Jepang Tertarik Gabung Konsorsium Rudal NATO
A
A
A
TOKYO - Jepang tertarik bergabung dengan proyek konsorsium rudal yang dibangun NATO. Jika Jepang benar-benar bergabung, maka itu akan jadi proyek pertahanan multinasional pertama bagi Jepang.
Ketertarikan Jepang dalam proyek konsorsium rudal NATO itu diungkap beberapa sumber di Pemerintah Jepang kepada Reuters yang dilansir Jumat (10/7/2015) . Saat ini ada 12 negara yang bergabung dalam konsorsium itu. Belasan negara itu berbagi biaya dan pengawasan untuk pembuatan rudal SeaSparrow.
Rudal yang dibuat oleh perusahaan senjata Raytheon dan Gerneral Dynamics Amerika Serikat (AS) itu dirancang utuk menghancurkan kapal dan pesawat tempur.
Pada bulan Mei 2015, perwira Angkatan Laut Jepang mengikuti pertemuan NATO di Den Haag untuk mempelajari lebih lanjut tentang konsorsium itu. Hal itu diungkap sumber di Pemerintah AS yang terkait dengan pertemuan itu.
Dua sumber di Pemerintah Jepang mengatakan, meskipun nantinya Jepang akan bergabung dalam konsorsium rudal NATO, namun Perdana Menteri Shinzo Abe masih berjuang dalam upaya pencabutan larangan ekspor senjata di negaranya.
Konsorsium rudal NATO itu didirikan pada tahun 1968 oleh empat negara termasuk AS. Ketertarikan Jepang untuk bergabung juga dipicu modernisasi militer China yang sudah maju pesat.
”Kami pikir proyek ini akan memungkinkan Jepang untuk meletakkan dasar bagi program ekspor senjata (mereka) di masa mendatang,” kata sumber pemerintah AS. ”Kami akan menyambut jenis kegiatan dan kerjasama keamanan dengan Jepang di wilayah tersebut.”
Pihak Angkatan Laut Jepang ketika dimintai konfirmasi, telah memberikan pernyataan dalam sebuah e-mail. ”Angkatan Laut AS menjaga informasi kami tentang ‘Proyek SeaSparrow’,” bunyi pernyataan itu. Sedangkan pihak Angkatan Laut AS belum bersedia berkomentar.
Ketertarikan Jepang dalam proyek konsorsium rudal NATO itu diungkap beberapa sumber di Pemerintah Jepang kepada Reuters yang dilansir Jumat (10/7/2015) . Saat ini ada 12 negara yang bergabung dalam konsorsium itu. Belasan negara itu berbagi biaya dan pengawasan untuk pembuatan rudal SeaSparrow.
Rudal yang dibuat oleh perusahaan senjata Raytheon dan Gerneral Dynamics Amerika Serikat (AS) itu dirancang utuk menghancurkan kapal dan pesawat tempur.
Pada bulan Mei 2015, perwira Angkatan Laut Jepang mengikuti pertemuan NATO di Den Haag untuk mempelajari lebih lanjut tentang konsorsium itu. Hal itu diungkap sumber di Pemerintah AS yang terkait dengan pertemuan itu.
Dua sumber di Pemerintah Jepang mengatakan, meskipun nantinya Jepang akan bergabung dalam konsorsium rudal NATO, namun Perdana Menteri Shinzo Abe masih berjuang dalam upaya pencabutan larangan ekspor senjata di negaranya.
Konsorsium rudal NATO itu didirikan pada tahun 1968 oleh empat negara termasuk AS. Ketertarikan Jepang untuk bergabung juga dipicu modernisasi militer China yang sudah maju pesat.
”Kami pikir proyek ini akan memungkinkan Jepang untuk meletakkan dasar bagi program ekspor senjata (mereka) di masa mendatang,” kata sumber pemerintah AS. ”Kami akan menyambut jenis kegiatan dan kerjasama keamanan dengan Jepang di wilayah tersebut.”
Pihak Angkatan Laut Jepang ketika dimintai konfirmasi, telah memberikan pernyataan dalam sebuah e-mail. ”Angkatan Laut AS menjaga informasi kami tentang ‘Proyek SeaSparrow’,” bunyi pernyataan itu. Sedangkan pihak Angkatan Laut AS belum bersedia berkomentar.
(mas)