AS dan Rusia Diminta Bersatu Lawan ISIS
A
A
A
WASHINGTON - Stephen F. Cohen, profesor studi Rusia di Princeton University dan New York University menilai, Amerika Serikat (AS) dan Rusia harusnya melupakan segala perbedaan yang ada diantara mereka, dan mulai bekerjasama untuk melakukan serangan terhadap ISIS di Suriah.
Cohen menilai, kerjasama antar kedua negara tersebut bisa membawa kondisi dunia, khususnya Timur Tengah menjadi lebih baik. Di matanya, kerjasama kedua negara besar tersebut mampu menghadirkan keseimbangan di dunia.
Bersatunya kedua negara tersebut, lanjut Cohen akan menghasilkan sebuah kekuatan yang sangat besar. Kekuatan yang dapat, bukan hanya mengalahkan ISIS, tapi juga memusnahkan kelompok radikal tersebut baik di Irak ataupun Suriah.
Namun, Cohen juga menuturkan mempersatukan kedua negara akan sangat sulit. Sebab, menurutnya ada perbedaan yang sangat besar, dari segi pandangan politik, ideologi, dan juga kebijakan antara kedua negara tersebut.
"Harapan saya adalah bahwa Obama dan Putin akan menurunkan ego mereka dan membentuk koalisi besar di Irak dan di Suriah. Tapi mari kita bersikap realistis, ada hambatan besar disana," kata Cohen, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (4/10/2015).
Cohen menilai, kerjasama antar kedua negara tersebut bisa membawa kondisi dunia, khususnya Timur Tengah menjadi lebih baik. Di matanya, kerjasama kedua negara besar tersebut mampu menghadirkan keseimbangan di dunia.
Bersatunya kedua negara tersebut, lanjut Cohen akan menghasilkan sebuah kekuatan yang sangat besar. Kekuatan yang dapat, bukan hanya mengalahkan ISIS, tapi juga memusnahkan kelompok radikal tersebut baik di Irak ataupun Suriah.
Namun, Cohen juga menuturkan mempersatukan kedua negara akan sangat sulit. Sebab, menurutnya ada perbedaan yang sangat besar, dari segi pandangan politik, ideologi, dan juga kebijakan antara kedua negara tersebut.
"Harapan saya adalah bahwa Obama dan Putin akan menurunkan ego mereka dan membentuk koalisi besar di Irak dan di Suriah. Tapi mari kita bersikap realistis, ada hambatan besar disana," kata Cohen, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (4/10/2015).
(esn)