulit Diprediksi
A
A
A
JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Georgetown, Amerika Serikat (AS), Casimir A. Yost mengatakan, pemilihan umum di AS kali ini akan sulit diprediksi. Pasalnya, menurut Yost, tidak ada calon incumbent dalam pemilu AS tahun ini.
Menurut Yost, dengan tidak adanya incumbent, maka akan membuat persaingan antara kadidat, baik di Partai Republik ataupun Demokrat menjadi sangat sengit. Ini terlihat dari masih belum bisa diprediksinya siapa yang akan menjadi calon Presiden dari kedua partai terbesar di Negeri Paman Sam tersebut.
"Tahun ini, calon dari kedua partai masih belum jelas, siapa sosok yang akan menjadi capres di kedua sisi," kata Yost kala berbicara di pusat kebudayaan AS di Jakarta pada Rabu (3/2).
Proses untuk menentukan siapa yang akan menjadi capres AS, baik dari kedua partai sendiri masih terbilang panjang. Yost mengatakan, proses primari dan kaukus, sebagai awal dari pemilu di AS baru saja dimulai. Proses ini akan berjalan dari bulan Februari sampai Juli mendatang.
Hasil dari primari dan kaukus ini akan menjadi patokan dalam konvensi nasional tiap partai yang akan berlangsung pada akhir Juli mendatang. Dalam Kaukus di Iowa kemarin, dari sisi Partai Republik, Ted Cruz menjadi pemenangnya dengan memperoleh 28 persen suara, unggul empat persen dari Donald Trump. Sedangkan dari sisi Demokrat Hillary Clinton yang menjadi pemenang dengan unggul sangat tipis Bernard Sanders.
Primari sendiri merupakan bentuk pemilihan tradisional. Dimana para pemilih datang ke tempat pemilihan suara yang sudah ditentukan, lalu menentukan pilihannya. Sementara kaukus sangat berbeda dengan pemilihan primari. Pemilihan cara kaukus merupakan suatu acara yang membutuhkan waktu beberapa jam.
Dalam acara itu para pemilih dengan aktif dan berpartisipasi dalam debat publik. Biasanya, debat dilakukan di suatu rumah atau tempat publik, sesuai dengan luas dari negara bagian yang menggelar pemilihan dengan cara kaukus.
Menurut Yost, dengan tidak adanya incumbent, maka akan membuat persaingan antara kadidat, baik di Partai Republik ataupun Demokrat menjadi sangat sengit. Ini terlihat dari masih belum bisa diprediksinya siapa yang akan menjadi calon Presiden dari kedua partai terbesar di Negeri Paman Sam tersebut.
"Tahun ini, calon dari kedua partai masih belum jelas, siapa sosok yang akan menjadi capres di kedua sisi," kata Yost kala berbicara di pusat kebudayaan AS di Jakarta pada Rabu (3/2).
Proses untuk menentukan siapa yang akan menjadi capres AS, baik dari kedua partai sendiri masih terbilang panjang. Yost mengatakan, proses primari dan kaukus, sebagai awal dari pemilu di AS baru saja dimulai. Proses ini akan berjalan dari bulan Februari sampai Juli mendatang.
Hasil dari primari dan kaukus ini akan menjadi patokan dalam konvensi nasional tiap partai yang akan berlangsung pada akhir Juli mendatang. Dalam Kaukus di Iowa kemarin, dari sisi Partai Republik, Ted Cruz menjadi pemenangnya dengan memperoleh 28 persen suara, unggul empat persen dari Donald Trump. Sedangkan dari sisi Demokrat Hillary Clinton yang menjadi pemenang dengan unggul sangat tipis Bernard Sanders.
Primari sendiri merupakan bentuk pemilihan tradisional. Dimana para pemilih datang ke tempat pemilihan suara yang sudah ditentukan, lalu menentukan pilihannya. Sementara kaukus sangat berbeda dengan pemilihan primari. Pemilihan cara kaukus merupakan suatu acara yang membutuhkan waktu beberapa jam.
Dalam acara itu para pemilih dengan aktif dan berpartisipasi dalam debat publik. Biasanya, debat dilakukan di suatu rumah atau tempat publik, sesuai dengan luas dari negara bagian yang menggelar pemilihan dengan cara kaukus.
(esn)