Cegah Serangan Teroris, Jepang Bentuk Unit Intelijen Baru
A
A
A
TOKYO - Kementerian Luar Negeri Jepang membentuk sebuah unit intelijen baru yang bertugas mengumpulkan informasi tentang kelompok-kelompok militan, seperti ISIS di negara tersebut. Pembentukan unit intelijen baru ini didorong oleh serangan teroris di Paris, Prancis, beberapa waktu lalu.
"Menggarisbawahi serangan teroris dalam skala besar yang baru saja terjadi di Paris, dimana situasinya sangat parah, pemerintah harus melakukan yang terbaik untuk mencegah serangan teror dengan bekerjasama dengan masyarakat internasional," begitu pernyataan Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (4/12/2015).
Nantinya, unit ini akan terdiri dari 20 orang dan ditempatkan di kedutaan-kedutaan Jepang yang ada di luar negeri. Mereka akan bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan polisi dalam operasi pengumpulan data intelijen.
Wajar kiranya jika Jepang bersikap waspada terhadap serangan teroris dan tidak ingin kejadian di Paris menimpa mereka. Pasalnya, Negeri Sakura itu akan menjadi tuan rumah serangkaian acara dunia, seperti pertemuan puncak Kelompok Tujuh yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Mereka juga ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby di tahun 2019 dan Olimpiade tahun 2020.
Jepang sendiri punya pengalaman yang buruk dengan ISIS. Kelompok ekstrimis itu telah memenggal dua sandera asal Jepang pada tahun ini. Hal itu dilakukan setelah Perdana Menteri, Shinzo Abe, berjanji akan memberikan bantuan USD 200 juta non militer kepada sejumlah negara dalam rangka memerangi kelompok militan.
"Menggarisbawahi serangan teroris dalam skala besar yang baru saja terjadi di Paris, dimana situasinya sangat parah, pemerintah harus melakukan yang terbaik untuk mencegah serangan teror dengan bekerjasama dengan masyarakat internasional," begitu pernyataan Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat (4/12/2015).
Nantinya, unit ini akan terdiri dari 20 orang dan ditempatkan di kedutaan-kedutaan Jepang yang ada di luar negeri. Mereka akan bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan polisi dalam operasi pengumpulan data intelijen.
Wajar kiranya jika Jepang bersikap waspada terhadap serangan teroris dan tidak ingin kejadian di Paris menimpa mereka. Pasalnya, Negeri Sakura itu akan menjadi tuan rumah serangkaian acara dunia, seperti pertemuan puncak Kelompok Tujuh yang akan dilaksanakan pada tahun depan. Mereka juga ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby di tahun 2019 dan Olimpiade tahun 2020.
Jepang sendiri punya pengalaman yang buruk dengan ISIS. Kelompok ekstrimis itu telah memenggal dua sandera asal Jepang pada tahun ini. Hal itu dilakukan setelah Perdana Menteri, Shinzo Abe, berjanji akan memberikan bantuan USD 200 juta non militer kepada sejumlah negara dalam rangka memerangi kelompok militan.
(ian)