Mali Rilis Foto Pelaku Penyerangan Hotel Mewah
A
A
A
BAMAKO - Media pemerintah Mali merilis foto para pelaku penyerangan dan penyanderaan hotel di ibukota negara itu pada akhir pekan kemarin. Pihak pemerintah Mali pun meminta kepada semua pihak yang mengenali kedua pelaku untuk menghubungi pihak berwajib.
Dua orang anggota kelompok militan Mali bersenjatakan AK-47 menerobos masuk ke sebuah hotel yang berada di ibukota Bamako. Mereka kemudian menyandera 130 orang yang ada di hotel itu. Selanjutnya, penyerang tewas setelah pasukan keamanan melakukan operasi pembebasan sandera.
"Foto-foto itu diambil setelah kedua pelaku melakukan aksi penyerangan dan penyanderaan di Hotel Radisson Blu yang menewaskan 19 orang pada Jumat kemarin," ujar seorang anggota keamanan, Kapten Baba Cisse, di Kementerian Dalam Negeri Mali seperti dikutip dari laman WBTV, Selasa (24/11/2015).
Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Mali Amadou Sangho mengatakan, hingga saat ini pihak keamanan masih melakukan penyelidikan terhadap insiden penyerangan itu.
"Penyelidikan masih terus dilakukan dan kami mencoba untuk mencari tahu kebangsaan mereka. Kami ingin mencari orang-orang yang mengenal mereka dan kemudian menemukan jaringan mereka," tutur Sangho seperti dikutip dari laman New York Times.
Dua orang anggota kelompok militan Mali bersenjatakan AK-47 menerobos masuk ke sebuah hotel yang berada di ibukota Bamako. Mereka kemudian menyandera 130 orang yang ada di hotel itu. Selanjutnya, penyerang tewas setelah pasukan keamanan melakukan operasi pembebasan sandera.
"Foto-foto itu diambil setelah kedua pelaku melakukan aksi penyerangan dan penyanderaan di Hotel Radisson Blu yang menewaskan 19 orang pada Jumat kemarin," ujar seorang anggota keamanan, Kapten Baba Cisse, di Kementerian Dalam Negeri Mali seperti dikutip dari laman WBTV, Selasa (24/11/2015).
Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Mali Amadou Sangho mengatakan, hingga saat ini pihak keamanan masih melakukan penyelidikan terhadap insiden penyerangan itu.
"Penyelidikan masih terus dilakukan dan kami mencoba untuk mencari tahu kebangsaan mereka. Kami ingin mencari orang-orang yang mengenal mereka dan kemudian menemukan jaringan mereka," tutur Sangho seperti dikutip dari laman New York Times.
(ian)