Austria: Barat Harus Libatkan Assad Perangi ISIS
A
A
A
TEHERAN - Menteri Luar Negeri Austria, Sebastian Kurz menyatakan, negara-negara Barat harus melibatkan presiden Suriah Bashar al-Assad. Pandangan ini berbeda dengan pandangan negara-negara Barat pada umumnya, yang melihat Assad sebagai sumber masalah.
"Kita perlu pendekatan umum yang pragmatis. Dalam hal ini, termasuk keterlibatan Assad dalam memerangi teror ISIS," ujar Kurz. "Kita tidak boleh melupakan kejahatan yang dilakukan oleh Assad. Tetapi, jangan lupakan pula pandangan pragmatis berdasarkan fakta di lapangan, dalam hal ini (memerangi ISIS) kita berada di sisi yang sama," tambahnya seperti dikutip dari Daily Star, Rabu (9/9/2015).
Sebelumnya, Presiden Iran, Hassan Raouhani menyatakan, pihaknya siap duduk bersama dengan negara lain untuk membicarakan masalah Suriah. Namun, ia dengan tegas tidak akan membahas tentang masa depan Assad. "Kami bersedia duduk di meja dengan negara-negara di dalam maupun di luar wilayah Timur Tengah," ujar Rouhani.
"Warga Suriah dibunuh dan kehilangan rumah mereka. Prioritas kami adalah untuk menghentikan pertumpahan darah, menciptakan keamanan, dan membiarkan orang kembali ke rumah mereka, maka kita dapat berbicara tentang masa depan," tuturnya.
Suriah terus menjadi perhatian dunia dalam beberapa pekan terkahir. Selain konflik bersenjata di negara itu, permasalahan warganya yang menjadi pengungsi dan berbondong-bondong datang ke Eropa telah menjadikan Benua Biru berada dalam kondisi eksodus imigran terparah sejak perang Balkan.
Rusia dan Iran merupakan dua pendukung utama dari Bashar al-Assad dan menganggapnya sebagai bagian dari solusi. Sedangkan negara-negara Barat bersikeras Bashar al-Assad harus turun dari tampuk presiden agar konflik di Suriah bisa berakhir.
"Kita perlu pendekatan umum yang pragmatis. Dalam hal ini, termasuk keterlibatan Assad dalam memerangi teror ISIS," ujar Kurz. "Kita tidak boleh melupakan kejahatan yang dilakukan oleh Assad. Tetapi, jangan lupakan pula pandangan pragmatis berdasarkan fakta di lapangan, dalam hal ini (memerangi ISIS) kita berada di sisi yang sama," tambahnya seperti dikutip dari Daily Star, Rabu (9/9/2015).
Sebelumnya, Presiden Iran, Hassan Raouhani menyatakan, pihaknya siap duduk bersama dengan negara lain untuk membicarakan masalah Suriah. Namun, ia dengan tegas tidak akan membahas tentang masa depan Assad. "Kami bersedia duduk di meja dengan negara-negara di dalam maupun di luar wilayah Timur Tengah," ujar Rouhani.
"Warga Suriah dibunuh dan kehilangan rumah mereka. Prioritas kami adalah untuk menghentikan pertumpahan darah, menciptakan keamanan, dan membiarkan orang kembali ke rumah mereka, maka kita dapat berbicara tentang masa depan," tuturnya.
Suriah terus menjadi perhatian dunia dalam beberapa pekan terkahir. Selain konflik bersenjata di negara itu, permasalahan warganya yang menjadi pengungsi dan berbondong-bondong datang ke Eropa telah menjadikan Benua Biru berada dalam kondisi eksodus imigran terparah sejak perang Balkan.
Rusia dan Iran merupakan dua pendukung utama dari Bashar al-Assad dan menganggapnya sebagai bagian dari solusi. Sedangkan negara-negara Barat bersikeras Bashar al-Assad harus turun dari tampuk presiden agar konflik di Suriah bisa berakhir.
(esn)