Tutup Tahun 2015, Algojo Saudi Pancung Pria Filipina

Jum'at, 01 Januari 2016 - 10:01 WIB
Tutup Tahun 2015, Algojo Saudi Pancung Pria Filipina
Tutup Tahun 2015, Algojo Saudi Pancung Pria Filipina
A A A
RIYADH - Algojo pihak berwenang di Arab Saudi memancung Abdulatif Zapanta, pria berkebangsaan Filipina, menjelang tutup tahun 2015. Pria Filipina itu dipancung hari Selasa lalu setelah dia menghabiskan hampir enam tahun di penjara dan berupaya minta pengampunan.

Sepanjang 2015, pihak berwenang Saudi sudah mengeksekusi mati 158 orang. Itu angka tertinggi sejak tahun 1995. Menurut data Human Rights Watch (HRW), puluhan orang yang dieksekusi tahun ini merupakan warga asing, termasuk Zapanta.

Menurut Departemen Luar Negeri Filipina, Zapanta, 35, bekerja di Arab Saudi sebagai buruh sejak tahun 2008. Dua tahun kemudian, dia membunuh majikannya asal Sudan, Imam Ibrahim, dengan palu dalam sengketa uang sewa.

Zapanta semasa hidup mengklaim bahwa dia telah bertindak untuk membela diri. Menurutnya, Ibrahim telah memukul pertama kali. Namun, apapun alasannya, dia tetap dianggap melakukan kejahatan yang membuatnya dihukum mati sesuai aturan ketat di Saudi yang menganut hukum Syariat Islam.

Selain membunuh, Zapanta juga dihukum atas tuduhan perampokan. Sebab, dia mengambil dompet dan ponsel Ibrahim. Pria Filipina itu juga berupaya untuk terbebas dari eksekusi mati melalui pembayaran uang diyat atau uang darah.

Keluarga korban dapat memaafkan pelaku dengan menuntut apa yang dikenal sebagai diyat atau uang darah, atau mereka dapat menolak semuanya dan melihat pria itu dieksekusi,” kata Adam Coogle, seorang peneliti Timur Tengah di HRW, menjelaskan konsep penebusan uang darah yang memang berlaku di Saudi, seperti dikutip Huffington Post.

Dalam kasus Zapanta ini, keluarga Ibrahim menuntut 4 juta riyal Saudi, atau kurang dari USD1 juta. Jumlah uang darah itu tidak mampu dipenuhi Zapanta. Pihak keluarga dan Pemerintah Filipina juga berupaya menggalang dana untuk menyelamatkan Zapanta. Namun, upaya penggalangan dana itu tidak mencukup jumlah sesuai tuntutan.

Zapanta adalah orang terakhir yang telah dipancung di Saudi pada tahun 2015. Arab Saudi menduduki peringkat ketiga setelah China dan Iran sebagai negara yang paling banyak menjalankan eksekusi mati. Dua negara lain yang masuk lima besar adaah Irak dan Amerika Serikat.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6216 seconds (0.1#10.140)