Pakar: Perang Cyber ISIS Lebih Dahsyat dari Perang Nuklir
A
A
A
TENNESSEE - Pakar teknologi internet yang juga pendiri Intel Security, John McAfee, memperingatkan bahwa, perang cyber antara Barat dengan ISIS akan lebih dahsyat daripada perang nuklir.
McAfee mengklaim bahwa hacker ISIS "lebih pintar" dari yang diperkirakan oleh pemerintah negara-negara Barat. Kandidat calon presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) 2016 itu percaya, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Daesh merupakan penghasut perang ulung yang akan mengambil keuntungan dari “orang buta” dunia maya.
Menurut McAfee, senjata konvensional seperti peluru dan bom tidak akan ada gunanya dalam konflik di masa depan.”Mereka (ISIS) jauh lebih pintar dalam ilmu dunia maya dari yang kita nilai sebelumnya,” katanya.
Pakar berusia 70 tahun itu mengatakan, kultus pembunuhan memiliki akses ke aplikasi smartphone yang disebut Amaq. Dia mengklaim aplikasi itu memfasilitasi terorisme melalui serangan "denial-of-service" di internet.
“Sebagai contoh, kami percaya bahwa aplikasi ini mencoba untuk menurunkan root server internet pekan lalu. Serangan besar-besaran ini belum pernah terjadi sebelumnya, yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” ujar McAfee, kepada Russia Today, kemarin.
”Kami harus mempersiapkan diri, karena perang berikutnya bukan perang dengan bom, kapal perang dan pesawat tempur. Ini akan menjadi perang cyber, lebih dahsyat daripada perang nuklir,” katanya.
McAfee telah memperingatkan bahwa ISIS dapat memenangkan perang cyber, karena Barat sangat tidak siap untuk “konflik online”.
McAfee mengklaim bahwa hacker ISIS "lebih pintar" dari yang diperkirakan oleh pemerintah negara-negara Barat. Kandidat calon presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) 2016 itu percaya, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Daesh merupakan penghasut perang ulung yang akan mengambil keuntungan dari “orang buta” dunia maya.
Menurut McAfee, senjata konvensional seperti peluru dan bom tidak akan ada gunanya dalam konflik di masa depan.”Mereka (ISIS) jauh lebih pintar dalam ilmu dunia maya dari yang kita nilai sebelumnya,” katanya.
Pakar berusia 70 tahun itu mengatakan, kultus pembunuhan memiliki akses ke aplikasi smartphone yang disebut Amaq. Dia mengklaim aplikasi itu memfasilitasi terorisme melalui serangan "denial-of-service" di internet.
“Sebagai contoh, kami percaya bahwa aplikasi ini mencoba untuk menurunkan root server internet pekan lalu. Serangan besar-besaran ini belum pernah terjadi sebelumnya, yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” ujar McAfee, kepada Russia Today, kemarin.
”Kami harus mempersiapkan diri, karena perang berikutnya bukan perang dengan bom, kapal perang dan pesawat tempur. Ini akan menjadi perang cyber, lebih dahsyat daripada perang nuklir,” katanya.
McAfee telah memperingatkan bahwa ISIS dapat memenangkan perang cyber, karena Barat sangat tidak siap untuk “konflik online”.
(mas)