Presiden Myanmar Ancam Pertumpahan Darah jika Kalah Pemilu
A
A
A
YANGON - Presiden Myanmar, Thein Sein, mengeluarkan ancaman akan ada pertumpahan darah jika partainya, yaitu partai berkuasa, kalah dalam Pemilu. Sein dalam video di Facebook mengancam bahwa gerakan pemberontakan seperti “Arab Spring” di Timur Tengah bisa terjadi di Myanmar.
Pemilu yang akan digelar 8 November 2015 atau beberapa hari lagi merupakan Pemilu bersejarah di Myanmar. Sebab merupakan Pemilu bebas dan adil yang digelar pertama kali di negara itu setelah sekian tahun rezim militer berkuasa.
Menurut laporan IB Times, Kamis (5/11/2015), dalam video itu juga ditunjukkan adegan kekerasan yang diduga peristiwa kerusuhan di Myanmar setelah 2011.”Hanya ketika perdamaian berlaku kehendak demokratisasi dilaksanakan,” bunyi pernyataan di akhir video tersebut.
Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang dipimpin Sein, sudah 25 tahun berkuasa. Lebih dari 30 juta orang diperkirakan akan memberikan suara dalam Pemilu bersejarah nanti.
Sementara itu, Shwe Mann yang telah digulingkan sebagai pemimpin USDP oleh Presiden Sein, telah mengisyaratkan memperluas dukungan untuk Aung San Suu Kyi, yang memimpin partai oposisi Myanmar, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). NLD kini jadi pesain utama USDP.
Namun, Shwe Mann tercatat masih menjadi anggota USDP dan ketua parlemen. Dia terang-terangan mendukung kampanye Suu Kyi untuk mereformasi konstitusi untuk membatasi kekuasaan para jenderal. Dalam pidato kampanye baru-baru ini di Myanmar tengah, Mann menyebut Suu Kyi sebagai panutan.
Suu Kyi sendiri dilarang menjadi presiden sesuai konstitusi yang disusun oleh rezim militer. ”Jika anggota parlemen meminta saya, saya siap untuk mengambil tanggung jawab,” kata Shwe Mann seperti dikutip oleh Guardian.”Jika mereka berpikir saya harus menjadi presiden, saya akan (jadi presiden.”
Sementara itu, selama dua bulan terakhir berkampanye, Suu Kyi mengobarkan cara berkampanye damai dan etis. ”Kami akan mencoba untuk memenangkan Pemilu dengan cara yang benar. Jangan menyimpang dari jalan yang benar karena rumor dan provokasi kotor,” kata Suu Kyi kepada pendukungnya di Yangon.
Pemilu yang akan digelar 8 November 2015 atau beberapa hari lagi merupakan Pemilu bersejarah di Myanmar. Sebab merupakan Pemilu bebas dan adil yang digelar pertama kali di negara itu setelah sekian tahun rezim militer berkuasa.
Menurut laporan IB Times, Kamis (5/11/2015), dalam video itu juga ditunjukkan adegan kekerasan yang diduga peristiwa kerusuhan di Myanmar setelah 2011.”Hanya ketika perdamaian berlaku kehendak demokratisasi dilaksanakan,” bunyi pernyataan di akhir video tersebut.
Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang dipimpin Sein, sudah 25 tahun berkuasa. Lebih dari 30 juta orang diperkirakan akan memberikan suara dalam Pemilu bersejarah nanti.
Sementara itu, Shwe Mann yang telah digulingkan sebagai pemimpin USDP oleh Presiden Sein, telah mengisyaratkan memperluas dukungan untuk Aung San Suu Kyi, yang memimpin partai oposisi Myanmar, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). NLD kini jadi pesain utama USDP.
Namun, Shwe Mann tercatat masih menjadi anggota USDP dan ketua parlemen. Dia terang-terangan mendukung kampanye Suu Kyi untuk mereformasi konstitusi untuk membatasi kekuasaan para jenderal. Dalam pidato kampanye baru-baru ini di Myanmar tengah, Mann menyebut Suu Kyi sebagai panutan.
Suu Kyi sendiri dilarang menjadi presiden sesuai konstitusi yang disusun oleh rezim militer. ”Jika anggota parlemen meminta saya, saya siap untuk mengambil tanggung jawab,” kata Shwe Mann seperti dikutip oleh Guardian.”Jika mereka berpikir saya harus menjadi presiden, saya akan (jadi presiden.”
Sementara itu, selama dua bulan terakhir berkampanye, Suu Kyi mengobarkan cara berkampanye damai dan etis. ”Kami akan mencoba untuk memenangkan Pemilu dengan cara yang benar. Jangan menyimpang dari jalan yang benar karena rumor dan provokasi kotor,” kata Suu Kyi kepada pendukungnya di Yangon.
(mas)