Interpol Kantongi 5.000 Lebih Identitas Pejuang Asing ISIS
A
A
A
SEVILA - Sekjen Interpol, Juergen Stock mengatakan, pihaknya telah berhasil mengidentifikasi 5.800 dari 25.000 pejuang asing yang ikut bergabung dalam konflik seperti di Suriah dan Irak.
"Interpol saat ini telah memegang informasi dari 5.800 tersangka teroris pejuang asing yang berasal dari lebih dari 50 negara," kata Stock saat konferensi anti terorisme di Sevila, Spanyol, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (19/11/2015).
"Tapi, dengan menempatkan perkiraan jumlah teroris pejuang asing lebih dari 25.000, jelas ada kesenjangan yang signifikan antara jumlah pejuang teroris asing yang berhasil kami identifikasi dengan mereka yang diperkirakan berada di zona konflik," tambahnya.
Menurut Stock, antar negara harus berbagi informasi lebih lanjut mengenai para pejuang asing ini. Selain itu harus ada peningkatan akses ke data yang dimiliki oleh setiap negara untuk organisasi seperti Interpol.
"Informasi adalah darah bagi kehidupan dan kerja polisi. Informasi ini perlu dibagi dengan Interpol," katanya.
Sebuah laporan PBB pada tahun 2015 menunjukkan peningkatan jumlah pejuang asing dari tahun lalu dengan lebih dari 25.000 pejuang asing dari lebih 100 negara kini terlibat dalam konflik bersenjata.
Sejumlah besar para pejuang asing itu berasal dari Tunisia, Maroko, Perancis dan Rusia. Namun sejumlah laporan terbaru juga menunjukkan arus baru pejuang asing berasal dari Maladewa, Finlandia, Trinidad dan Tobago, serta dari beberapa negara di Sub-Sahara Afrika.
"Interpol saat ini telah memegang informasi dari 5.800 tersangka teroris pejuang asing yang berasal dari lebih dari 50 negara," kata Stock saat konferensi anti terorisme di Sevila, Spanyol, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (19/11/2015).
"Tapi, dengan menempatkan perkiraan jumlah teroris pejuang asing lebih dari 25.000, jelas ada kesenjangan yang signifikan antara jumlah pejuang teroris asing yang berhasil kami identifikasi dengan mereka yang diperkirakan berada di zona konflik," tambahnya.
Menurut Stock, antar negara harus berbagi informasi lebih lanjut mengenai para pejuang asing ini. Selain itu harus ada peningkatan akses ke data yang dimiliki oleh setiap negara untuk organisasi seperti Interpol.
"Informasi adalah darah bagi kehidupan dan kerja polisi. Informasi ini perlu dibagi dengan Interpol," katanya.
Sebuah laporan PBB pada tahun 2015 menunjukkan peningkatan jumlah pejuang asing dari tahun lalu dengan lebih dari 25.000 pejuang asing dari lebih 100 negara kini terlibat dalam konflik bersenjata.
Sejumlah besar para pejuang asing itu berasal dari Tunisia, Maroko, Perancis dan Rusia. Namun sejumlah laporan terbaru juga menunjukkan arus baru pejuang asing berasal dari Maladewa, Finlandia, Trinidad dan Tobago, serta dari beberapa negara di Sub-Sahara Afrika.
(ian)