Lama Dirahasiakan, Ini Kekuatan Senjata Nuklir Israel
A
A
A
WASHINGTON - Israel selama ini merahasiakan kepemilikan senjata nuklir dan terus mengusik program nuklir Iran. Namun, sebuah think tank yang berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS) membeberkan kekuatan senjata nuklir yang dimiliki negara Yahudi itu.
Laporan yang dirlis Institute for Science and International Security di Washington mengungkap bahwa arsenal senjata nuklir Israel mencakup 115 hulu ledak. Menurut laporan penelitian itu, Israel diyakini mengembangkan senjata nuklir sebelum Perang Enam Hari 1967 pecah.
Penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari evaluasi yang lebih komprehensif dari persediaan plutonium di seluruh dunia itu memperkirakan bahwa, Israel telah memproduksi sekitar 660 kilogram plutonium di reaktor Dimona sejak operasi dimulai pada tahun 1963. Produksi plutonium sebanyak itu memungkinkan Israel memiliki 115 senjata nuklir pada saat ini.
Dalam laporannya, kelompok peneliti di Washington itu mengakui bahwa kekuatan senjata nuklir Israel sebenarnya tidak diketahui oleh publik. Israel adalah salah satu dari sembilan negara yang memiliki senjata nuklir, tetapi satu-satunya negara yang tidak pernah bersedia mengomentari kepemilikan senjata berbahaya itu.
Penelitian lain dari David Albright—mantan inspektur nuklir PBB— juga telah memperkirakan bahwa Israel memiliki ratusan senjata nuklir. Penelitian itu memperkirakan bahwa sebuah bom nuklir tunggal sejatinya memerlukan tiga sampai lima kilogram plutonium.
”Berdasarkan total produksi plutonium, rata-rata untuk jumlah senjata nuklir adalah sekitar 165 dengan standar deviasi 33 dan berbagai senjata antara sekitar 90-290. Kemungkinan, Israel tidak membangun senjata nuklir ini. Sebuah asumsi wajar adalah bahwa jumlah senjata yang siap adalah 30 persen lebih rendah, atau sekitar 115 senjata nuklir pada akhir 2014,” bunyi laporan Albright, seperti dikutip Sputnik, Selasa (24/11/2015).
Laporan itu juga menyatakan bahwa Israel memiliki rudal jelajah berkemampuan nuklir, meskipun pada tahun 1990 negara itu berjanji kepada Amerika Serikat untuk tidak mendapatkan "bahan” dari luar negeri untuk program senjata nuklirnya.
Israel sendiri tidak memiliki perjanjian dengan Badan Energi Atom Internasional dan telah menjadi hambatan bagi pembentukan sebuah "zona bebas nuklir" di Timur Tengah.
Laporan yang dirlis Institute for Science and International Security di Washington mengungkap bahwa arsenal senjata nuklir Israel mencakup 115 hulu ledak. Menurut laporan penelitian itu, Israel diyakini mengembangkan senjata nuklir sebelum Perang Enam Hari 1967 pecah.
Penelitian yang dilakukan sebagai bagian dari evaluasi yang lebih komprehensif dari persediaan plutonium di seluruh dunia itu memperkirakan bahwa, Israel telah memproduksi sekitar 660 kilogram plutonium di reaktor Dimona sejak operasi dimulai pada tahun 1963. Produksi plutonium sebanyak itu memungkinkan Israel memiliki 115 senjata nuklir pada saat ini.
Dalam laporannya, kelompok peneliti di Washington itu mengakui bahwa kekuatan senjata nuklir Israel sebenarnya tidak diketahui oleh publik. Israel adalah salah satu dari sembilan negara yang memiliki senjata nuklir, tetapi satu-satunya negara yang tidak pernah bersedia mengomentari kepemilikan senjata berbahaya itu.
Penelitian lain dari David Albright—mantan inspektur nuklir PBB— juga telah memperkirakan bahwa Israel memiliki ratusan senjata nuklir. Penelitian itu memperkirakan bahwa sebuah bom nuklir tunggal sejatinya memerlukan tiga sampai lima kilogram plutonium.
”Berdasarkan total produksi plutonium, rata-rata untuk jumlah senjata nuklir adalah sekitar 165 dengan standar deviasi 33 dan berbagai senjata antara sekitar 90-290. Kemungkinan, Israel tidak membangun senjata nuklir ini. Sebuah asumsi wajar adalah bahwa jumlah senjata yang siap adalah 30 persen lebih rendah, atau sekitar 115 senjata nuklir pada akhir 2014,” bunyi laporan Albright, seperti dikutip Sputnik, Selasa (24/11/2015).
Laporan itu juga menyatakan bahwa Israel memiliki rudal jelajah berkemampuan nuklir, meskipun pada tahun 1990 negara itu berjanji kepada Amerika Serikat untuk tidak mendapatkan "bahan” dari luar negeri untuk program senjata nuklirnya.
Israel sendiri tidak memiliki perjanjian dengan Badan Energi Atom Internasional dan telah menjadi hambatan bagi pembentukan sebuah "zona bebas nuklir" di Timur Tengah.
(mas)