Al-Nusra Dianggap Lebih Berbahaya bagi AS Ketimbang ISIS

Selasa, 26 Januari 2016 - 14:57 WIB
Al-Nusra Dianggap Lebih...
Al-Nusra Dianggap Lebih Berbahaya bagi AS Ketimbang ISIS
A A A
WASHINGTON - Sebuah laporan baru mengutuk pemikiran sempit Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang hanya fokus perang terhadap ISIS. Alasannya, ada kelompok Jabhat Al-Nusra yang jauh lebih berbahaya bagi AS ketimbang ISIS.

Laporan itu disusun lembaga Study of War and American Enterprise Institute. ”Setiap strategi yang meninggalkan Jabhat Al-Nusra di tempat akan gagal untuk mengamankan tanah air Amerika,” kata pihak lembaga itu dalam laporannya.

Laporan lembaga itu memperingatakan bahwa, serangan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan Jabhat Al-Nusra (sayap Al-Qaeda di Suriah) bisa mengancam ekonomi global. Selain itu, kedua kelompok itu bisa memprovokasi masyarakat Barat untuk memaksakan kontrol terhadap kebebasan sipil.”Nilai-nilai dan cara hidup Amerika berada dalam bahaya,” lanjut laporan itu, seperti dikutip IB Times, Selasa (26/1/2016).

Fred Kagan, salah satu penulis laporan lembaga itu mengatakan bahwa Jabhat Al-Nusra belum melakukan serangan di Barat, tidak seperti ISIS. Dia percaya bahwa Al-Nusra telah membuat keputusan taktis untuk tidak menyerang Barat pada saat ini.


Sementara ISIS sedang bersinar, baik merupakan ancaman eksistensial, baik ingin menyerang tanah air, dan baik untuk mobilisasi masyarakat Muslim terhadap Barat,” ujarnya.

Kendati demikian, Direktur Intelijen Nasional AS, James Clapper, mengatakan kepada komite intelijen Senat AS pada Januari 2014 lalu, bahwa Al-Nusra memang memiliki aspirasi untuk melakukan serangan di tanah air Amerika.

Menurutnya, menargetkan Al-Nusra akan lebih sulit daripada menargetkan ISIS. ”Al-Nusra diam-diam menjalin hubungan dengan penduduk dan oposisi Suriah. Mereka menunggu di sayap untuk mengambil jubah jihad global saat ISIS jatuh,” katanya.

Departemen Luar Negeri AS mengatakan lebih dari 35 ribu militan asing dari 100 negara telah menyeberang ke Suriah untuk ambil bagian dalam konflik berdarah. Menurut Nick Heras dari Centre for a New American Security, Al-Nusra menjadi perekrut militan asing tertinggi kedua setelah ISIS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1124 seconds (0.1#10.140)