AS Potong Bantuan untuk Palestina
A
A
A
WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah memotong bantuan dana untuk Palestina. Menurut seorang pejabat AS, pemotongan dana ini dilakukan karena pihaknya menilai Palestina kerap melakukan tindakan yang tidak membantu tercapainya perdamaian dengan Israel.
Departemen Luar Negeri AS, menurut laporan al-Monitor yang dilansir Al Arabiya pada Minggu (25/10), bermaksud untuk mengurangi bantuan untuk fiskal Tepi Barat dan Gaza pada tahun 2016 yang pada awalnya USD 370 juta, menjadi USD 290 juta.
"Keputusan untuk mengurangi bantuan kepada Otoritas Palestina dibuat pada musim semi lalu. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keputusan ini, termasuk tindakan tidak membantu yang dilakukan oleh Palestina dan kendala pada anggaran bantuan global kami," kata pejabat itu dalam kondisi anonim.
Dirinya juga menegaskan, pemotongan bantuan ini tidak terkait langung dengan insiden kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah warga Palestina di Yarusalem. "Tidak terkait langsung," sambung pejabat tersebut.
"Bagaimanapun, kami telah memperlihatkan dengan jelas keprihatinan kami tentang retorika inflamasi yang terjadi dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir ini," pungkas pejabat yang dekat dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry itu.
Departemen Luar Negeri AS, menurut laporan al-Monitor yang dilansir Al Arabiya pada Minggu (25/10), bermaksud untuk mengurangi bantuan untuk fiskal Tepi Barat dan Gaza pada tahun 2016 yang pada awalnya USD 370 juta, menjadi USD 290 juta.
"Keputusan untuk mengurangi bantuan kepada Otoritas Palestina dibuat pada musim semi lalu. Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keputusan ini, termasuk tindakan tidak membantu yang dilakukan oleh Palestina dan kendala pada anggaran bantuan global kami," kata pejabat itu dalam kondisi anonim.
Dirinya juga menegaskan, pemotongan bantuan ini tidak terkait langung dengan insiden kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah warga Palestina di Yarusalem. "Tidak terkait langsung," sambung pejabat tersebut.
"Bagaimanapun, kami telah memperlihatkan dengan jelas keprihatinan kami tentang retorika inflamasi yang terjadi dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir ini," pungkas pejabat yang dekat dengan Menteri Luar Negeri AS John Kerry itu.
(ian)