Saudi dan Turki: Agresi Rusia Dukung Rezim Suriah Kesalahan Besar!
A
A
A
ANKARA - Arab Saudi dan Turki kompak menyampaikan peringatan keras terhadap Rusia yang terus meluncurkan agresi militer di Suriah untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Saudi memperingatkan Rusia bahwa agresi Kremlin di Suriah sebagai kesalahan besar.
Kedua negara dengan mayoritas penduduk Muslim Sunni itu telah mendukung pemberontak atau oposisi moderat di Suriah. Keduanya sudah marah dengan rentetan pemboman Rusia untuk menopang rezim Presiden Assad.
Kemarahan Turki muncul awal bulan ini ketika pesawat jet tempur Rusia yang beroperasi di Suriah sudah dua kali melanggar wilayah udara dari anggota NATO tersebut. ”Rusia adalah membuat kesalahan besar!,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioglu, kepada wartawan setelah pembicaraan di Ankara dengan rekannya Menlu Saudi, Adel al-Jubeir.
”Apa yang dilakukannya tidak akan membawa arti atau manfaat, selain menunda proses transisi untuk membantu Suriah keluar dari kekacauan,” lanjut Sinirlioglu. ”Kami akan terus dengan peringatan kami.”
Turki menolak klaim Rusia bahwa serangan militernya menargetkan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), melainkan menyerang pemberontak anti-Assad.
”Arab Saudi dan Turki sepakat untuk mendukung oposisi di Suriah. Yang penting adalah solusi politik,” imbuh Menlu Saudi, Adel al-Jubeir, seperti dikutip AFP, Jumat (16/10/2015). ”Kami sepakat bahwa tidak akan ada peran bagi Bashar al-Assad,” imbuh Jubeir.
Menlu Saudi itu menegaskan bahwa penyelesaian krisis Suriah harus sesuai perjanjian Jenewa 2012, yang merekomendasikan transisi politik di Suriah. ”Kami (di Ankara) membahas intervensi kekuatan asing, terutama intervensi Rusia yang merupakan isu yang sangat penting,” kata Jubeir.
Kedua negara dengan mayoritas penduduk Muslim Sunni itu telah mendukung pemberontak atau oposisi moderat di Suriah. Keduanya sudah marah dengan rentetan pemboman Rusia untuk menopang rezim Presiden Assad.
Kemarahan Turki muncul awal bulan ini ketika pesawat jet tempur Rusia yang beroperasi di Suriah sudah dua kali melanggar wilayah udara dari anggota NATO tersebut. ”Rusia adalah membuat kesalahan besar!,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Feridun Sinirlioglu, kepada wartawan setelah pembicaraan di Ankara dengan rekannya Menlu Saudi, Adel al-Jubeir.
”Apa yang dilakukannya tidak akan membawa arti atau manfaat, selain menunda proses transisi untuk membantu Suriah keluar dari kekacauan,” lanjut Sinirlioglu. ”Kami akan terus dengan peringatan kami.”
Turki menolak klaim Rusia bahwa serangan militernya menargetkan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), melainkan menyerang pemberontak anti-Assad.
”Arab Saudi dan Turki sepakat untuk mendukung oposisi di Suriah. Yang penting adalah solusi politik,” imbuh Menlu Saudi, Adel al-Jubeir, seperti dikutip AFP, Jumat (16/10/2015). ”Kami sepakat bahwa tidak akan ada peran bagi Bashar al-Assad,” imbuh Jubeir.
Menlu Saudi itu menegaskan bahwa penyelesaian krisis Suriah harus sesuai perjanjian Jenewa 2012, yang merekomendasikan transisi politik di Suriah. ”Kami (di Ankara) membahas intervensi kekuatan asing, terutama intervensi Rusia yang merupakan isu yang sangat penting,” kata Jubeir.
(mas)