Surga Buat ISIS Takut pada Serdadu Perempuan Kurdi
A
A
A
KOBANE - Para serdadu perempuan Kurdi semakin gencar mengobarkan perlawanan terhadap ISIS. Para serdadu perempuan itu memanfaatkan ketakutan para militan ISIS soal keyakinan bahwa para militan itu tak bisa masuk surga jika membunuh para perempuan dalam perang.
Perlawanan para wanita Kurdi itu juga dimotivasi kebencian yang mendidih terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), setelah kelompok itu meneror, memperbudak dan memperkosa para perempuan dari kaum minoritas di Irak.
Para perempuan Kurdi itu telah bergabung dalam Batalion II yang berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, Irak utara. Pemimpin batalion itu adalah Kolonel Ahmad Nahida Rashid, seorang komandan perempuan berusia 49 tahun.
”Ini senjata bagi kami,” katanya kepada The Sun. ”Mereka (ISIS) tidak suka dibunuh oleh kami,” katanya lagi, yang diansir Rabu (19/8/2015).
Dia mengatakan, bahwa tentara Kurdi tidak akan membiarkan mereka ditangkap oleh ISIS. Sebab, jika ditangkap mereka akan jadi objek perbudakan dan perkosaan.
Pemberitaan ketakutan ISIS terhadap para tentara perempuan Kurdi sudah diketahui lama. Pada Oktober tahun lalu, ISIS sengaja menyebarkan poster di mana seorang gadis cantik pejuang Kurdi di Suriah yang bernama Rehana telah dipenggal.
Tapi, rakyat Kurdi menganggap poster ISIS itu sebagai propaganda palsu untuk menutupi ketakuan mereka terhadap para pejuang perempuan Kurdi.
Sosok Rehana sendiri pernah disorot dunia dan jadi bahan pembicaraan di media sosial, setelah dia mengklaim sudah membunuh lebih dari 100 militan ISIS dalam pertempuran di Kobane, perbatasan Turki dan Suriah.
Wartawan Kurdi, Pawan Durani, mengatakan propaganda ISIS yang mengklaim sudah memenggal Rehana, sama sekali tidak benar.
“Rehana sangat hidup,” tulis dia.”Simpatisan ISIS hanya mencoba untuk mengusik moral,” lanjut Durani. ”Biarkan ISIS menghasilkan bahkan lebih dari satu gambar dari Rehana. Propaganda dan kepalsuan berjalan dalam darah mereka. Rehana terus memburu mereka.”
Perlawanan para wanita Kurdi itu juga dimotivasi kebencian yang mendidih terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), setelah kelompok itu meneror, memperbudak dan memperkosa para perempuan dari kaum minoritas di Irak.
Para perempuan Kurdi itu telah bergabung dalam Batalion II yang berbasis di Sulaymaniyah, Kurdistan, Irak utara. Pemimpin batalion itu adalah Kolonel Ahmad Nahida Rashid, seorang komandan perempuan berusia 49 tahun.
”Ini senjata bagi kami,” katanya kepada The Sun. ”Mereka (ISIS) tidak suka dibunuh oleh kami,” katanya lagi, yang diansir Rabu (19/8/2015).
Dia mengatakan, bahwa tentara Kurdi tidak akan membiarkan mereka ditangkap oleh ISIS. Sebab, jika ditangkap mereka akan jadi objek perbudakan dan perkosaan.
Pemberitaan ketakutan ISIS terhadap para tentara perempuan Kurdi sudah diketahui lama. Pada Oktober tahun lalu, ISIS sengaja menyebarkan poster di mana seorang gadis cantik pejuang Kurdi di Suriah yang bernama Rehana telah dipenggal.
Tapi, rakyat Kurdi menganggap poster ISIS itu sebagai propaganda palsu untuk menutupi ketakuan mereka terhadap para pejuang perempuan Kurdi.
Sosok Rehana sendiri pernah disorot dunia dan jadi bahan pembicaraan di media sosial, setelah dia mengklaim sudah membunuh lebih dari 100 militan ISIS dalam pertempuran di Kobane, perbatasan Turki dan Suriah.
Wartawan Kurdi, Pawan Durani, mengatakan propaganda ISIS yang mengklaim sudah memenggal Rehana, sama sekali tidak benar.
“Rehana sangat hidup,” tulis dia.”Simpatisan ISIS hanya mencoba untuk mengusik moral,” lanjut Durani. ”Biarkan ISIS menghasilkan bahkan lebih dari satu gambar dari Rehana. Propaganda dan kepalsuan berjalan dalam darah mereka. Rehana terus memburu mereka.”
(mas)