Tes DNA Buktikan 2 WNA Bukan Pelaku Bom Bangkok
A
A
A
BANGKOK - Pihak kepolisian Thailand mendapat pukulan telak dalam proses investigasi kasus bom Bangkok. Bagaimana tidak, dua warga negara asing (WNA) yang telah ditetapkan menjadi tersangka, ternyata bukan pelaku utama bom Bangkok. Hal ini berdasarkan pemeriksaan DNA para tersangka.
Kepolisian Thailand menguji sampel DNA dari kedua WNA yang mereka amankan sebelumnya untuk menentukan siapa diantara mereka tersangka utama peledakan Kuil Erawan. Pelaku utama peledakan adalah sosok pria dengan t-shirt warna kuning seperti yang terekam dalam kamera CCTV. Pria inilah yang meletakkan tas ransel sesaat sebelum bom meledak.
Penyidik mencoba mencocokan sampel DNA keduanya dengan DNA yang ditinggalkan oleh tersangka utama di dalam taksi, sisa-sisa tas ransel, dan uang kertas yang diberikan tersangka kepada seorang tukang ojek. Namun semua itu hasilnya nihil.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan jika dia (para tersangka) adalah tersangka utama yang menggunakan t-shirt kuning," ujar juru bicara polisi Thailand, Prawut Thawornsiri, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/9/2015).
Meski begitu, Prawut masih menyimpan keyakinan jika keduanya terlibat dalam peristiwa yang menewaskan 20 orang itu. "Ia pasti terlibat dalam pemboman itu," ujarnya.
Sebelumnya, pihak keamanan Thailand berhasil menangkap seorang WNA di salah satu apartemen di kawasan Bangkok bersama sejumlah bahan peledak dan paspor palsu. Selang beberapa hari kemudian, mereka berhasil menangkap seorang WNA di daerah perbatasan Thailand-Kamboja.
Berdasarkan identitas di paspor yang dimilikinya, dikeluarkan oleh China, ia bernama Yusufu Mieraili. Ia dilahirkan di wilayah Xinjiang, Cina barat. Meski begitu, hal ini belum bisa dipastikan kebenarannya.
Dugaan pun muncul, jika peristiwa bom Bangkok ada hubungannya dengan aksi balas dendam oleh simpatisan muslim Uighur, terutama yang mempunyai kemampuan berbicara bahasa Turki dari wilayah Xinjiang. Pasalnya, pada bulan Juli lalu, Thailand mendeportasi 109 muslim Uighur kembali ke China yang memancing reaksi dari sejumlah kalangan.
Polisi Thailand pun yakin jika para pelaku berasal dari Turki. Mereka kemudian mencoba menginterogasi para pelaku dengan bahasa Turki. Hal ini juga didasari pada penemuan paspor Turki palsu di lokasi penangkapan salah satu tersangka pada Sabtu pekan lalu. Kepolisian Thailand pun telah menetapkan dua orang tersangka lain yang diyakini berada di Turki.
Namun kini, sosok tersangka utama itu kembali diselubungi misteri ketika tes DNA menunjukkan hasil yang berbeda. Kepolisian Thailand pun harus menyusun ulang kembali investigasi yang mereka lakukan setelah sempat merasa optimis bisa mengungkap kasus ini.
Kepolisian Thailand menguji sampel DNA dari kedua WNA yang mereka amankan sebelumnya untuk menentukan siapa diantara mereka tersangka utama peledakan Kuil Erawan. Pelaku utama peledakan adalah sosok pria dengan t-shirt warna kuning seperti yang terekam dalam kamera CCTV. Pria inilah yang meletakkan tas ransel sesaat sebelum bom meledak.
Penyidik mencoba mencocokan sampel DNA keduanya dengan DNA yang ditinggalkan oleh tersangka utama di dalam taksi, sisa-sisa tas ransel, dan uang kertas yang diberikan tersangka kepada seorang tukang ojek. Namun semua itu hasilnya nihil.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan jika dia (para tersangka) adalah tersangka utama yang menggunakan t-shirt kuning," ujar juru bicara polisi Thailand, Prawut Thawornsiri, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (4/9/2015).
Meski begitu, Prawut masih menyimpan keyakinan jika keduanya terlibat dalam peristiwa yang menewaskan 20 orang itu. "Ia pasti terlibat dalam pemboman itu," ujarnya.
Sebelumnya, pihak keamanan Thailand berhasil menangkap seorang WNA di salah satu apartemen di kawasan Bangkok bersama sejumlah bahan peledak dan paspor palsu. Selang beberapa hari kemudian, mereka berhasil menangkap seorang WNA di daerah perbatasan Thailand-Kamboja.
Berdasarkan identitas di paspor yang dimilikinya, dikeluarkan oleh China, ia bernama Yusufu Mieraili. Ia dilahirkan di wilayah Xinjiang, Cina barat. Meski begitu, hal ini belum bisa dipastikan kebenarannya.
Dugaan pun muncul, jika peristiwa bom Bangkok ada hubungannya dengan aksi balas dendam oleh simpatisan muslim Uighur, terutama yang mempunyai kemampuan berbicara bahasa Turki dari wilayah Xinjiang. Pasalnya, pada bulan Juli lalu, Thailand mendeportasi 109 muslim Uighur kembali ke China yang memancing reaksi dari sejumlah kalangan.
Polisi Thailand pun yakin jika para pelaku berasal dari Turki. Mereka kemudian mencoba menginterogasi para pelaku dengan bahasa Turki. Hal ini juga didasari pada penemuan paspor Turki palsu di lokasi penangkapan salah satu tersangka pada Sabtu pekan lalu. Kepolisian Thailand pun telah menetapkan dua orang tersangka lain yang diyakini berada di Turki.
Namun kini, sosok tersangka utama itu kembali diselubungi misteri ketika tes DNA menunjukkan hasil yang berbeda. Kepolisian Thailand pun harus menyusun ulang kembali investigasi yang mereka lakukan setelah sempat merasa optimis bisa mengungkap kasus ini.
(esn)