Milisi Syiah Ancam Serang Tentara Turki 'Penginvasi' Irak
A
A
A
BAGHDAD - Milisi Syiah yang memiliki hubungan dengan Iran mengancam akan menyerang pasukan Turki yang dikerahkan di Mosul, Irak Utara. Pemerintah Irak telah marah dan menganggap ratusan tentara Turki menginvasi Irak.
Baghdad telah minta NATO menekan Turki agar menarik ratusan tentaranya dari Mosul, wilayah Irak utara yang dikenal diduduki ISIS. Irak juga telah mengultimatum Turki agar menarik semua tentaranya dari Mosul dalam waktu 48 jam.
Ancaman dari milisi Syiah itu disampaikan Karim al-Nuri, juru bicara Brigade Badr, keompok koalisi terbesar milisi Syiah. Dia menyamakan ”invasi” tentara Turki di Mosul sama halnya dengan ulah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang juga menduduki wilayah Irak utara itu.
”Kami memiliki hak untuk merespons dan kita tidak mengecualikan jenis respon sampai Turki belajar dari pelajaran mereka,” kata Nuri. ”Apakah mereka memiliki mimpi memulihkan kebesaran Ottoman? Ini adalah khayalan besar dan mereka akan membayar mahal karena arogansi Turki,” lanjut dia.
Turki pada Selasa lalu mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menarik tentaranya, tetapi juga tidak akan mengirim lagi. Baghdad menegaskan bahwa Irak tidak pernah mengundang tentara mana pun di wilayahnya.
Sedangkan anggota parlemen Irak pada Rabu dengan suara bulat menyetujui mosi untuk mendukung pemerintah dalam mengambil langkah-langkah apapun terhadap tindakan militer Turki. Beberapa anggota parlemen Irak mengusulkan untuk mengobarkan "perang ekonomi" terhadap Turki.
Sedangkan Jafaar Hussaini, juru bicara salah satu kelompok bersenjata Syiah, Hizbullah Kata'ib, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/12/2015) mengatakan bahwa kekerasan mungkin diperlukan.
”Kami mengatakan bahwa opsi militer masih mungkin dan kami mungkin mencapai tahap dalam beberapa hari ke depan di mana kita mulai melaksanakan operasi melawan Turki, baik itu terhadap tentara mereka atau kepentingan Turki di Irak,” katanya.
Baghdad telah minta NATO menekan Turki agar menarik ratusan tentaranya dari Mosul, wilayah Irak utara yang dikenal diduduki ISIS. Irak juga telah mengultimatum Turki agar menarik semua tentaranya dari Mosul dalam waktu 48 jam.
Ancaman dari milisi Syiah itu disampaikan Karim al-Nuri, juru bicara Brigade Badr, keompok koalisi terbesar milisi Syiah. Dia menyamakan ”invasi” tentara Turki di Mosul sama halnya dengan ulah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang juga menduduki wilayah Irak utara itu.
”Kami memiliki hak untuk merespons dan kita tidak mengecualikan jenis respon sampai Turki belajar dari pelajaran mereka,” kata Nuri. ”Apakah mereka memiliki mimpi memulihkan kebesaran Ottoman? Ini adalah khayalan besar dan mereka akan membayar mahal karena arogansi Turki,” lanjut dia.
Turki pada Selasa lalu mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menarik tentaranya, tetapi juga tidak akan mengirim lagi. Baghdad menegaskan bahwa Irak tidak pernah mengundang tentara mana pun di wilayahnya.
Sedangkan anggota parlemen Irak pada Rabu dengan suara bulat menyetujui mosi untuk mendukung pemerintah dalam mengambil langkah-langkah apapun terhadap tindakan militer Turki. Beberapa anggota parlemen Irak mengusulkan untuk mengobarkan "perang ekonomi" terhadap Turki.
Sedangkan Jafaar Hussaini, juru bicara salah satu kelompok bersenjata Syiah, Hizbullah Kata'ib, seperti dikutip Reuters, Kamis (20/12/2015) mengatakan bahwa kekerasan mungkin diperlukan.
”Kami mengatakan bahwa opsi militer masih mungkin dan kami mungkin mencapai tahap dalam beberapa hari ke depan di mana kita mulai melaksanakan operasi melawan Turki, baik itu terhadap tentara mereka atau kepentingan Turki di Irak,” katanya.
(mas)