Media AS: Pentagon Perbarui Rencana Perang dengan Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Pentagon Amerika Serikat (AS) dilaporkan meninjau dan memperbarui rencana darurat guna perang dengan Rusia untuk pertama kalinya sejak runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Hal itu diungkap seorang pejabat pertahanan kepada media AS.
”Mengingat situasi keamanan, mengingat tindakan Rusia, telah menjadi jelas bahwa kita perlu memastikan untuk memperbarui rencana yang kita miliki dalam menanggapi setiap agresi potensial terhadap sekutu NATO,” kata pejabat senior pertahanan AS yang mengetahui rencana Pentagon tersebut kepada Foreign Policy (FP).
Menurut Michèle Flournoy, mantan Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan AS yang juga koordinator pendiri Center for a New American Security, mengatakan kebijakan AS itu dipicu oleh situasi Ukraina. ”Invasi Rusia dari timur Ukraina membuat ‘debu’ rencana kontijensi AS bertaburan,” katanya kepada FP, yang dilansir semalam (20/9/2015).
Kremlin sendiri telah berulang kali membantah berperan dalam konflik Ukraina. Tapi, Pemerintah Ukraina yang didukung Barat terus menuduh Rusia mendukung pemberontak di Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur dengan pasokan senjata dan personel.
Menurut seorang pejabat senior Pentagon tersebut, rencana baru AS fokus pada hipotesa serangan Rusia ke Baltik. Ada dua rencana AS; pertama fokus pada apa yang AS lakukan sebagai bagian dari NATO jika Rusia memilih untuk menyerang negara anggota NATO. Rencana kedua, tindakan independen AS terhadap Rusia.
Ketegangan NATO dan Rusia mulai memanas sejak negara-negara Baltik khawatir akan diinvasi Rusia setelah Ukraina. Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon, pada Februari lalu juga khawatir pada nasib negara-negara Baltik jika rezim Presiden Vladimir Putin beraksi.
Presiden Putin kepada media Italia beberapa waktu lalu mengatakan bahwa keresahan-keresahan yang menyalahkan Rusia tidak harus ditanggapi dengan serius. Menurutnya, Rusia tidak pernah agresif bahkan hampir tidak ada basis militer Rusia di luar negeri.
”Saya berpikir bahwa hanya orang gila yang bisa membayangkan bahwa Rusia tiba-tiba akan menyerang NATO. Saya pikir beberapa negara hanya mengambil keuntungan dari ketakutan masyarakat berkaitan dengan Rusia,” ujar Putin.
”Mengingat situasi keamanan, mengingat tindakan Rusia, telah menjadi jelas bahwa kita perlu memastikan untuk memperbarui rencana yang kita miliki dalam menanggapi setiap agresi potensial terhadap sekutu NATO,” kata pejabat senior pertahanan AS yang mengetahui rencana Pentagon tersebut kepada Foreign Policy (FP).
Menurut Michèle Flournoy, mantan Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan AS yang juga koordinator pendiri Center for a New American Security, mengatakan kebijakan AS itu dipicu oleh situasi Ukraina. ”Invasi Rusia dari timur Ukraina membuat ‘debu’ rencana kontijensi AS bertaburan,” katanya kepada FP, yang dilansir semalam (20/9/2015).
Kremlin sendiri telah berulang kali membantah berperan dalam konflik Ukraina. Tapi, Pemerintah Ukraina yang didukung Barat terus menuduh Rusia mendukung pemberontak di Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur dengan pasokan senjata dan personel.
Menurut seorang pejabat senior Pentagon tersebut, rencana baru AS fokus pada hipotesa serangan Rusia ke Baltik. Ada dua rencana AS; pertama fokus pada apa yang AS lakukan sebagai bagian dari NATO jika Rusia memilih untuk menyerang negara anggota NATO. Rencana kedua, tindakan independen AS terhadap Rusia.
Ketegangan NATO dan Rusia mulai memanas sejak negara-negara Baltik khawatir akan diinvasi Rusia setelah Ukraina. Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon, pada Februari lalu juga khawatir pada nasib negara-negara Baltik jika rezim Presiden Vladimir Putin beraksi.
Presiden Putin kepada media Italia beberapa waktu lalu mengatakan bahwa keresahan-keresahan yang menyalahkan Rusia tidak harus ditanggapi dengan serius. Menurutnya, Rusia tidak pernah agresif bahkan hampir tidak ada basis militer Rusia di luar negeri.
”Saya berpikir bahwa hanya orang gila yang bisa membayangkan bahwa Rusia tiba-tiba akan menyerang NATO. Saya pikir beberapa negara hanya mengambil keuntungan dari ketakutan masyarakat berkaitan dengan Rusia,” ujar Putin.
(mas)