Kemlu Lacak Dua Pilot Indonesia yang Diduga Gabung ISIS
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia sedang melacak informasi tentang dua pilot Indonesia yang diduga bergabung dengan ISIS.
Informasi itu muncul setelah dokumen Kepolisian Federal Australia (AFP) bocor. Dokumen yang dibuat AFP pada 18 Maret 2015 itu telah didistribusikan kepada mitra penegak hukum mereka di Turki, Yordania, London dan Amerika Serikat, serta dikirim juga ke Europol.
'Kita sudah dengar ini tadi pagi. Kita sudah minta informasi lebih dari otoritas keamanan di Indonesia. Ini kan terjadinya di luar, jadi kita harus berinisiatif apa yang mereka tahu tentang isu ini," kata juru bicara Kemlu, Arrmanatha Nassir, Kamis (9/7/2015). (Baca: Dua Pilot Indonesia Dicurigai Dukung ISIS)
Menurutnya, untuk memverifikasi informasi semacam itu bukan hal mudah. Sebab, Indonesia tidak memiliki sumber di lapangan. Selain itu, pergerakan perwakilan Indonesia di Suriah juga sangat dibatasi. Contoh, perwakilan asing di Suriah, termasuk dari Indonesia tidak boleh keluar dari Damaskus.
"Ini sulit bagi kami untuk memverifikasinya. Mirip kasusnya seperti polisi di Jambi yang joint ISIS. Tidak ada national registration untuk orang-orang yang akan bergabung dengan ISIS," kata Arrmanatha.
"Tapi kami sudah minta informasi national security tentang apa yang mereka tahu untuk isu ini, termasuk di mana dia berada," lanjut diplomat Indonesia itu.
Ini adalah kasus ketiga dalam satu bulan terakhir, di mana warga Indonesia disebut sudah berada di Suriah dan bergabung dengan ISIS. Namun, sejauh ini dari ketiga kasus itu belum ada satupun yang bisa diverfikasi.
Sebelumnya diberitakan Sindonews, bahwa dua pilot Indonesia jadi objek pelacakan aparat penegak hukum wilayah Asia Tenggara karena dicurigai jadi pendukung ISIS. Salah satu pilot itu diketahui bernama Ridwan Agustin, sedangkan satunya lagi belum diketahui identitasnya.
Informasi itu muncul setelah dokumen Kepolisian Federal Australia (AFP) bocor. Dokumen yang dibuat AFP pada 18 Maret 2015 itu telah didistribusikan kepada mitra penegak hukum mereka di Turki, Yordania, London dan Amerika Serikat, serta dikirim juga ke Europol.
'Kita sudah dengar ini tadi pagi. Kita sudah minta informasi lebih dari otoritas keamanan di Indonesia. Ini kan terjadinya di luar, jadi kita harus berinisiatif apa yang mereka tahu tentang isu ini," kata juru bicara Kemlu, Arrmanatha Nassir, Kamis (9/7/2015). (Baca: Dua Pilot Indonesia Dicurigai Dukung ISIS)
Menurutnya, untuk memverifikasi informasi semacam itu bukan hal mudah. Sebab, Indonesia tidak memiliki sumber di lapangan. Selain itu, pergerakan perwakilan Indonesia di Suriah juga sangat dibatasi. Contoh, perwakilan asing di Suriah, termasuk dari Indonesia tidak boleh keluar dari Damaskus.
"Ini sulit bagi kami untuk memverifikasinya. Mirip kasusnya seperti polisi di Jambi yang joint ISIS. Tidak ada national registration untuk orang-orang yang akan bergabung dengan ISIS," kata Arrmanatha.
"Tapi kami sudah minta informasi national security tentang apa yang mereka tahu untuk isu ini, termasuk di mana dia berada," lanjut diplomat Indonesia itu.
Ini adalah kasus ketiga dalam satu bulan terakhir, di mana warga Indonesia disebut sudah berada di Suriah dan bergabung dengan ISIS. Namun, sejauh ini dari ketiga kasus itu belum ada satupun yang bisa diverfikasi.
Sebelumnya diberitakan Sindonews, bahwa dua pilot Indonesia jadi objek pelacakan aparat penegak hukum wilayah Asia Tenggara karena dicurigai jadi pendukung ISIS. Salah satu pilot itu diketahui bernama Ridwan Agustin, sedangkan satunya lagi belum diketahui identitasnya.
(mas)